Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ikhlas Hati, Tapi Tidak Boleh Benarkan Kejahatan

22 Juni 2017   10:32 Diperbarui: 22 Juni 2017   12:03 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hingga kini demi nilai-nilai kebajikan, saya ikhlaskan kehilangan Kamera dan  HPku. Saya berdoa agar si pelaku sadar terhadap semua perbuatannya dan mau bertobat serta tidak mengulang lagi kesalahan demi kesalahan yang sama. Saya berdoa agar generasi muda diberikan kekuatan untuk bekerja secara halal dalam mencari rezeki. Saya berdoa agar mereka bisa bertobat dan berjanji untuk tidak mengambil sembarang barang milik orang lain. Semoga generasi muda berjuang untuk menghidup diri sendiri dengan tata cara yang positif dan tidak melanggar peraturan dan norma-norma hidup bersama.

Nilai lain yang saya petik dari kasus-kasus pencurian barang-barang milik saya ialah, agar kita tidak boleh membenarkan dan membela pencurian atau kejahatan. Kejahatan pencurian harus dibasmi. Kejahatan pencurian harus dihukum demi pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Kejahatan pencurian harus ditindak. Mereka tidak boleh ditoleransi karena hanya akan merusak dan menambah parahnya sendiri-sendiri kehidupan moral masyarakat. Tegurlah orang yang berada di jalan kejahatan untuk memperbaiki tingkah lakunya.

Nilai berikut ialah sebaiknya berdoalah agar hati nurani kita bersih dan murni untuk membedakan mana yang jahat dan mana yang baik. Oleh karena hati nurani kita kurang bersih, kita sering tidak tahu secara benar: apakah kita sedang berada di jalan kebaikan atau kejahatan. Perlu pembimbing rohani baik dari rohaniawan/i dan para tokoh masyarakat. Kemurnian hati nurani manusia amatlah menentukan dalam membedakan yang jahat dan baik. Berbuatlah baik, belahlah kebaikan, posisikanlah diri anda dalam kebaikan, sebaiknya tidak boleh posisikan diri dengan kejahatan. Bolehlah masuk dalam kelompok kejahatan namun anda harus memiliki visi untuk menegur mereka, menolong mereka, memperingatkan mereka dan menasihati mereka untuk kembali ke jalan yang benar.

Bagi seorang yang berkarakter baik, ia akan tetap baik meskipun berada dalam sarang orang-orang pembuat kejahatan. Orang baik harus seumpama lilin dan cahaya yang menerangi orang-orang jahat untuk bertobat dan membaharui diri ke jalan kebenaran dan kehidupan. Dengan demikian, dunia bisa dibaharui menjadi lebih baik dengan perjuangan dan kerja keras. Semoga Tuhan memberkati orang-orang yang sabar, rela mengampuni dan berkehendak baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun