Menurut Giddens, terorisme adalah sebuah bencana dan wabah besar yang sedang melanda dunia kontemporer. Wabah terorisme dapat disamakan dengan wabah flu burung. Sehingga kita harus mengesampingkan tema politik dan tema religius terhadap motivasi dari para pelakunya saat kita menganalisis para pelaku teroris.Â
Kelompok yang ditahan karena terlibat jaringan teroris di Rutan Brimob, Kelapa Dua, Depok Jawa Barat melakukan kerusuhan di penjara tahun 2017 lalu. Kebanyakan merupakan kaum muda (Foto: Panjimas.com)
Jika kita melihat para pelaku bom bunuh diri dan pelaku teroris, mayoritas mereka lelaki muda dan tampak kurang pendidikan. Sehingga mustahil mereka punya pendasaran intelektual berdasarkan kajian politik dan religius mendalam atas perbuatan teror mereka.
Kebanyakan para pelaku mungkin hanya melakukan aksi teror demi eksistensi diri mereka sendiri, gagah-gagahan dan mau bunuh diri. karena berdampak buruk maka para pelaku teror dikatakan sedang menderita wabah terorisme.
Ilustasi bencana dan wabah terorisme (Foto: Bumntrack.com)
Wabah terorisme adalah sebuah wabah dan ancaman penyakit global yang dapat disamakan dengan wabah penyakit flu burung. Di Indonesia dewasa ini, bencana wabah terorisme sedang banyak melanda daerah-daerah di Jawa, Bali, Sulawesi dan Sumatera sebagai bencana wabah penyakit seperti halnya flu burung, dan para pelakunya sudah menjadi ketagihan, seperti halnya merokok. Upaya kita menghentikan aksi terorisme seperti upaya kita membujuk orang yang ketagihan merokok untuk berhenti dari merokok.Â
Ilustrasi seorang pemadat rokok (Foto:instarix.com)
Jika wabah terorisme disamakan dengan ketagihan merokok maka sering upaya berhenti dari merokok itu berhasil, namun juga banyak kali gagal. Jika merupakan wabah, maka sebaiknya pemerintah perlu memberlakukan pemeriksaan ketat dan larangan perjalanan bagi orang-orang yang berasal dari daerah-daerah di mana menjadi daerah dengan banyak orang yang terjangkit wabah maut terorisme.
Arus transportasi yang ramai lancar melanda daerah-daerah Bali, Jawa, Sulawesi dan Sumatera menjadi faktor pendukung meluasnya wabah terorisme. Prinsipnya lebih baik mencegah dari pada mengobati, lebih baik mencegah dan menghilangkan resiko buruk dari wabah terorisme dari pada mengobati dan menanggung akibat wabah terorisme.
Sumber: Lord Giddens Understanding Terorism di The Guardian.com (11/09/2007)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya