Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekonomi Digital: Mengulang Zaman "Republica" dari Luar Rumah

31 Agustus 2020   04:09 Diperbarui: 31 Agustus 2020   04:05 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teknologi digital. (Gambar: Istimewa).

Inspirasi kehidupan ekonomi era digital ialah buku Republica karya filsuf Plato yakni era, di mana segala bidang berbasis digital, termasuk ekonomi digital. Tetapi ekonomi digital belum 100% menjangkau rakyat, hanya menjangkau kaum terpelajar. Era internet adalah era setelah era globalisasi. Jika warga belum paham era globalisasi, bagaimana mereka bisa hidup dalam era yang lebih maju, yakni: era internet.

Ekonomi  digital menciptakan dinamika kehidupan manusia yang baru. Sekarang mungkin orang hanya bekerja dari rumah saja.  

Tatanan ekonomi digital yang lebih canggih adalah saat orang meninggalkan segalanya di tanah airnya untuk bersama keluarga hidup dan bekerja dalam era baru. Tatanan dunia dalam ekonomi digital sangat berbeda dengan model ekonomi sebelumnya.

Dalam ekonomi digital, tiba-tiba ada begitu banyak pekerjaan dengan gaji sangat baik dan menguntungkan. Pekerjaan-pekerjaan dalam ekonomi digital membuat lokalisasi hunian tidak dalam pengertian tradisional. 

Perubahan ini mempengaruhi peradaban manusia yang menetap statis di suatu tempat dan yang membentuk peradaban tertentu. Pekerjaan-pekerjaan dalam ekonomi digital bertumbuh, seperti: pengembang aplikasi, desainer, fotografer, seniman grafis, copywriter, spesialis pemasaran online, konsultan, kontenwriter dan freelance.

Dalam pola kerja manusia pada zaman lampau, Anda harus bertemu dengan rekan kerja setiap hari di tempat kerja atau setiap minggu untuk bertukar ide. Tetapi dalam ekonomi digital, begitu banyak aktivitas dapat dilakukan dari rumah atau dari mana saja di dunia.

Meskipun hanya bertemu teman-teman kerjanya secara virtual, pekerjaan-pekerjaan dalam dunia digital tampak selalu menarik. Bahkan sampai banyak teman dan para anggota keluarga lainnya di sekitar Anda merasa iri pada Anda. 

Anda bekerja sesuai dengan tren dunia digital saat ini dan memiliki penghasilan yang sangat baik. Melalui pekerjaan digital, Anda "hanya" bekerja dengan cara duduk di depan komputer Anda sepanjang hari.

Jika Anda juga bekerja di ekonomi digital, Anda tahu bahwa semuanya bisa menjadi aneh dan tanpa sengaja. Dalam banyak kasus, bahkan tetangga Anda bertanya kepada Anda apakah Anda menganggur karena Anda anya terlihat "nongkrong" saja di rumah dan berada di depan Komputer saja sepanjang hari.

Oleh karena orang merasa Anda tidak pernah bekerja di luar rumah, sampai Anda mungkin sudah pernah ditawari pekerjaan sebagai petugas kebersihan di sekolah karena orang-orang di sekitar Anda mengasihani Anda. Mereka berpikir bahwa Anda jelas-jelas sedang menganggur dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus. 

Padahal dalam kesunyian dan diam, Anda menghabiskan hari-harimu secara bermutu dan menghasilkan uang nyata jika Anda sedang sibuk bekerja di dunia virtual hanya dari rumah.

Sistem Hunian Lokalisasi-Tradisional

Lokasi hunian bagi kehidupan masyarakat di desa-desa di Provinsi  NTT, khususnya di kabuapten Belu sangat kental dengan sistem pemukiman yang berbasiskan lokalisasi tradisional yakni: pemukiman tetap. 

Dalam pemukian tetap yang bersifat tradisional para warga tetap terbuka. Para warga dalam kondisi ini terbuka terhadap teknologi baru seperti: HP dan internet. Kedua alat ini telah mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan.

Pemukiman-pemukiman penduduk merupakan pemukiman-pemukiman tradisional yang berkembang menjadi kampung kemajuan namun dengan warna budaya tradisional dengan beberapa suku yang berbicara satu bahasa daerah, budaya, adat istiadat, pola pikir dan kekhasan-kekhasan yang dihidupkan secara bersama. Hal-hal ini menimbulkan rasa solidaritas dan kekeluargaan.

Dalam kehidupan pemukiman lokalisasi tradisional ini semua bidang sama-sama dihidupi seluruh warga. Para warga menekankan pada semua bidang kehidupan, seperti: idiologi, sosial, politik, budaya, ekonomi, pertahanan keamanan. Semua aktivitas warga dalam pelbagai bidang ini dilakukan di kebun atau sawah, rumah, balai desa. 

Rumah adat, gereja, pasar, aula paroki, dll. Akibatnya segala sesuatu dibicarakan dan didiskusikan secara terbuka. Semua orang mengetahui apa yang Anda pikirkan dan kerjakan. 

Bahkan semua orang dilibatkan dalam pekerjaan Anda, sebagai tenaga bantuan atau hanya membantu untuk memperbaiki dan menambahkan anjuran-anjuran tertentu yang bersifat membangun.

Perubahan besar yang melanda Indonesia digambarkan sebagai perubahan lompat tingkat yang luar biasa. Desa-desa di Indonesia belum begitu terbiasa dengan globalisasi dan terbukaan, kini para warga desa harus mulai terbiasa hidup dalam zaman internet. 

Zaman internet menciptakan peluang-peluang baru untuk bekerja dalam kondisi teknologi digital. Ekonomi digital menjadi prioritas paling penting sampai saat ini sehingga masyarakat bisa keluar dari jurang kemiskinan.

Dalam bimbingan gereja, ekonomi rakyat diarahkan menuju industri rumah tangga yang handal di masa depan. Sebelum pemberkatan nikah gereja, pasutri harus memiliki rumah tinggal yang mandiri dengan sebidang sawah dan kebun. Itulah persyaratan utama sebelum keduanya resmi menerima sakramen perkawinan di gereja. Sehingga  sepanjang hidup mereka, kedua pasutri mengelola rumah dan sebidang lahan kebun dan sawah sepanjang tahun.

Dalam perkembangan selanjutnya, tanah-tanah diolah dengan bantuan mesin-mesin modern seperti: traktor, mesin air, mesin rontok, dll. Mesin-mesin itu didapatkan para petani dari kelompok-kelompok tani binaan desa setempat. Dari situlah ekonomi rumah tangga digerakkan. Suami setiap hari pergi bekerja di ladang dan sawah, sedang ibu bekerja di rumah dan kadang-kadang membantu suaminya.

Mereka juga memelihara ternak berupa babi, ayam, sapi, kambing, untuk menopang ekonomi rumah tangga. Jika istri rajin, istri juga akan menenun, berdagang hasil-hasil kebun seperti: sayuran, umbian, jagung, padi di pasar. 

Sedangkan suami selain bekerja di kebun dan padang, juga berdagang sapi, kuda kambing, ayam, dll. Pasutri memerankan banyak pekerjaan. Selain bekerja di kebun, menenun, berdagang, keduanya terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial baik dalam kampung, suku, organisasi gereja hingga organisasi desa. 

Kebahagiaan dan kesejahteraan dalam keluarga dapat tercapai sejauh keduanya terlibat dan aktif dalam pelbagai kegiatan-kegiatan sosial baik rohani maupun bidang pemerintahan.

Jadi peranan ekonomi digital hanya untuk menguatkan tatanan yang sudah terbentuk dalam masyarakat dan dalam negara. Hunian tradisional yang bersifat lokalisasi makin kokoh terbentuk. 

Tetapi pada saat yang bersamaan hunian itu begitu terbuka. Banyak warga berpindah domisili karena pengaruh-pengaruh budaya, agama dan sosial. 

Dalam zaman kini, akses  digital mempersatukan semua orang dalam satu keluarga. Hal ini adalah sesuatu yang posit bagi para warga. Internet dan HP memeprtemukan keluarga-keluarga dan individu-individu yang selama bertahun-tahun telah terpisah.

Siapa yang Ingin Keluar dari Sistem Ini?

Jika sekarang banyak warganet mengkisahkan kisah kesuksesan dari dalam rumah, di masa depan banyak kisah akan muncul dari luar rumah. Sekarang ini dalam kehidupan politik suatu negara, tentu saja, system politik memberi kita banyak penyelesaian tentang masalah-masalah solidaritas dan rasa tanggung jawab. 

Melalui pendidikan, kita dilatih sejak kecil untuk percaya bahwa dalam masyarakat yang berfungsi, setiap orang harus memberikan kontribusi bagi keluarga, masyarakat, agama dan bangsa. 

Dan siapa yang berpenghasilan lebih harus memberikan kontribusi solidaritas yang lebih besar dengan membayar lebih banyak pajak. Berabad-abad, semua orang setuju dengan hal ini, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak setuju?

Dalam hunian lokalisasi tradisional, banyak lembaga dan orang perorang melakukan pengawasan dan menetapkan standar moralnya sendiri. Standar moral itu sangat tinggi dan berfunsgi untuk melayani kelangsungan lembaga-lembaga. 

Standar moral yang tinggi dengan sendirinya membantu meingkatkan peradaban sesuai kaidah ketatanegaraan. Kaidah ketatanegaaan tentang standar moral dan kesusilaan dan sopan santun bukanlah dianggap sebagai lelucon di mata banyak orang.

Tetapi dalam bidang ekonomi, standar moral tidak lagi dipakai. Demi keuntungan, perusahaan atau lembaga menerapkan prinsip-prinsip moralnya sendiri. Hal ini menjadi sangat berbahaya.

Pertama, perusahaan besar menekankan keuntungan dengan pelbagai cara, seperti: membayar gaji di bawah UMP, sering menipu pajak dan lolos dengan beban pajak dalam kisaran persentase satu digit yang lebih rendah - secara legal.

Kedua, dalam kondisi ini para pengusaha dan para pekerja lepas harus bekerja keras untuk memberikan kontribusi pajak di atas rata-rata sebab para pekerja lepas dan pengusaha tidak dapat lepas dari akses otoritas pajak.

Dalam standar moral, kebanyakan orang merasa sangat puas untuk berbuat baik dan membela tujuan baik yang penting bagi mereka: pekerjaan pembangunan, perlindungan lingkungan hidup, pendidikan, tunawisma, pengungsi, budaya, misi, kesehatan,  dll.

Dalam dunia  pemukiman mapan yang terbuka, hal yang jelas terjadi di dunia kita yang mapan ialah bahwa solidaritas pribadi sering banyak kali tunduk kepada kekuasaan negara di bawah tekanan dan ancaman penjara. 

Negara menuntut agar setiap orang setuju dengan beban pajak tertentu untuk membiayai tugas-tugas negara.  Semua ini mengarah pada fakta bahwa cukup banyak warga yang ingin keluar dari sistem dan tidak lagi "bermain bersama". Itulah awal mula kelahiran ekonomi digital yang berbasis pada digital nomads.

Untuk  orang Indonesia, yang jelas bahwa digital nomads membawa akibat yang mesti harus diwaspadai yakni: semakin banyak orang akhirnya keluar dari kehidupan bersama yang mapan selama berabad-abad untuk membentuk kehidupan baru yang berbasis pada digital nomads.

Kesimpulan

Bagi Indonesia, sejauh ini era internet masih merupakan era perbaikan kehidupan pendidikan, ekonomi dan komunikasi. Pola kehidupan warga beralih perjumpaan secara virtual. 

Dalam zaman internet ini, banyak warga Indonesia di desa-desa masih hidup dalam suasana tata kemasyarakatan yang bersifat lokalisasi-tradisional dengan budaya-budayanya. 

Ekonomi digital di Indonesia menguatkan tatanan sistem hunian lokalisasi-tradisional masyarakat. Dengan itu membuka kembali ruang komunikasi, pembangunan kesejahteraan dan pemulihan hak-hak dasar rakyat. Pelbagai pemukiman lokalisasi-tradisional melahirkan budaya-budaya daerah yang merupakan inti keindonesiaan. 

Dalam era seperti inilah, kita tetap harus mempertahankan Keindonesiaan. Di dalam pemukiman berbasis lokalisasi-tradisional yang terbuka tersimpan pelbagai kearifan-kearifan budaya bangsa harus tetap kita pertahankan. 

Mungkin kehidupan sistem hunian yang berbasis lokalisasi tradisional dianggap tidak up to date. Tetapi kita juga ingin mengetahui kisah-kisah dari mereka yang hidup dalam era  digital yang tidak pernah bayangkan. Manusia mampu mengubah kendala-kendala menjadi proyek-proyek berbayar di luar rumahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun