Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ion Berisi Kritik Plato Atas Sastra Homer

6 Agustus 2020   04:05 Diperbarui: 7 Agustus 2020   03:37 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Ion sebagai karya tulis Plato. (Foto: Youtube).

Buku Ion adalah buku yang berisi kritik sastra yang dilakukan oleh Plato terhadap sastra Homer. Dalam bukunya Ion, Plato memusatkan perhatian pada pembahasan tentang inspirasi. Buku Ion adalah salah satu buku yang kurang diperhatikan oleh para pembaca di zaman kuno. Di zaman modern, buku Ion memiliki gaung yang beragam karena muncul banyak interpretasi  yang berlawanan dari pengertian inspirasi menurut Ion Plato.

Pengertian inspirasi di zaman modern bertentangan dengan konsep Ion Plato tentang inspirasi. Di zaman modern, spektrum interpretasi terhadap inspirasi dimaknai sebagai asumsi yang bersifat emotif.

Inspirasi Sebagai Alternatif Keahlian

Dalam dialog Ion, Sokrates memonopoli pembicaraan. Sokrates menyimak secara cermat semua aktivitas kreatif para penyair yang menciptakan sastra Homer. Dalam pemahaman Sokrates, inspirasi adalah proses yang tidak rasional. Sedangkan menurut Plato, seorang penyair tidak memiliki keahlian tentang penguasaan teknik dalam puisi Homer. 

Bagi Plato, dasar penyusunan sastra Homer bukan berasal dari keahlian. Tapi penyair menciptakan karya-karyanya ketika kekuatan ilahi menangkapnya dan menginspirasinya. Sehingga penyair tidak memiliki cahaya, kesakralan dan ratio (nous). Selama penyair memakai rationya untuk memahami, penyair tidak bisa masuk ke keadaan ini dan tidak bisa menulis puisi Homer.

Penyair sendiri tidak mengerti apa yang dia lakukan ketika inspirasi mencengkeramnya. Penyair hanya merupakan mediator dari apa yang diberikan dewa kepadanya.

Sokrates mendasarkan teorinya pada beberapa pertimbangan. Menurut Sokrates karya sastra Homer menunjuk pada citra diri penyair sendiri. Penyair mengekspresikan diri mereka dalam pengertian citra diri. Melalui karya sastra Homer, penyair mengekspresikan diri tentang pekerjaan dan hubungannya dengan sang muse, yaitu: otoritas yang menginspirasi.

Para penyair dalam karya Homer membandingkan tindakan  mereka sebagai lebah yang memberi madu. Menurut uraian para penyair, mereka bersayap seperti lebah yang terbang di kebun dan lembah-lembah untuk mengumpulkan karya-karya mereka untuk dinikmati para pemirsa.

Sokrates juga menunjukkan spesialisasi di antara para penyair. Seni syair terdiri dari beberapa genre yang berbeda, seperti: dithyrambos, encomion , tarian, lagu, epik dan puisi.

Setiap penyair berkomitmen pada genre tertentu. Hanya di dalamnya ia dapat menciptakan sesuatu yang penting. Adalah inspirasilah yang mendorong penyair untuk membuat tekad ini.

Sokrates menemukan bukti terbaik dari kebenaran pandangannya dalam pencapaian kehidupan Tynnichos of Chalkis. Sokrates melihat ini sebagai bukti paling mengesankan dari tesisnya bahwa puisi yang hebat adalah berasal dari ilahi. Ia yakin bahwa dewa telah memberikan puisi paling indah kepada penyair. Paling tidak penyair menunjukkan kepada para pembaca bahwa bahwa penyair hanyalah seorang manusia yang memancarkan daya ilahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun