Suatu malam pada tahun 2013, saya bersama beberapa saudara-saudari saya menghadiri acara Natal dan Tahun baru bersama keluarga besar Sikka di Atambua-NTT. Â Konon acara itu sekaligus adalah pembukaan Kopdit Pintu Air di Atambua. Saat ini Kopdit Pintu Air sudah memiliki 236 ribu anggota. Tahun 2020, Kopdit Pintu Air memiliki rencana untuk membeli dan mengoperasionalisasi 1 pesawat komersial jenis ATR yang menurut rencana dinamakan "Pintar Air".
Sebagai keluarga besar Sikka kami bergembira dan merayakan ekaristi bersama, makan bersama dan menari bersama, semua merasa puas. Setelah menari bersama, kami pulang dengan hati riang gembira. Itu adalah acara kegembiraan bersama pada saat pembukaan Koperasi Pintu Air di Belu.
Pendekatan koperasi adalah pendekatan yang bersifat kultural dan kekeluargaan. Para pengurusnya adalah warga-warga yang berasal dari anggota keluarga sendiri.
Sedangkan para pengurus dan kantor-kantor bank-bank hampir semua berasal dari luar dari kecuali bank NTT. Tradisi kultural amat berakar dalam hidup warga; bahasa, pola pikir, kesenian, tata adat istiadat, dll. Sehingga tidak heran bahwa sudah ada lebih dari 4000 buah koperasi-koperasi popular berada di NTT.
Semangat menabung milik para warga disebabkan tradisi kultural menabung dan solidaritas hidup dalam bentuk budaya gotong royong. Dengan model budaya ini, koperasi adalah pilihan institusi yang tepat untuk menjadi solusi yang amat cocok bagi saluran aktivitas menabung para warga. Di koperasi kami bertemu, berdiskusi dan membicarakan masa depan mereka. Mereka menyadari bahwa melalui koperasi, mereka memiliki sejarah masa lampau, sejarah saat ini dan sejarah masa depan.
Boleh dikatakan tradisi menabung itu telah menghidupkan warga NTT dari generasi ke generasi. Mula-mula yang mereka simpan adalah hal-hal sebagai kebutuhan pokok berupa bahan-bahan makanan, pakaian dan perumahan. Kemudian mereka simpan harta benda dalam bentuk emas, perak dan pelbagai perhiasan tradisional.
Harta benda sebagai investasi di masa depan menjadi bagian penting dari budaya menabung. Sampai hari ini, budaya menabung terus bergema dalam zaman modern ini dalam bentuk simpanan uang di koperasi-koperasi simpan pinjam.
Saya sudah bertemu banyak warga di daerah saya. Umumnya mereka memiliki simpanan di salah satu koperasi yang ada di kabupaten. Sehingga berbicara tentang produk perbankan, mereka lebih mendengarkan kita jika kita bicara tentang koperasi.
![Tarian Tua Reta Lou (menyambut tamu) dari Hewakloang, kab. Sikka oleh Sanggar budaya Bliran Sina. (Foto: Kompas.com).](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/08/16/2520673335-5f381aca097f3614ad06adc2.jpg?t=o&v=770)
Solidaritas KekeluargaanÂ
Faktor apa yang menyebabkan para warga di daerah saya lebih memilih koperasi? Jawabnya ikatan soliaritas kekeluargaan para warga di NTT sangat kuat. Para warga akan berhubungan dengan sebuah institusi jika institusi itu mereka kenal dengan sangat baik dan mengetahui program-programnya dan sudah terbukti melakukan pelbagai terobosan penting.
Jika sudah mereka kenal koperasi itu, mereka akan menyayanginya selalu. Para warga bukan saja pergi sendiri ke Koperasi tetapi mengajak semua anggota keluarga mereka. Sehingga bagi para warga di NTT, Koperasi layaknya merupakan sebuah ikatan kekeluargaan dalam mengelola ekonomi mereka.