Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024. Wa: +6281337701262.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Argumen Lemah Karantina untuk Pandemi Covid-19

11 Mei 2020   17:49 Diperbarui: 11 Mei 2020   20:36 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandemi Covid-19 di Eropa (Foto: Inews)

Pasien Pandemi Covid-19 di NTT saja hanya ada 8, itupun 4 sudah sembuh, kini hanya berjumlah 4. Sehingga liburan karena karantina Pandemi Covid-19 masih membingungkan, argumennya kurang kuat. 

Di Indonesia, hal ini masih tampak baru. Belum ada kejadian sebelumnya seperti saat ini. Pemerintah belum terlalu siap diri melakukan karantina nasional. Mengapa tidak ada karantina dan liburan terhadap beberapa Pandemi global sebelumnya?  

Sejak 22 Maret 2020, semua aktivitas sosial, ekonomi, pendidikan, politik dan transportasi diliburkan. Sekolah-sekolah diliburkan dan guru dan siswa/i dikembalikan ke rumah. Alasannya ialah demi karantina Pandemi Covid-19. Kemudian gereja ditutup bagi ibadah umum. Ibadah umat katolik dilarang selama pekan suci waktu Paskah.

Dari rumah-rumahnya, warga mengandalkan berita-berita di internet dan di TV serta di surat-surat khabar. Berita-berita tampak simpang siur. Para penulis media sering merupakan orang tak berwajah dan tak bernama. Mereka menjadi pengendali dunia selama masa karantina Pandemi Covid-19.

Periksa Sertifikat Kematian

Di Media, penyebab ketakutan itu ialah Italia. Berita-berita di Youtube dan media menakutkan. Italia adalah negara dengan jumlah kematian karena Pandemi Covid-19 salah satu yang tertinggi di dunia. Apakah alasan ini menjadi faktor pembatasan kebebasan sipil?

Argumen terhadap tingginya jumlah korban di Italia kurang meyakinkan. Kenyataannya ialah jumlah besarnya kematian di Italia mungkin bukan karena Pandemi Covid-19. 

Mereka yang diisukan telah meninggal di Italia adalah 99%, aneh. Menurut penelitian, faktor penyebab banyak kematian di Italia adalah karena penyakit kronis sebelumnya seperti kanker dan masalah jantung. 

Hanya 12% kematian di Italia adalah akibat Pandemi Covid-19. Silahkan anda memeriksa kembali sertifikat kematian. Di Italia, penyebab kematian seseorang tercatat secara jelas pada sertifikat kematian. Sehingga bisa dilihat, diteliti  dan dibaca kembali. 

Perlu Pencabutan Larangan Berkumpul 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun