Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Buah Jambu Biji Hutan Sedang Melimpah

19 Agustus 2014   04:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:11 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini pada sisi jalan raya negara sepanjang perjalanan Atambua-Kupang, orang akan menemukan buah jambu biji hutan (buah Kujawas) yang dijual di samping jalan raya oleh para penjual. Saat saya hendak memasuki kota Kefamenanu, ibu kota kabupaten TTU segera tampak lapak-lapak pedagang buah-buahan ini sedang sibuk menawarkan atau menjajakan tumpukan buah jambu biji yang sedang masak untuk para pembeli yang umumnya para pengendara mobil atau motor yang berhenti.

Segera saya memberhentikan sepeda motorku lalu bertanya tentang harga sebuah tumpukan buah yang menurutku menarik itu. "Setumpuk Rp 2500, pak!", kata seorang mama penjual. Saya memeriksa beberapa buah yang tampak kuning, namun di dalamnya berwarna merah delima dan putih susu. Saya memilih yang berkenan di hati saya lalu mulai makan dan merasakan nikmatnya makan buah jambu biji itu.

"Buah jambu ini diambil dari mana, bu? Apakah ibu sendiri yang menanamnya?", tanya saya kepada seorang ibu yang menjual di lapak yang berjejer dengan lapak sesama pedagang buah jambu yang lain. "Tidak menanam sendiri, pak. Buah jambu biji ini kami petik ramai-ramai dari hutan. Setelah membersihkannya kamipun menjualnya di lapak ini"' kata mama penjual itu. "Oh, berarti sekarang lagi panen buah jambu biji masak di hutan ya? Lalu apakah buah jambu biji ini laris setiap hari? Mengingat bahwa ada sekitar lebih dari 5 lapak"' tanyaku. "Wah selalu laris, pak," jawab mama penjual. Kemudian saya terus sibuk memotret dengan kamera yang saya gantung di leherku sebelumnya sambil mulut saya mengunyah buah jambu biji hutan ini. Meskipun buahnya kecil, namun rasa buahnya enak, manis dan harum. Hmmmmm...

Tampak beberapa kendaraan berhenti untuk membeli buah jambu biji hutan yang ditumpuk itu. Berdasarkan penjelasan mama itu, saya dapat tangkap bahwa usaha penjualan buah jambu biji ini merupakan salah satu produk hasil hutan yang favorit pada bulan-bulan seperti sekarang (Agustus hingga Oktober). Selain buah jambu hutan, masyarakat juga memanen madu hutan, kayu bakar, umbian, dll.  Buah jambu hutan ini biasanya digunakan orang untuk mengolahnya menjadi manisan buah, rujak atau dimakan langsung seperti buah Apel.

Pemandangan buah jambu biji hutan di tempat jualannya. Sepiring begini dihargai Rp 2500 (Foto: Dokpri)

14083702861769421548
14083702861769421548
Kalau tampak dalam kamera secara lebih dekat, inilah bentuk buah jambu biji hutan (Kujawas) yang sedang laris terjual di jalanan umum atau pasar tradisional. Penjual buah jambu biji hutan asli Timor-NTT ini ialah mama-mama atau bapak-bapak dari Timor-NTT. (Foto: Dokpri)

___________________________________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun