Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Guru profesional Bahasa Jerman di SMA Kristen Atambua dan SMA Suria Atambua, Kab. Belu, Prov. NTT. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perlu Gerakan Sayang Binatang di Indonesia

10 September 2014   16:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:06 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14103177101027830385

Hewan-hewan ini cukup menderita akibat dipukul, dipaksa berjalan jauh dan penuh bilur-bilur akibat dibakar besi panas untuk menuliskan huruf-huruf para pemiliknya. Tampak hewan-hewan sapi teraniaya juga salah satunya oleh penjaganya setiap hari di padang gembalaan (Dokpri)

Gerakan ini sangat perlu dan penting sebagai insan beradab. Berkaitan dengan ini saya punya pengalaman yang ingin saya sharingkan bagi para pembaca. Suatu pagi, anjing piaraan kami terlihat meringis menahan kesakitan. Pada tabuhnya terlihat goresan luka besar menganga. Ia merontak dan meraung. Tampak jelas benar bahwa si Hello terkena lemparan batu keras oleh seseorang yang kemudian menghilang. Rupanya kejadian itu terjadi pada dini hari. Saya memperhatikan dengan cermat dan menaruh rasa iba kepada anjing jantan satu-satunya yang tersisa dalam keluarga kami. Sejenak saya ikut merasakan beban penderitaan sang anjing. Kasihan si Hello! Sungguh malang nasibnya. Andaikan si pelempar batu adalah si Hello, pasti ia akan mengutuk si pelempar.

si Hello bukan tipe anjing ganas. Ia tipe anjing penjaga dan bisa diajak bekerja sama. Selama ini rekam jejaknya bagus. Ia tidak pernah menggit orang hingga berdarah. Ia hanya menggonggong bila ada orang lewat di halaman rumah kami. Namun bila orang melakukan gerakan, anjing jantan itu lantas melarikan diri sambil menggonggong. Tampaknya dia agak gentar dengan manusia. Bagi keluarga kami, dia tipe anjing penurut. Ketakutan paling besar baginya ialah bila dia dihardik secara tak ramah dan bila dia mendengar ledakan mercon saat perayaan Natal dan tahun baru setiap tahun.

Suatu malam, ketika anak-anak membakar mercon atau kembang api di halaman rumah kami, si Hello lari tunggang langgang ke dalam rumah dan tampak menggigil ketakutan. Kami menaruh kasihan padanya. Malahan dia pernah menghilang selama dua hari penuh karena ketakukan oleh bunyian kembang api. Kami kuatir akan keadaannya dan menacrinya kiian kemari, sampai dia datang sendiri dalam perasaan was-was. Kini dia terbaring sambil merintih. Luka besar itu tak bisa tersembuhkan. Satu-satunya jalan keluar baginya ialah maut. Kasihan si Hello. Nasibnya sungguh malang akibat keteledoran manusia.

Di NTT, pelaku kekerasan terhadap hewan tak dianggap sebuah kejahatan fatal. Setelah melakukan kekerasan terhadap hewan, mereka pergi dan tak pernah disentuh hukum adat istiadat kampung atau hukum Negara. Nanti mereka akan melakukannya lagi di tempat lain, terus dan seterusnya tanpa dianggap mereka itu penjahat bagi kehidupan.

Sore harinya, seorang pemuda tanggung bertamu di rumah kami. Kepada mama, dia meminta si Hello untuk di bawah pergi. Katanya ia mau RW (Sebutan untuk santapan daging anjing di NTT). Dia bersedia menukar seekor anjing jantan sehat kecil. Mama setuju dan malam hari, saya tidak melihat lagi si Hello duduk di samping meja makan kami, ketika kami sedang santap malam. Biasanya ketika makan, si Hello duduk sambil mengibas-ngibas ekornya ke arah saya. Lalu saya memberinya makan dari jatah makan siang atau malam saya. Tak lama kemudian, benar-benar seekor anjing jantan kecil tiba dengan riang. Saya berdoa semoga nasibnya tidak seperti si Hello yang mati akibat kekkerasan demi kekerasan dari para penjahat kehidupan.

Kekerasan terhadap hewan telah berumur tua di NTT dan tak poernah tersentuh hukum adat istiadat secara serius. Karena itu perbuatan itu selalu terus terulang. Anjing, ayam, itik, bebek, kambing, kucing dan sapi atau kerbau menjadi sasaran amarah pemiliknya. Saat inipun, kondisi hewan-hewan sngat memperihatinkan. Tak pernah ada hewan di NTT yang kondisi mulus 100%. Hewan-hewan umumnya teraniaya di NTT. Ini sungguh ironis dan disayangkan.

Kami memiliki sapi-sapi piaraan yang dipiara oleh kenalan. Setiap hari dia membawanya ke lapangan rumput. Sungguh kasihan. Sapi-sapi di NTT telah dicoret-coret dengan berbagai symbol oleh pemiliknya. Ada huruf singkatan nama. Dan ketika berganti pemilik, sapi-sapi atau kuda-kudapun diberikan tanda pada tubuhnya, biasanya huruf-huruf. Terkadang kita melihat banyak coretan pada tubuh hewan sapi atau kuda di NTT. Coretan itu dibuat dengan besi panas membara. Sapi atau kuda harus menahan sakit bila diberikan cap. Seringkali kami mendapatkan kiriman daging sapi yang mati karena cedera atau kelelahan. Berkali-kali ada juga kiriman sapi cedera pada salah satu bagian tubuhnya lalu dipotong untuk daging.

Selain itu sapi-sapi juga digunakan untuk merenca Sawah untuk ditanami padi. Mereka dipukuli dengan kayu dan harus bekerja menginjak sawah hingga bisa ditanami padi. Setiap hari, penjaga-penjaga sapi membawa sapi-sapi berjalan jauh ke padang rumput. Sapi-sapi itu melewati bukit dan gunung, menuruni ngarai. Sering mereka dipukul dan diteriaki. Banyak kali sapi-sapi menjadi cedera akibat kekerasan fisik oleh penjaganya. Ini sebuah ironi besar, bahwa penganiayaan terhadap hewan ternak di NTT terjadi setiap tahun dengan intensitas tinggi namun didiamkan saja.

Marilah kita himbau, stoplah kekerasan terhadap hewan-hewan piaraan. Munculkan rasa cinta terhadap hewan-hewan piaraan anda dengan membersihkan, merawat dan memperlakukannya dengan cinta kasih sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Stoplah melakukan kekerasan terhadap hewan-hewan sebelum bencana kemiskinan absolut datang dan menghantui kita.

_______________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun