Pasien Pandemi Covid-19 di NTT saja hanya ada 8, itupun 4 sudah sembuh, kini hanya berjumlah 4. Sehingga liburan karena karantina Pandemi Covid-19 masih membingungkan, argumennya kurang kuat.Â
Di Indonesia, hal ini masih tampak baru. Belum ada kejadian sebelumnya seperti saat ini. Pemerintah belum terlalu siap diri melakukan karantina nasional. Mengapa tidak ada karantina dan liburan terhadap beberapa Pandemi global sebelumnya? Â
Sejak 22 Maret 2020, semua aktivitas sosial, ekonomi, pendidikan, politik dan transportasi diliburkan. Sekolah-sekolah diliburkan dan guru dan siswa/i dikembalikan ke rumah. Alasannya ialah demi karantina Pandemi Covid-19. Kemudian gereja ditutup bagi ibadah umum. Ibadah umat katolik dilarang selama pekan suci waktu Paskah.
Dari rumah-rumahnya, warga mengandalkan berita-berita di internet dan di TV serta di surat-surat khabar. Berita-berita tampak simpang siur. Para penulis media sering merupakan orang tak berwajah dan tak bernama. Mereka menjadi pengendali dunia selama masa karantina Pandemi Covid-19.
Periksa Sertifikat Kematian
Di Media, penyebab ketakutan itu ialah Italia. Berita-berita di Youtube dan media menakutkan. Italia adalah negara dengan jumlah kematian karena Pandemi Covid-19 salah satu yang tertinggi di dunia. Apakah alasan ini menjadi faktor pembatasan kebebasan sipil?
Argumen terhadap tingginya jumlah korban di Italia kurang meyakinkan. Kenyataannya ialah jumlah besarnya kematian di Italia mungkin bukan karena Pandemi Covid-19.Â
Mereka yang diisukan telah meninggal di Italia adalah 99%, aneh. Menurut penelitian, faktor penyebab banyak kematian di Italia adalah karena penyakit kronis sebelumnya seperti kanker dan masalah jantung.Â
Hanya 12% kematian di Italia adalah akibat Pandemi Covid-19. Silahkan anda memeriksa kembali sertifikat kematian. Di Italia, penyebab kematian seseorang tercatat secara jelas pada sertifikat kematian. Sehingga bisa dilihat, diteliti  dan dibaca kembali.Â
Perlu Pencabutan Larangan BerkumpulÂ