Pada pelbagai periode pemerintahan zaman kemerdekaan, Â pendidikan telah digalakkan hingga ke pelosok-pelosok desa bahkan kampung-kampung di Indonesia. Dengan sendirinya pendidikan kita telah mampu mengangkat kualitas manusia Indonesia. Berbagai pelatihan dan pendidikan luar sekolah telah ikut meningkatkan kualitas manusia Indonesia, untuk mencipta dan berkreasi dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. Pendidikan dan pelatihan telah meningkatkan kemampuan manusia memproduksi barang dan jasa untuk keperluan sendiri dan untuk keperluan eksport.Â
Produksi menghasilkan uang dan investasi. Bertahun-tahun, semua Pemkab dalam era otonomi ini agaknya salah kaprah dalam menterjemahkan investasi dalam daerah. Bagi mereka, investasi daerah dalam hubungan dengan eksplorasi pemanfaatan kekayaan alam. Data menunjukkan bahwa laju para pengusaha luar daerah untuk eksplorasi kekayaan alam meningkat drastis. Perusahaan-perusahaan datang ke setiap daerah sebagai penanaman modal yang bekerja sama dengan asing yang selanjutnya mengolah kekayaan alam daerah secara brutal.Â
Jawabannya, dengan mengutip kalimat yang pernah dilontarkan oleh Mama Aleta Baun saat diwawancarai sebuah Media. Mama Aleta mengatakan, "Idealnya kita menjual produk kita sendiri, dan tidak boleh menjual kekayaan alam". Jawaban mama Aleta Baun, sosok pejuang lingkungan hidup dari kabupaten TTS ini merangkum jawaban dari strategi Pemda manapun di Indonesia. Kalau Pemda-Pemda di seluruh Indonesia selalu cenderung menjual potensi kekayaan alam untuk investasi, maka Pemda-Pemda terus memberikan peluang  dan hak konsensi bagi investor luar daerah untuk terus melakukan perusakan lingkungan hidup.
Tercatat dalam sejarah Nusantara, kerajaan-kerajaan pertama di setiap daerah merupakan penguasa pertama yang telah mengolah dan mengeksplorasi berbagai potensi kekayaan alam Indonesia pada setiap daerah-daerahnya selama berabad-abad sebelum kedatangan bangsa kolonial. Setelah berabad-abad menguasai dan mengolah berbagai kekayaan alam, muncul penguasa baru dari bangsa-bangsa asing yakni Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang. Belanda merupakan negara paling lama menguasai dan mengeksplorasi segala potensi kekayaan alam Indonesia.Â
Setelah selesai masa kolonialisme, barulah muncul masa kemerdekaan Indonesia, di mana saat mulai membangun bangsa Indonesia modern yang berdiri di atas warisan-warisan zaman kerajaan-kerajaan dan zaman penjajahan atau kolonialisme. Dengan menyimak baik-baik berbagai pemerintahan masa lampau, dapat dipastikan bahwa pemerintahan Indonesia yang modern mewarisi kekayaan dan potensi alam tersisa, yang belum sempat habis dikikis periode pemerintahan terdahulu. Boleh dikatakan kekayaan alam Indonesia hampir habis digaruk oleh berbagai periode pemerintahan kerajaan dan pada puncaknya berbagai eksplorasi yang telah dilakukan oleh pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang.
Apa yang tersisa bagi kita untuk kita zaman kemerdekaan ini untuk dikelola? Kalau yang tersisa adalah kekayaan alam maka jawabannya tentu tidak bisa karena kekayaan alam hampir habis. Yang belum habis ialah potensi-potensi manusia yang belum berkembang pada zaman kerajaan dan zaman penjajahan. Kini dalam zaman kemerdekaan ini, kita harus berjuang meningkatkan potensi manusia. Dengan potensi manusia yang berkualitas tinggi, kita berjuang untuk membuat dan menciptakan berbagai produksi barang dan jasa berkualitas tinggi untuk dijual demi mendatangkan uang demi kesejahteraan Indonesia.Â
De facto tahun demi tahun, kualitas manusia Indonesia yang modern telah dipertinggi dan ditempa melalui pendidikan. Melalui pendidikan dan pelatihan, maka manusia memiliki akal budi yang tinggi untuk memproduksi barang dan jasa untuk kepentingan diri sendiri dan untuk kegiatan eskport demi kesejahteraan manusia. Jadi hendaklah para Pemda menjual barang-barang hasil produksi-produksi Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi, bukan terus menjual kekayaan alam yang pada hakekatnya sudah babak belur dieksploitasi manusia-manusia dari berbagai periode sebelumnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H