Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Setelah Jual Kekayaan Alam, Pemda-Pemda Mau Jual Apa Lagi?

11 September 2017   23:42 Diperbarui: 4 Oktober 2017   02:53 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eksploitasi alam (Foto:ilhamirdian.wordpress.com)

Pada pelbagai periode pemerintahan zaman kemerdekaan,  pendidikan telah digalakkan hingga ke pelosok-pelosok desa bahkan kampung-kampung di Indonesia. Dengan sendirinya pendidikan kita telah mampu mengangkat kualitas manusia Indonesia. Berbagai pelatihan dan pendidikan luar sekolah telah ikut meningkatkan kualitas manusia Indonesia, untuk mencipta dan berkreasi dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. Pendidikan dan pelatihan telah meningkatkan kemampuan manusia memproduksi barang dan jasa untuk keperluan sendiri dan untuk keperluan eksport. 

Produksi menghasilkan uang dan investasi. Bertahun-tahun, semua Pemkab dalam era otonomi ini agaknya salah kaprah dalam menterjemahkan investasi dalam daerah. Bagi mereka, investasi daerah dalam hubungan dengan eksplorasi pemanfaatan kekayaan alam. Data menunjukkan bahwa laju para pengusaha luar daerah untuk eksplorasi kekayaan alam meningkat drastis. Perusahaan-perusahaan datang ke setiap daerah sebagai penanaman modal yang bekerja sama dengan asing yang selanjutnya mengolah kekayaan alam daerah secara brutal. 

PT Semen Kupang mulai dibangun kembali tahun 2017 (Foto: http://www.lintasntt.com)
PT Semen Kupang mulai dibangun kembali tahun 2017 (Foto: http://www.lintasntt.com)
Pengalaman justeru menunjukkan bahwa paradigma eksplorasi kekayaan alam sebagai ujung tombak investasi daerah telah mengakibat berbagai kerusakan alam dan lingkungan hidup yang berbuntut pada banyaknya gelombang demonstrasi masyarakat adat. Eksploitasi kekayaan alam hanya sedikit membawa implikasi positif secara langsung kepada masyarakat dan pemerintah daerah. Dalam kondisi ini, pertanyaan penting muncul: apa yang daerah jagokan bagi investasi ketika potensi alam kekayaan alam tidak lagi menjadi primadona? 

Jawabannya, dengan mengutip kalimat yang pernah dilontarkan oleh Mama Aleta Baun saat diwawancarai sebuah Media. Mama Aleta mengatakan, "Idealnya kita menjual produk kita sendiri, dan tidak boleh menjual kekayaan alam". Jawaban mama Aleta Baun, sosok pejuang lingkungan hidup dari kabupaten TTS ini merangkum jawaban dari strategi Pemda manapun di Indonesia. Kalau Pemda-Pemda di seluruh Indonesia selalu cenderung menjual potensi kekayaan alam untuk investasi, maka Pemda-Pemda terus memberikan peluang  dan hak konsensi bagi investor luar daerah untuk terus melakukan perusakan lingkungan hidup.

Peternakan sapi di NTT, salah satu yang tetap menjadi primadona ekspor NTT (Foto:http://www.lintasntt.com)
Peternakan sapi di NTT, salah satu yang tetap menjadi primadona ekspor NTT (Foto:http://www.lintasntt.com)
Kekayaan alam Indonesia saat ini memang meskipun melimpah namun telah banyak berkurang akibat berbagai eksplorasi dari pemerintahan dari periode ke periode sebelumnya. Mulai dari periode pemerintahan zaman kerajaan-kerajaan, periode pemerintahan masa kolonial hingga periode pemerintahan kemerdekaan. Meskipun wilayah Indonesia begitu luas membentang dari Sabang sampai Merauke, dan dari Miangas sampai ke Rote, toh Indonesia bukan negara yang pertama kali mengolah kekayaan alam Indonesia. 

Tercatat dalam sejarah Nusantara, kerajaan-kerajaan pertama di setiap daerah merupakan penguasa pertama yang telah mengolah dan mengeksplorasi berbagai potensi kekayaan alam Indonesia pada setiap daerah-daerahnya selama berabad-abad sebelum kedatangan bangsa kolonial. Setelah berabad-abad menguasai dan mengolah berbagai kekayaan alam, muncul penguasa baru dari bangsa-bangsa asing yakni Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang. Belanda merupakan negara paling lama menguasai dan mengeksplorasi segala potensi kekayaan alam Indonesia. 

Setelah selesai masa kolonialisme, barulah muncul masa kemerdekaan Indonesia, di mana saat mulai membangun bangsa Indonesia modern yang berdiri di atas warisan-warisan zaman kerajaan-kerajaan dan zaman penjajahan atau kolonialisme. Dengan menyimak baik-baik berbagai pemerintahan masa lampau, dapat dipastikan bahwa pemerintahan Indonesia yang modern mewarisi kekayaan dan potensi alam tersisa, yang belum sempat habis dikikis periode pemerintahan terdahulu. Boleh dikatakan kekayaan alam Indonesia hampir habis digaruk oleh berbagai periode pemerintahan kerajaan dan pada puncaknya berbagai eksplorasi yang telah dilakukan oleh pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang.

Apa yang tersisa bagi kita untuk kita zaman kemerdekaan ini untuk dikelola? Kalau yang tersisa adalah kekayaan alam maka jawabannya tentu tidak bisa karena kekayaan alam hampir habis. Yang belum habis ialah potensi-potensi manusia yang belum berkembang pada zaman kerajaan dan zaman penjajahan. Kini dalam zaman kemerdekaan ini, kita harus berjuang meningkatkan potensi manusia. Dengan potensi manusia yang berkualitas tinggi, kita berjuang untuk membuat dan menciptakan berbagai produksi barang dan jasa berkualitas tinggi untuk dijual demi mendatangkan uang demi kesejahteraan Indonesia. 

De facto tahun demi tahun, kualitas manusia Indonesia yang modern telah dipertinggi dan ditempa melalui pendidikan. Melalui pendidikan dan pelatihan, maka manusia memiliki akal budi yang tinggi untuk memproduksi barang dan jasa untuk kepentingan diri sendiri dan untuk kegiatan eskport demi kesejahteraan manusia. Jadi hendaklah para Pemda menjual barang-barang hasil produksi-produksi Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi, bukan terus menjual kekayaan alam yang pada hakekatnya sudah babak belur dieksploitasi manusia-manusia dari berbagai periode sebelumnya!

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun