Paradigma adalah pola pikir dasar. Kata ini berasal dari bahasa Yunani: παράδειγμα =parádeigma. Secara lengkap diterjemahkan sebagai: contoh, pembatasan, model penjelasan dan prasangka.
Dalam retorika pada masa Yunani kuno, paradigma berarti: pembatasan dan model penjelasan yang diberikan sebagai bukti positif atau negatif untuk suatu ajaran dogmatis atau ajaran moral. Para Sofisme mengatakan paradigma adalah pengalaman dari kekuatan, tapi tidak dari hasil pembelajaran.
Sejak akhir abad ke-18, paradigma dimengerti sebagai jenis keyakinan atau doktrin tertentu. Hal ini diakibatkan oleh pandangan Aristoteles yang mengatakan bahwa παράδειγμα paradeigma adalah argumen induktif dalam retorika. Argumen induktif adalah argumen kuat tetapi memiliki validasi yang cukup lemah. Kekuatan validasi bergantung pada argumen dan prosedur akhir retoris dengan masing-masing kasus.
Dalam hal ini, paradigma termasuk dalam argumen induktif dari Aristoteles. Argumen induktif adalah bagian dari logika Aristoteles pada penarikan kesimpulan. Dalam argumen induktif, seseorang tidak beralih dari kasus khusus ke kasus umum, tetapi dari satu kasus khusus ke kasus khusus lainnya dengan jenis yang sama. Paradigma adalah kesimpulan induksi yang benar, memiliki dialektika yang asli argumentatif, namun validasinya butuh pembuktian karena diperoleh berdasarkan pengalaman.
Thomas S. Kuhn (2009) mendefinisikan paradigma sebagai "pencapaian ilmiah yang diakui secara umum yang memberikan masalah dan solusi yang menentukan bagi komunitas pakar untuk periode waktu tertentu". Sehingga paradigma itu berwujud dan bersifat dinamis. Paradigma selalu berubah dengan penemuan-penemuan baru dari wujud yang sama.
Contohnya ialah paradigma arloji merk Urika tahun 1978 berbeda dengan paradigma arloji merk Urika tahun 2020. Perubahan paradigma produk arloji merk Urika tahun 2020 berdasarkan hasil riset para pakar untuk meningkatkan kualitas. Sehingga arloji merk Urika tahun 2020 lebih modern dan bagus dari arloji merk Urika tahun 1978. Keduanya adalah hasil pencapaian teknik ilmiah dari para pakar pada waktu berbeda dan sudah diakui umum dengan hak-hak patennya.
Aristoteles dalam Analytica Priora mengatakan bahwa fungsi paradigma adalah bagian yang terkait dengan bagian lain. Paradigma adalah argumen yang kuat namun memiliki validasi lemah. Sedangkan menurut Giorgio Agamben, fungsi paradigma adalah untuk mentransfer konsep asal.
Jadi paradigma memiliki konsep asal, sehingga, jika konsep asalnya adalah Aristoteles. Maka Paradigma Aristoteles ialah segala upaya untuk mentransfer gagasan dasar dari Aristoteles. Paradigma Nostalgia adalah segala upaya untuk mentransfer gagasan dasar tentang Nostalgia, dll. Pencapaian ilmiah dibuktikan dengan sumber-sumber tentang gagasan dasar yang dibuktikan. (*).
Sumber:
(1). Zaini, Zubarto. (2011). Leadership in Action, Pembelajaran dari Para Maestro. Jakarta: Elex Media Komputindo.
(2). D .G. Cedarbaum. (1983): Paradigms. Studies in History and Philosophy of Science 14.