Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Indonesia Bukan Milik Mbahmu (Analisis Kritis Atas Poster ICW)

3 Maret 2014   05:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, ICW kelihatannya lebih berkiblat ke atas, ke kalangan penguasa pusat. ICW lebih sibuk menyelamatkan uang Triliyunan Rupiah dengan melakukan analisa dan perjuangan mengungkapkan kasus demi kasus di tingkat pusat. Padahal untuk kepentingan perang terhadap KKN telah ada lembaga yang diakui negara yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Lembaga ini seharusnya lebih berperan dalam sosialisasi pemberantasan Korupsi ketimbang ICW yang merupakan lembaga nirlaba bentukan swasta. KPK seharusnya bukan hanya sibuk mengungkapkan kasus-demi kasus KKN yang melibatkan kalangan penguasa pusat, namun seharusnya KPK lebih proaktif dalam sosialisasi terhadap tugas dan wewenang KPK terhadap masyarakat. KPK juga harus menunjukkan kinerja yang lebih berkualitas terhadap usaha pemberantasan KKN di Indonesia.

Kedua, ICW dan KPK seharus bekerja dengan orientasi mempercepat kemandirian, otonomi dan demokrasi masyarakat pada tataran bawah yakni masyarakat Desa. Dengan melakukan penekanan terhadap kalangan pemimpin pusat yang terlibat KKN, dengan itu diharapkan dapat membawa implikasi besar bagi penguatan masyarakat desa yang selama ini termarginalkan dan dilupakan oleh pemerintah pusat, padahal masyarakat kota selama ini sangat tergantung pada hasil-hasil dari masyarakat desa seperti produk kayu, sayur mayur, pisang, dan hasil tambang lainnya. Ada indikasi bahwa program kerja dari ICW dan KPK menjadi kurang terarah dan terencana dengan baik.

Perlu dijelaskan misi yang sesungguh terhadap pemberantasan KKN oleh lembaga seperti ICW dan KPK. Apakah dampak yang ditimbulkan pada masyarakat marginal desa? Mengapa tidak segera saja melarikan uang-uang itu kepada penguatan masyarakat desa, bagi perbaikan demokrasi, partisipasi masyarakat desa, penguatan aparat desa, perbaikan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, teknologi dan kesejahteraan masyarakat desa?

Bila orientasi dari ICW dan KPK hanya terbatas pada pusat dan melupakan lembaga pada tataran rendah seperti desa terabaikan maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam pembangunan nasional. Pembangunan nasional akan terlihat pincang karena banyak biaya lebih ditujukan kepada pusat dari pada kepada desa-desa di seluruh Indonesia, sebagai tingkatan pemerintahan yang termarginalkan selama berabad-abad, sejak zaman kolonial hingga saat ini.

____________________________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun