Kabupaten Malaka sedang berdukacita, Wakil Bupati Malaka, Drs Daniel Asa telah meninggal dunia pada hari Jumat, 15 September 2017. Wabup Daniel Asa meninggal dunia pada jam 06.00 Wita di RSPK Betun. Seperti dikisahkankan oleh Kilastimor.com bahwa almarhum meninggal dunia karena mendapat serangan jantung setelah selesai berolah raga pagi. Sejak alm. dibaringkan di rumah duka terlihat yang melayat ialah Gubernur NTT dan para pejabat, termasuk Wakil Bupati Belu, Drs. Ose Luan dan Bupati Belu Wilibrodus Lay, SH. Sebelumnya Bupati Malaka, dr. Stefanus Bria Seran telah memerintahkan kepada semua elemen masyarakat dan instansi pemerintah di Kabupaten itu untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama 7 hari, mulai dari Jumat, 15 September 2017 sebagai wujud penghormatan kepada almarhum.
   Gubernur NTT Drs Frans Leburaya mengatakan bahwa Wabup Drs. Daniel Asa ialah sosok yang jarang bicara namun senang bekerja keras. Hingga minggu, 17 September 2017, jenazah alm. Wabup Malaka Drs. Daniel Asa sedang disemayamkan di Jl. Tafatik Liurai, desa Umasakaer-Malaka dan akan dimakamkan setelah selesai misa Requem dan segala acara adat dan upacara kenegaraan pada Senin, 18 September 2017 di Wehae, desa Kapitan Meo, Kecamatan Laenmanen-Malaka.Â
   Ketika beranjak ke jenjang pendidikan formal yakni Sekolah Dasar Katolik (SDK) Kaputu teman-temamnya memanggilnya DAN. Almarhum tidak sempat menamatkan sekolah pada SD tersebut. Daniel Asa kemudian pindah dari Kaputu dan melanjutkan studi di SDK St. Yosef I dan tamat tahun 1973, semua atas dukungan saudara-saudaranya: Magdalena Muti, Willy Klau dan Yohanes Atolan.
   Pada tahun 1976, almarhum Daniel Asa menamatkan pendidikan di SMPK Don Bosco, Atambua, dan almarhum langsung melanjutkan studi di SMA Suria Atambua dan akhirnya tamat pada tahun 1980. Selepas tamat dari SMA Surya Atambua, almarhum melanjutkan pendidikan di Universitas Cendana Kupang, Jurusan Ilmu Administrasi hingga selesai dengan gelar Sarjana pada tahun 1986. Dengan gelarnya itu, Daniel Asa mulai berkarier sebagai abdi negara yakni PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Belu.
   Suami dari Maria Theresia Un ini dalam perjalanan karirnya pernah menjadi Camat Malaka Tengah. Almarhum kemudian menjadi Kabag Pemdes. Karir ayah dari tiga putri itu terus menanjak. Daniel Asa dipromosikan untuk jadi Kepala Badan Kesbangpolinmas Belu. Tiga tahun kemudian, Daniel Asa ditunjuk sebagai Sekretaris DPRD Belu.
   Ketika Malaka dimekarkan untuk menjadi Kabupaten definitif dari Kabupaten Belu tahun 2013 silam, Daniel Asa didaulatkan untuk menjadi Inspektur Inspektorat Malaka. Jabatan strategis yang diemban itu membuatnya dilirik masuk kontestasi Pilkada Malaka. Dia berpasangan dengan dr. Stef Bria Seran, MPH, dalam Pilkada Malaka di mana keduanya berhasil memenangkan Pilkada Malaka Perdana 2015. Daniel Asa memantapkan karirnya sebagai Wakil Bupati Malaka mendamping Stef Bria Seran. Pada 2016 lalu, mereka dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Malaka perdana periode 2016-2021. Ternyata ini adalah karir tertingginya. Pada Jumat, 15 September 2017 lalu, Daniel Asa menghembuskan nafas terakhir di Rumah sakit RSPP Webua Betun pukul 06:00 Wita akibat serangan jantung. Di jalur Partai Politik, Daniel Asa memilih Partai Demokrat sebagai kendaraannya. Dalam Muscab 2016, Daniel Asa terpilih sebagai Ketua DPC Demokrat Malaka.
Sekilas Tentang Masyarakat Kabupaten Malaka
   Dari segi budaya dan antropologis, penduduk Malaka dalam susunan masyarakatnya terbagi atas 2 subetnik besar yaitu : Ema Tetun dan Ema Dawan "R". Kedua subetnik mendiami lokasi - lokasi dengan karakteristik tertentu dengan kekhasan penduduk bermayoritas penganut agama Kristen Katolik. Drs Daniel Asa sendiri berasal dari subetnik Dawan "R" khususnya dari - Dawan Manulea. Masing - masing subetnik tersebut mempunyai bahasa dan praktek budaya yang saling berbeda satu sama lain dan kesamaan di lain segi. Kendati demikian masyarakat Malaka dapat dengan mudah hidup rukun dikarenakan aspek kesamaan-kesamaan spesifik. Mata Pencaharian utama adalah bertani yang masih dikerjakan secara ekstensif tradisional.
   Dari aspek ekologis, kondisi tanah Malaka sangat subur karena selain memiliki lapisan tanah jenis berpasir dan hitam juga dikondisikan dengan curah hujan yang relative merata sepanjang tahun. Daerah Malaka yang subur tersebut membuatnya potensial untuk dikembangkan menjadi daerah peternakan dan pertanian. Beberapa jenis pohon produktif seperti cendana, eukaliptus, kayu merah dan jati.
   Sesuai berbagai penelitian dan cerita sejarah daerah Malaka, bahwa sebelum orang Malaka menghuni Daerah Malaka maka sebelumnya ada sebuah suku yang terlebih dahulu mendiami wilayah Kab. Belu Umumnya adalah "Suku Melus". Orang Melus di kenal dengan sebutan "Emafatuk oan ai oan", (manusia penghuni batu dan kayu). Tipe manusia Melus adalah berpostur kuat, kekar orangnya dan bertubuh pendek.