Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat.Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fasilitas Sekolah Sebaiknya Perlu Dijaga Selama 24 Jam/Hari

6 Desember 2014   01:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:57 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dewasa ini, gedung-gedung sekolah berjumlah puluhan ribu telah berdiri hingga pelosok-pelosok Indonesia, dari pulau terdalam hingga pulau-pulau terluar telah berdiri gedung-gedung sekolah dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.Tak dipungkiri, sekolah-sekolah itu merupakan aset yang luar biasa nilainya dari negara untuk rakyat Indonesia demi memenuhi hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak sejalan dengan amanat UUD 1945.  Aset-aset sekolah mulai dari TK hingga SMA/SMK merupakan milik negara dan digunakan demi kesejahteraan bangsa Indonesia berupa, tanah, gedung sekolah dan berbagai fasilitas di dalamnya tampaknya perlu mendapatkan pemeliharaan dan penjagaa yang baik dari para penjaga bersama masyarakat setempat.

De facto bahwa gedung dan fasilitas sekolah digunakan selama jam-jam sekolah, yakni sekitar jam 07.30 Waktu Setempat hingga sekitar jam 13.00 Waktu Setempat, khususnya bagi sekolah-sekolah dengan rombongan belajar hanya satu kali. Seusai jam-jam efektif sekolah, gedung-gedung sekolah tampak sunyi dan terkunci pagarnya (bila pengelolanya tekun) agar hewan-hewan tidak menjadikan sekolah sebagai tempat merumput atau anak-anak tidak jadikan sekolah sebagai sarana bermain yang riuh.

Banyak kali terjadi bahwa anak-anak sekolah, yang rumah tinggalnya berdekatan dengan kompleks sekolah, sering menjadikan sekolah dan fasilitasnya sebagai sarana rekreasi atau bermain ataupun untuk berolah raga. Demikianpun serobotan hewan-hewan kampung sering merusak pagar dan taman bunga sekolah dan pada gilirannya membuat sekolah menjadi cepat rusak. Tampaknya pagar sekolah yang kuat dan kukuh perlu dibuat agar gangguan-gangguan luar bisa dihilangkan, sesuatu yang ternyata cukup sulit dilakukan pihak sekolah karena persoalan dana untuk pemeliharaan sekolah yang terbatas.

Penggunaan tanpa kontrol oleh anak-anak untuk bermain sering menjadi pokok persoalan karena seringkali dengan demikian fasilitas sekolah menjadi rusak akibat riuh rendahnya orang-orang bermain dalam kompleks sekolah. Pengalaman itu setidaknya, terjadi juga satu atau dua kali di lingkungan sekolah kami, ketika pelajaran sore usai, berdatangan banyak orang-orang muda, menerobos masuk untuk menikmati fasilitas berolahraga bulu tangkis atau bola volley. Padahal dengan kegiatan seperti ini, sering menjadi penyebab rusaknya sarana belajar yang merugikan pihak sekolah.

Untuk itu, peranan penjaga sekolah yang permanen dibutuhkan. Para penjaga sekolah perlu bekerja non stop 24 jam menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini, seperti yang terjadi di SMA Negeri 1 Atambua, di mana penjagaan oleh petugas Satpam Sekolah dan penjaga sekolah berlangsung 24 jam sehari secara berganti-ganti. Akibatnya fasilitas dan gedung sekolah tampak terawat baik akibat penjagaan yang bagus yang dikoordinir oleh pimpinan Sekolah. Sekolah-sekolah tingkat SMP hingga SMA/SMK kita dewasa ini bernilai aset mencapai ratusan milyard rupiah setiap sekolah karena selain aset tanah, juga gedung dan fasilitas-fasilitas di dalamnya seperti ratusan buah Komputer, Laboratorium Bahasa, Perpustakaan dan berbagai peralatan berharga lainnya yang bernilai Milyaran rupiah untuk sebuah sekolah SMA atau SMK yang terakreditasi A hingga B.

Aset-aset sekolah perlu dijaga dari anak-anak iseng di sekitar sekolah itu untuk menjadikan kompleks sekolah dan fasilitas di dalamnya untuk bermain dan berolah raga,  terutama karena ketidadaan sarana bermain bagi mereka yang murah, meriah dan bisa dijangkau oleh anak-anak dari keluarga yang kurang beruntung nasibnya. Ini terutama terjadi di desa-desa di seluruh Indonesia di mana komp0leks sekolah sering dijadikan sebagai sarana bermain oleh anak-anak desa yang nakal, sebenarnya patut ditegur, dimarahi, diusir keluar dan patut mendapatkan hukuman oleh para pengasuh dan para penjaga sekolah.

Bila dirasa bahwa perlu penjagaan yang ketat terhadap kompleks sekolah-sekolah, maka sebaiknya kita himbau kepada semua orang tua agar anak-anak perlu dididik untuk tidak boleh mendekati sekolah-sekolah atau gedung-gedung pemerintah lalu menjadikannya sebagai sarana bermain ketika jam-jam kantor usai, sebab bisa fatal bagi anak-anak nakal tersebut.

Bila kesadaran ini dilaksanakan maka akan muncul rasa ketertiban dalam diri masyarakat akan keamanan, keindahan dan ketertiban atas semua fasilitas pemerintah di seluruh pelosok nusantara. Marilah kita semua menjaga baik-baik segala fasilitas sekolah di seluruh pelosok nusantara ini agar tercipta kebaikan, keindahan, keberadaban, kesantunan dan ketertiban bersama dalam hidup bermasyarakat dan bernegara!

_______________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun