Tiga Faktor
Ekonomi Athena di zaman Plato berkembang dalam tingkat pertama (dunia pertama) polis. Sebagai keturunan aristokrat Athena, Plato hidup dalam kalangan dunia pertama Athena. Perkembangan ekonomi tersebut didasarkan pada sisi deskriptif antropologi ekonomi yang terdiri dari tiga faktor, yaitu:
(1). Faktor manusia. Faktor manusia adalah entitas ekonomi karena manusia memiliki kebutuhan vital/primer, yaitu: makanan, pakaian dan perumahan.
(2). Â Faktor kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia harus bekerja untuk menghasilkan barang-barang yang diperlukan.
(3). Keanekaragaman bakat pada setiap manusia.
Secara normatif, produksi barang dibuat dalam pembagian kerja. Spesialisasi harus meningkat demi tingginya produktivitas. Hasilnya adalah struktur mutualisme atau struktur yang saling menguntungkan dan adil dalam hal keadilan pertukaran antara masyarakat pekerja dan pekerja yang kooperatif. Dunia ekonomi murni harus diselenggarakan atas dasar kerja sama yang bebas dari segala persaingan dan konflik.
Plato tentu menaruh perhatian besar terhadap perkembangan ekonomi negara untuk tercapainya kebahagiaan hidup bersama dalam banyak aspek. Filsuf Plato memiliki sikap yang cukup realistis untuk menganggap perkembangan ekonomi sebagai "utopia". Sehingga pada bagian dari subjek pembicaraan, Plato mengasumsikan bahwa cara hidup hemat dapat mengabaikan unsur lain dari antropologi ekonomi.
Salah satu ancaman besar dalam keadilan ekonomi negara ialah pleonexia. Untuk mencegah bahaya pleonexia, Plato mengembangkan program polis tahap pertama yang disebut gerakan "polis sehat". Gerakan polis sehat kemudian disusul dengan program Plato yang kedua berjudul, "polis subur". Dengan 2 gerakan ini dapat dipahami pandangan Plato untuk mengelola negara Athena. Plato adalah benar-benar seorang ekonom terhebat di zamannya.
Ancaman Pleonexia
Plato lahir dari keluarga penguasa Athena sehingga sulit baginya untuk membenci pleonexia. Jadi satu-satunya ancaman bagi keadilan negara di zaman Plato ialah pleonexia. Plato bersikap netral terhadap pleonexia, karena pleonexia muncul bersamaan dengan tiran dan aristokrasi.
Sikap netral Plato terhadap pleonexia disebabkan pandangan bahwa jika ada pleonexia berarti lebih banyak terjadi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi negara. Jika tidak ada pleonexia, manusia tidak dapat mengetahui dan mengukur kemakmuran negara. Kecenderungan manusia untuk menjadi tamak adalah aspek tanggung jawab. Sehingga sifat tamak telah membahayakan kepentingan pribadi dan umum.