Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"Putera/i Daerah" Eks Timor-Timur, Mau ke Mana?

27 Desember 2018   09:26 Diperbarui: 29 Desember 2018   10:38 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah pergerakan yang dibuat para pengungsi Timor Leste di Kupang tahun 2018 (Foto: Pos-Kupang)

Mungkin berat bagi mereka disebut pengungsi di pulau sendiri. Ibarat hunian yang hanya dibatasi sungai, mereka adalah orang-orang dari kampung seberang yang menjadi pengungsi di seberang sini. Sehingga praktis tidak ada masalah besar.

Tentu saja akan menginjak tahun ke-20 pengungsian Timor-Timur pasca jajak pendapat, masih ada ingatan dan status bagi mayoritas penduduk eks Timor-Timur yang tinggal di banyak resetlement di Timor Barat. Keberadaan mereka menyingkapkan rahasia masa lalu dengan menyandang status para pengungsi politik.

Sejarah tanah asal-usul mereka telah membagi dan memvonis kelompok-kelompok ini sebagai pengungsi. Mereka masih menjadi saksi terhadap sebuah kejayaan masa lalu keberadaan Indonesia di tanah Timor Leste. Masih ada harapan untuk mereka di masa depan. Meksipun status sebagai pengungsi masih tetap mereka sandang. Sebagai orang Timor yang dibatasi hutan dan sungai, status ini mungkiun terasa tidak ada masalah untuk hanya menjadi pengungsi di pulau yang sama.

Dahulu sebelum referendum "mengutamakan Putera/i daerah", adalah slogan selama masa integrasi Timor-Timor dengan Indonesia. Dengan semboyan ini, puluhan ribu PNS, ribuan TNI/Polri direkrut dari para putera/i daerah. Selanjutnya mereka mengabdi secara luar biasa bagi negara.

Pada tahun 1999, para putera/i daerah Timor-Timur ini memberikan suara untuk pro otonomi namun kalah lalu mengungsi ke Indonesia. Mungkin pilihan mereka adalah pilihan politik-ekonomi demi gaji dan tunjangan. Meskipun daerah Timor-Timur kini sudah dikuasai oleh kelompok prokem, kelompok ini masih ingin bekerja dan mempertahankan posisi dan hak-hak mereka sebagai abdi negara. 

Selepas kalah referendum, pemerintah RI pernah berniat untuk melucuti para PNS, TNI dan Polri serta berbagai jabatan yang diemban para putera daerah. Pikiran ini tentu akan sangat berbahaya. Sebab para putera/i daerah ini selama 23 tahun sudah dianggap musuh oleh para prokem.

Kondisi para putera/i daerah di tanah pengungsian ini berbeda dibandingkan dengan para eks KNIL dan pendukung Belanda pada masa lalu di negeri Belanda. Para tentara eks KNIL asal Hindia Belanda dan pejabat Belanda asal Hindia Belanda tampaknya melarat setelah hidup di negeri Belanda. Masih baik para putera daerah asal Timor-Timor masih mengabdi sebagai PNS, Polri dan TNI serta berbagai jabatan seperti DPRD. Meskipun segelintir dari mereka merasa diterlantar setelah menetap dan memilih Indonesia.

Satu hal mestinya disadari bahwa definisi para putera/i daerah asal Timor-Timur tampaknya sudah tidak lagi menyata. Sebab mereka secara de facto dan de Jure tidak hidup lagi di Timor-Timur. Karena pilihan politik, lalu kehilangan daerah asal agar terus mengabdi, dan dengan pengabdian nama mereka tetap harum dan jaya bagi Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun