Kekayaan-kekayaan daerah yang meliputi fakta-fakta dan nilai-nilai menjadi modal berharga bagi pendidikan. Penyebutan 'potensi domestik' untuk menggantikan budaya lokal lebih terasa berkearifan. Sehingga penyebutan itu tidak meremehkan potensi daerah dan mengakibatkan ketidakpuasan orang-orang daerah. Penyebutan itu pada akhirnya sebagai medium bagi tumbuhnya rasa primodialisme di daerah-daerah.
Dalam kondisi interaksi masyarakat yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu, istilah budaya lokal sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman lagi. Faktor penyebab munculnya istilah lokal sudah tidak sesuai zaman lagi. Dengan adanya mobilisasi antar warga selama berabad-abad, perubahan budaya akibat komunikasi dan kerja sama antar budaya-budaya etnik telah terjalin.
Budaya-budaya dunia saling mempengaruhi satu sama lain akibat adanya mobilisasi fisik dan komunikasi antar budaya etnik yang semakin pesat. Berdasarkan analisis ini saya mengemukan beberapa faktor penyebab mengapa konten-konten domestik saat ini tetap digemari, yaitu:
Pertama, orang-orang sulit keluar dan jarang melakukan komunikasi langsung dengan budaya baru sehingga mereka tetap asli. Padahal begitu cepat wabah Covid-19 menyeberang ke Indonesia. Bukankah hal itu sebagai akibat dari begitu cepatnya arus mobilisasi antara pelbagai orang di seluruh dunia?
Kedua, orang-orang tidak tercemar oleh ketakutan. Mobilisasi antar manusia pada satu sisi mengakibatkan perkembangan pembangunan. Sekarang mobilisasi penduduk dunia ditentang karena telah mengakibatkan bahaya menularnya Virus jahat dan mematikan umat manusia.
Ketiga, orang-orang di kampung menghayati filsafat hidupnya sendiri. Filsafat hidup orang kampung adalah asli dan berkiblat ke masa depan.
Keempat, orang-orang di kampung dengan segala keunggulan domestik sedang berada di jalan utama perkembangan budaya.
Kesimpulan: Kembali ke Filsafat
Salah satu kalimat terkenal karya Plato dalam bahasa Jerman itu berbunyi: die Philosophie bietet mir einen Hafen, whrend ich sehe andere mit den Strmen kmpfen. Saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia: filsafat menuntut saya kepada sebuah pelabuhan, sedangkan pada saat yang sama saya menyaksikan banyak orang lain sedang berjuang dengan badai.
Dalam kalimat itu, Plato tidak mengatakan bahwa filsafat berhasil mencegah dan mengatasi segala macam krisis. Filsafat telah gagal. Hanya saja filsafat berhasil membawa orang mencapai pelabuhan yang aman dan damai. Filsafat hanya membebaskan orang dari badai. Dalam menghadapi krisis, filsafat  menuntun mereka menemukan pelabuhan pendaratan yang aman.
Hanya ada 2 alasan, yaitu:Â
Pertama, filsafat memberikan rasa optimis dan harapan dalam hidup orang-orang yang dilanda badai lautan itu untuk berhasil mencapai pelabuhan terdekat dengan aman.