Alarm arlojiku berbunyi nyaring di pagi yang dingin ini. Alarm ini telah mengundangku melepas selimut pagi yang hangat. Rasa kantuk yang terus membelitku seakan semakin membuat larut dalam mimpi. Tetapi ini memperpendek tidurku selama semalam yang telah berlangsung selama 6 jam penuh.Â
Pukul 01.00 Wita dini hari, saat orang sedang mendengkur untuk melalap mimpi paginya, aku telah tersadar untuk berpikir lagi, entah apa tema-tema tulisan yang dapat aku kembangkan di pagi ini. Kalau aku merasa seperti seorang nabi, aku pernah berniat menuliskan ceritera tentang  isi mimpiku sendiri. Saat aku tidak berdoa, aku menyadari bahwa mimpi-mimpi hanyalah mempertegas kehampaan. Aku berulang coba sendiri menganalisis isi mimpiku untuk meraih masa depan. Banyak kali aku merasa seakan terjebak dalam kemacetan kehampaan hidup itu sendiri.
Untuk membuat mimpiku bermakna, aku mengakrabi dunia media online. Perlahan-lahan mimpi-mimpiku kujadikan bermakna. Mimpi-mimpi tidak menghilang dan pergi begitu saja. Omong kosong kalau seorang penulis tidak lagi punya mimpi sebab bahan-bahan pembentuk mimpinya telah terwujud dalam bentuk tulisan yang dapat dibaca berulang-ulang. Aku sadar bahwa 'menulis' adalah merealisasikan isi mimpiku dan membuatnya jadi nyata dan melepaskan kehampaan mimpi-mimpiku sendiri. Mimpi memang datang sendiri, tak pernah kurencanakan, termasuk isi mimpi. Sehingga dari isi mimpi, manusia dapat memprediksi masa depannya dan membuat evaluasi diri untuk kesuksesan dalam hidupnya.Â
Siapa tidak menyangka, Si Anton, tetanggaku, si pengendara motor yang tertabrak mati, sebelum motornya menabrak truk bermimpi tentang peristiwa kecelakaan yang sama. Siangnya saat ia ceriterakan mimpi, semua orang tidak peduli. Sore, saat berkendaraan, ia benar-benar mengalami sial seperti mimpinya itu. Di lain sisi mimpi bagi adalah trauma, saat saya teringat saudara-saudaraku: Anton dan Boni yang sebelum pergi ke haribaan Tuhan, keduanya sering bermimpi dan mengigau berulang-ulang.
Aku membaca berbagai kisah dalam Kita Suci bahwa mimpi yang suci, sering jadi perintah Tuhan bagi manusia. Tapi siapakah manusia sehingga ia dikaruniai mimpi dari Tuhan. Nabi-nabi adalah manusia yang terpilih dan aku merasa seperti seorang nabi. Seorang yang 'ditahbiskan' seperti nabi tidak akan merasakan bahwa mimpinya adalah hampa. Mimpi adalah alarm Tuhan untuk dirinya dan sesamanya, yang akan terus berulang lagi.Â
Sesuatu yang pasti, hendaknya mimpi tidak merengkuh habis kesadaran orang. Justeru isi mimpi harus membawa manusia kepada kesadaran yang nyata akan keselamatan dan kesejahteraan hidupnya. Mimpi adalah hasil relasi manusia dengan sesamanya. Mimpi itu memutar ulang apa yang seolah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi dalam hidup manusia. Hal yang luar biasa adalah ketika manusia berhasil mengubah mimoi buruk menjadi mimpi yang indah. Bukan saja ia alami dalam alam mimpi tetapi benar-benar terjadi dalam alam nyata dan kesadaran hidupnya. Hendaknya mimpi tidak membawa orang pada kehampaan hidup.Â
Seperti nabi dan orang pilihan Tuhan, bagi manusia, mimpi adalah perintah Tuhan untuk keselamatan semua manusia. Memang isi mimpi tidak selalu membuat indah hidup manusia. Manusia dapat bekerja bersama Tuhan untuk membuat mimpi-mimpinya jadi indah. Ya, manusia perlu berjaga-jaga sambil berdoa. Menulis adalah salah satu jalan dalam berjaga-jaga. Semoga dengan tulisan-tulisan kita di sini, Tuhan memberikan kita mimpi-mimpi indah atau kita mengubah mimpi buruk untuk menjadi mimpi yang indah-indah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H