Berpijak pada Pengalaman Praktis
Dalam ruang kita yang kian sempit, orang-orang sering menyodorkan kepada kita rokok atau panganan kecil seperti: biskuit, aqua, permen atau panganan-panganan lainnya. Suatu hal yang saya masih ingat dari nasihat kaum tua saya ialah bahwa saya harus berhati-hati terhadap panganan kecil atau rokok yang disodorkan orang-orang kepada saya. Sebab hal itu memiliki maksud terselubung untuk meningkatkan citra orang yang menawarkannya dan sebaliknya mungkin ingin menyingkirkan kita. Itu adalah salah satu bentuk persaingan hidup dalam lingkungan kerja. Hanya menguji apakah Anda sadar atau tidak sadar. Ketidaksadaran terhadap sesuatu hal dasariah dapat membahayakan jiwa Anda sendiri.
Sehingga Anda harus tetap berhati-hati, jangan Anda menerima rokok atau panganan kecil itu sebab kadang-kadang di dalam panganan itu sudah diberikan hal-hal tertentu yang membahayakan Anda. Sebaiknya secara amat halus, Anda tolak saja tawaran tersebut dengan mengatakan, "Maaf, saya masih kenyang atau saya baru saja makan dan minum!" Sehingga Anda dapat terhindar dari bahaya besar seperti tekanan, sihir dan semacamnya.
Jadi jika Anda disodorkan rokok atau panganan oleh orang-orang dalam lingkungan kerja Anda sebaiknya Anda tolak pemberian panganan itu. Sangat berbahaya jika Anda menerima pangan itu, jangan langsung makan di tempat itu, sebaiknya Anda simpan saja baik-baik di tas Anda lalu mengamankan rokok atau panganan itu di dalam kotak sampah. Katanya banyak orang telah meninggal dunia karena menjadi korban dari kelalaian merokok atau menyantap panganan-panganan yang disodorkan oleh orang-orang dengan cara seperti itu.
Era new normal segera dimulai. Tentu kita semua masih harus tetap waspada, vaksin Covid-19 masih belum diproduksi dan digunakan. Hal ini menyebabkan seluruh dunia masih menghadapi resiko tinggi terhadap serangan virus Covid-19 melalui relasi sosial dalam jarak dekat.
Kerumunan-kerumunan besar dalam jarak dekat telah dipahami sebagai ancaman bagi berkembangnya infeksi virus Covid-19. Pasar-pasar, bandara, kantor, sekolah, gedung-gedung publik, tempat wisata, pesta, pertemuan, dll yang dahulunya menjadi tempat favorit untuk berkumpul, kini telah menjadi ancaman.
Negeri Utopia
Menurut pencetusnya, Sir Thomas Morus dari Inggris, negeri Utopia adalah negeri tanpa uang, tanpa posisi dan tanpa kejahatan. Dunia yang diciptakan jaringan digital adalah pulau dunia ideal terluas yang sebagiannya sudah terjadi seperti yang pernah diimpikan oleh Sir Thomas Morus.
Istilah "utopia" diciptakan oleh negarawan dan cendekiawan Inggris Sir Thomas Morus, dengan menerbitkan novel filosofisnya berjudul "Utopia" pada tahun 1516 atau hampir tepat 500 tahun yang lalu. Setelah Alkitab, Utopia adalah buku yang paling sering dicetak di dunia. Sehingga tidak heran, bahwa tatanan masyarakat menurut Utopia menjadi sumber inspirasi perjalanan sejarah industri di dunia dari masa ke masa.
Paradoks Utopia
Dalam perjalanan sejarah, visi Sir Thomas Morus tentang keadaan tatanan ideal tampaknya dari waktu ke waktu, harapan orang-orang ternyata pupus. Pada tahun 1927, sebuah film fiksi ilmiah panjang berjudul "Metropolis", yang disutradarai Fritz Lang menunjukkan kepada khalayak ramai tentang suatu masyarakat berdasarkan penindasan brutal terhadap kelas pekerja.
Sir Thomas Morus telah memberikan mimpi untuk kembali ke surga dengan nama Utopia dan dengan demikian mengilhami kepercayaan akan kemajuan menuju masa depan yang lebih baik. Di masanya, Sir Thomas Morus memperjuangkan kebebasan berbicara di parlemen dan kebebasan hati nurani.