Awalnya gagasan Neoplatonis mendominasi prespektif helenisme tentang Apollo. Hal ini disebabkan Neoplatonis memusatkan perhatian pada peran Apollo sebagai dewa cahaya, terang.Â
Menurut Neoplantonis, setelah melalui perkembangan sejak dari zaman primitif, Â Apollo ialah 'Tuhan' yang sempurna. Neoplatonis yakin bahwa Apollo memiliki makna filosofis yang bukan saja mempengaruhi manusia di dunia tetapi setelah manusia mati, termasuk keadaan jiwa setelah mati.Â
Platonis menafsirkannya sebagai A-pollon artinya: yang tidak banyak, terdiri dari a- (=tidak) dan pollon (=banyak). Dalam hal ini Neoplatonis melihat singgungan pada prinsip yang tertinggi, mutlak transenden, kebalikan dari multiplisitas.Â
Kemungkinan pemahaman Platonis tentang Apollo berasal dari ide Pythagoras. Platonis menjadikan ide Plato sebagai titik tolak refleksi filsafatnya tentang yang esa itu kemudian sedikit menambahkan pengaruh Aristoteles. Kemungkinan bagi Neoplatonisme, "Apollo" adalah nama ilahi dari 'yang esa' itu. Â
"Yang esa" menjadi pengertian etimologis dalam karya - karya Platonis tentang Apollon. Tetapi 'yang esa' tidak bisa dibuktikan secara eksplisit, tetapi Neoplatonis telah mengenalnya.Â
Penelitian menunjukkan bahwa gagasan tentang "yang ilahi" dan "yang esa" dari Apollo adalah bagian dari "pengajaran tidak tertulis". Hal itu terjadi, karena Apollo sudah dihormati oleh budaya-budaya barat maupun budaya-budaya timur pada masa kuno sebagai terang, cahaya, ilahi dan yang esa.Â
Nama Apollo akhirnya diberikan bagi nama pesawat ruang angkasa milik NASA. Pesawat ruang angkasa Apollo milik NASA telah berjaya dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1972.
Pesawat ruang angkasa Apollo digantikan oleh Shuttle (1981-2011) dan kini Orion (2021-.......). Pesawat ruang angkasa Apollo 11 sukses mendaratkan manusia pertama di bulan pada 20 Juli 1969. (*).Â
Sumber:
(1). Ferdinand Peter Moog: Apollo. Dalam: Werner E. Gerabek , Bernhard D. Haage, Gundolf Keil, Wolfgang Wegner (ed.): Sejarah medis ensiklopedia. De Gruyter, Berlin / New York 2005, ISBN 3-11-015714-4.
(2). Croft, John (2003), Ancient Near East, hosted by the University of Chicago, Christina Schaefer: pengalaman Plato yang tak terkatakan , Basel 2001, hlm. 128--129; Jens Halfwassen: Bangkitnya satu. Studi tentang Plato dan Plotin, Leipzig: 2006, Hans Kraemer: pengajaran Plato yang tidak tertulis.Â