Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kabupaten Malaka-NTT Berdukacita, Wabupnya Meninggal Tiba-Tiba

17 September 2017   19:35 Diperbarui: 19 September 2017   14:10 2246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drs Daniel Asa selaku Wabup Malaka (Foto:Dokkab.Malaka)

     Kabupaten Malaka sedang berdukacita, Wakil Bupati Malaka, Drs Daniel Asa telah meninggal dunia pada hari Jumat, 15 September 2017. Wabup Daniel Asa meninggal dunia pada jam 06.00 Wita di RSPK Betun. Seperti dikisahkankan oleh Kilastimor.com bahwa almarhum meninggal dunia karena mendapat serangan jantung setelah selesai berolah raga pagi. Sejak alm. dibaringkan di rumah duka terlihat yang melayat ialah Gubernur NTT dan para pejabat, termasuk Wakil Bupati Belu, Drs. Ose Luan dan Bupati Belu Wilibrodus Lay, SH. Sebelumnya Bupati Malaka, dr. Stefanus Bria Seran telah memerintahkan kepada semua elemen masyarakat dan instansi pemerintah di Kabupaten itu untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama 7 hari, mulai dari Jumat, 15 September 2017 sebagai wujud penghormatan kepada almarhum.

     Gubernur NTT Drs Frans Leburaya mengatakan bahwa Wabup Drs. Daniel Asa ialah sosok yang jarang bicara namun senang bekerja keras. Hingga minggu, 17 September 2017, jenazah alm. Wabup Malaka Drs. Daniel Asa sedang disemayamkan di Jl. Tafatik Liurai, desa Umasakaer-Malaka dan akan dimakamkan setelah selesai misa Requem dan segala acara adat dan upacara kenegaraan pada Senin, 18 September 2017 di Wehae, desa Kapitan Meo, Kecamatan Laenmanen-Malaka. 

Saat Bupati Malaka, dr. Stefanus Bria Seran dan Danramil Betun, Mayor Kav. Yatman mengunjungi Jenasah alm. Wabup Malaka Drs. Daniel Asa di rumah duka (Foto:kilastimor.com)
Saat Bupati Malaka, dr. Stefanus Bria Seran dan Danramil Betun, Mayor Kav. Yatman mengunjungi Jenasah alm. Wabup Malaka Drs. Daniel Asa di rumah duka (Foto:kilastimor.com)
     Seperti dilansir dari Kilastimor.com, almarhum Drs. Daniel Asa lahir 58 tahun silam, tepatnya 23 April 1958 di Kampung Bikane, Manulea, kecamatan Sasitanmean. Wakil Bupati Malaka itu merupakan putra bungsu dari pasangan Arnoldus Fatin (Alm) dengan Viktoria Luruk Hane (alm).Pria dari sepuluh bersaudara ini memiliki nama sapaan kesayangan "LONIS". Sapaan itu datang dari keluarga dan teman-teman bermainnya.

     Ketika beranjak ke jenjang pendidikan formal yakni Sekolah Dasar Katolik (SDK) Kaputu teman-temamnya memanggilnya DAN. Almarhum tidak sempat menamatkan sekolah pada SD tersebut. Daniel Asa kemudian pindah dari Kaputu dan melanjutkan studi di SDK St. Yosef I dan tamat tahun 1973, semua atas dukungan saudara-saudaranya: Magdalena Muti, Willy Klau dan Yohanes Atolan.

     Pada tahun 1976, almarhum Daniel Asa menamatkan pendidikan di SMPK Don Bosco, Atambua, dan almarhum langsung melanjutkan studi di SMA Suria Atambua dan akhirnya tamat pada tahun 1980. Selepas tamat dari SMA Surya Atambua, almarhum melanjutkan pendidikan di Universitas Cendana Kupang, Jurusan Ilmu Administrasi hingga selesai dengan gelar Sarjana pada tahun 1986. Dengan gelarnya itu, Daniel Asa mulai berkarier sebagai abdi negara yakni PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Belu.

     Suami dari Maria Theresia Un ini dalam perjalanan karirnya pernah menjadi Camat Malaka Tengah. Almarhum kemudian menjadi Kabag Pemdes. Karir ayah dari tiga putri itu terus menanjak. Daniel Asa dipromosikan untuk jadi Kepala Badan Kesbangpolinmas Belu. Tiga tahun kemudian, Daniel Asa ditunjuk sebagai Sekretaris DPRD Belu.

     Ketika Malaka dimekarkan untuk menjadi Kabupaten definitif dari Kabupaten Belu tahun 2013 silam, Daniel Asa didaulatkan untuk menjadi Inspektur Inspektorat Malaka. Jabatan strategis yang diemban itu membuatnya dilirik masuk kontestasi Pilkada Malaka. Dia berpasangan dengan dr. Stef Bria Seran, MPH, dalam Pilkada Malaka di mana keduanya berhasil memenangkan Pilkada Malaka Perdana 2015. Daniel Asa memantapkan karirnya sebagai Wakil Bupati Malaka mendamping Stef Bria Seran. Pada 2016 lalu, mereka dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Malaka perdana periode 2016-2021. Ternyata ini adalah karir tertingginya. Pada Jumat, 15 September 2017 lalu, Daniel Asa menghembuskan nafas terakhir di Rumah sakit RSPP Webua Betun pukul 06:00 Wita akibat serangan jantung. Di jalur Partai Politik, Daniel Asa memilih Partai Demokrat sebagai kendaraannya. Dalam Muscab 2016, Daniel Asa terpilih sebagai Ketua DPC Demokrat Malaka.

Sekilas Tentang Masyarakat Kabupaten Malaka

     Dari segi budaya dan antropologis, penduduk Malaka dalam susunan masyarakatnya terbagi atas 2 subetnik besar yaitu : Ema Tetun dan Ema Dawan "R". Kedua subetnik mendiami lokasi - lokasi dengan karakteristik tertentu dengan kekhasan penduduk bermayoritas penganut agama Kristen Katolik. Drs Daniel Asa sendiri berasal dari subetnik Dawan "R" khususnya dari - Dawan Manulea. Masing - masing subetnik tersebut mempunyai bahasa dan praktek budaya yang saling berbeda satu sama lain dan kesamaan di lain segi. Kendati demikian masyarakat Malaka dapat dengan mudah hidup rukun dikarenakan aspek kesamaan-kesamaan spesifik. Mata Pencaharian utama adalah bertani yang masih dikerjakan secara ekstensif tradisional.

     Dari aspek ekologis, kondisi tanah Malaka sangat subur karena selain memiliki lapisan tanah jenis berpasir dan hitam juga dikondisikan dengan curah hujan yang relative merata sepanjang tahun. Daerah Malaka yang subur tersebut membuatnya potensial untuk dikembangkan menjadi daerah peternakan dan pertanian. Beberapa jenis pohon produktif seperti cendana, eukaliptus, kayu merah dan jati.

     Sesuai berbagai penelitian dan cerita sejarah daerah Malaka, bahwa sebelum orang Malaka menghuni Daerah Malaka maka sebelumnya ada sebuah suku yang terlebih dahulu mendiami wilayah Kab. Belu Umumnya adalah "Suku Melus". Orang Melus di kenal dengan sebutan "Emafatuk oan ai oan", (manusia penghuni batu dan kayu). Tipe manusia Melus adalah berpostur kuat, kekar orangnya dan bertubuh pendek.

     Selain suku melus, orang Malaka sebenarnya berasal dari "Sina Mutin Malaka"yang datang dari Negara Cina atau Thailand yang berlayar menuju Timor melalui Larantuka dan mendiami daerah Belu umumnya. Namun berjalannya waktu terjadilah kawin campur antara orang asli Suku Melus dengan Pendatang Sina Mutin Malaka hingga menyebar ke wilayah selatan Kab. Belu yang sekarang mendiami wilayah Malaka. Ada cerita bahwa ada tiga orang bersaudara dari tanah Malaka yang datang dan tinggal di Belu umumnya, bercampur dengan suku asli Melus. Nama ketiga saudara itu menurut para tetua adat masing - masing daerah berlainan.

     Dari makoan Faturuin menyebutnya Nekin Mataus (Likusen), Suku Mataus (Sonbay), dan Bara Mataus (Fatuaruin). Sedangkan Makoan asal Dirma menyebutnya Loro Sankoe (Debuluk, Welakar), Loro Banleo (Dirma, Sanleo) dan Loro Sonbay (Dawan). Namun menurut beberapa Makoan asal Besikama yang berasal dari Malaka ialah; Wehali Nain, Wewiku Nain dan Haitimuk Nain.

     Para pendatang dari Malaka itu bergelar raja atau loro dan memiliki wilayah kekuasaan yang jelas dengan persekutuan yang akrab dan masyarakatnya. Kedatangan mereka ke tanah Malaka hanya untuk menjalin hubungan dagang antar daerah di bidang kayu cendana dan hubungan etnis keagamaan yang mana kekuasaan Tanah Malaka pada saat itu dipimpinan atau dipegang oleh "Liurai Nain" di Malaka. Bahkan menurut para peneliti asing "Liurai Nain" kekuasaaannya juga merambah sampai sebahagian daerah Dawan (insana dan Biboki). Dalam melaksanakan tugasnya di Malaka, Liurai Nain memiliki perpanjangantangan yaitu Wewiku-Wehali dan Haitimuk Nain. Selain juga ada Faturuin, Sonabi dan Suai Kamanasa serta Loro Lakekun, Dirma, Fialaran, maubara, Biboki dan Insana. Liu Rai sendiri menetap di laran sebagai pusat kekuasaan kerajaan Wewiku-Wehali.

     Pada masa penjajahan Belanda muncullah siaran dari pemerintah raja - raja dengan apa yang disebutnya "Zaman Keemasan Kerajaan". Apa yang kita catat dan dikenal dalam sejarah daerah Belu, khususnya wilayah Malaka adalah adanya kerajaan Wewiku-Wehali (pusat kekuasaan seluruh Malaka). Menurut penuturan para tetua adat dari Wewiku-Wehali, untuk mempermudah pengaturan sistem pemerintahan, Liurai Nain mengirim para pembantunya ke seluruh wilayah Kab. Belu sebagai Loro dan Liurai.

     Tercatat nama - nama pemimpin besar yang dikirim dari Wewiku-Wehali seperti Loro Dirma, Loro Lakekun, Biboki Nain, Harneno dan Insana Nain serta Nenometan Anas dan Fialaran. Ada juga kerajaan Fialaran di Belu bagian Utara yang dipimpin Dasi Mau Bauk dengan kaki tangannya seperti Loro Bauho, Lakekun, Naitimu, Asumanu, Lasiolat dan Lidak. Selain itu ada juga nama seperti Dafala, manleten, Umaklaran Sorbau. Dalam perkembangan pemerintahannya muncul lagi tiga bersaudara yang ikut memerintah di Utara yaitu Tohe Nain, Maumutin dan Aitoon.

      Sesuai pemikiran sejarahwan Belu, terkenal nama empat jalinan terkait. Di Belu Utara bagian Barat dikenal Umahat, Rin besi hat yaitu Dafala, Manuleten, Umaklaran Sorbau di bagian Timur ada Asumanu Tohe, Besikama-Lasaen, Umalor-Lawain. Dengan demikian rupanya keempat bersaudara yang satunya menjelma sebagai tak kelihatan itu yang menandai asal - usul pendatang di Belu membaur dengan penduduk asli Melus yang sudah lama punah.

Susunan Strafikasi Sosial Masyarakat Malaka

     Menurut H.J. Grijzen seperti dikutip dalam tulisan Rm. Florens Maxi Un Bria dalam " The Way To Happiness Of Belu People" , masyarakat Malaka mengenal klasifikasi masyarakatnya atas 3 (tiga) golongan, yang secara hirarkis terdiri dari :

1. Dasi atau golongan bangsawan yang menempati lapisan terpusat dan dari kelompok inilah terpilih Loro / Liurai / Na'I yang akan memangku jabatan kepemerintahan secara turun temurun.

2. Renu yang tidak lain adalah rakyat jelata yang merdeka

3. Ata atau klason yang merupakan golongan hamba sahaya. Mereka yang masuk dalam golongan ini biasanya merupakan tawanan perang yang dijadikan budak untuk melayani kebutuhan masyarakat golongan renu atau golongan dasi. Perdagangan budak belian ini sempat menjadi komoditi pada tahun 1892 (pada daerah Jenilu - Atapupu) sampai pada akhirnya di awal abad 20-an Pemerintah Belanda mengeluarkann "Pax Nederlandica" sehingga perdagangan budak dihapus.

     Pembagian masyarakat Malaka sendiri ditinjau dari segi ekonomis terdiri dari klasifikasi "orang berpunya/the haves" (Ema Mak Soin) dan kelompok "orang miskin/the haves not" (Ema Kmukit). Ukuran untuk menentukan dua macam kelas ini tergantung pada pendapatan yang ia peroleh dan cara atau pola hidupnya setiap hari.

Secara ringkas struktur masyarakat Malaka terdiri dari :

Pertama adalah kelompok teratas atau kelompok raja (Nain Oan) masuk kelompok priyayi.

Kelompok lain adalah kelompok masyarakat bawah (Hutun Renu) atau marjinal dan orang kecil.

Antara dua kelompok itu ada kelompok penengah atau disebut Fukun dato.

     Keterkaitan antara ketiga kelompok utama tersebut terwujud dalam realisasi program dan kerja nyata. Dalam hal ini, kelompok Raja berperan mengawasi pelaksanaan pembangunan dan membuat putusan pemerintahan. Kelompok Hutun Renu sebagai mediator antara kedua kelompok tersebut. Perlu dicatat di sini bahwa dalam proses pengambilan keputusan (fui mutu lian-fui mutu ibun) dilakukan secara adat dengan korban bakaran.

     Dalam jajaran dan tataran kelompok penurutan raja atau kekerabatan horizontal yang dinamakan "klaken soman" ada juga kelompok vertikal yang disebut "Tohu Larus Hudi Oan". Dalam catatan sejarah lokal, menuturkan bahwa di kerajaan Wewiku - Wehali ada 4 dato yang sangat berperan dalam fungsinya sebagai mediator yaitu, Dato Leki Nahak Tamiru Usi Hawai Lerek (penguasa daerah pesisir laut) atau yang disebut Meti Ktuik. Dato Klisuk Rai dan Klisuk Lor yang menguasai daerah enclave laut (hasan). Sedangkan Dato Mota menguasai daerah pesisir kali Benenai (Mota Ninin Hare Ninin). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun