Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru - Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat" dan Pemenang Konten Kompetisi KlasMiting Periode Juli-September 2022.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kini Era Penguasa Non Militer

16 Februari 2015   04:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:07 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja RUU APBN-P 2015 ditetapkan, Jokowipun langsung bilang ayo sekarang saatnya kerja dan kerja. Kalimat ayo kerja yang keluar dari mulut sang Presiden ini memang kedengarannya mantap namun memiliki muatan dan tafsiran yang dalam. "Sekarang ini tinggal kerja, sudah selesai, berarti tinggal kerja langsung, tenderkan semuanya, lelangkan semuanya, langsung mulai kerja semuanya", pinta Jokowi di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Sabtu (14/2/2015) seperti diberitakan Media Detik.com.

Terlepas dari berbagai debat dan diskusi, pinta Presiden Jokowi ini tetap terasa sangat penting dan bertenaga untuk menggerakan roda pemerintahan negara. Meskipun segelintir orang sering kurang paham apa maksud kata "kerja" itu sendiri, mungkin orang secara spontan akan bilang ya pokoknya yang penting kerja cepat. Sedikit masih terasa ambigu bila kita mengucapkan kata kerja soalnya kita di Indonesia, apalagi di kota-kota besar, umumnya kini orang umumnya telah terbagi-bagi antara kelompok pekerja, kelompok profesional, kelompok pejabat tinggi, dll yang masing-masing memiliki presepsi dan gerak-gerik tersendiri tentang kerja. Mayoritas yang dimintakan untuk bekerja itu ya para pejabat, para profesional dan para pekerja.

Dalam tataran paling aktif toh yang dimaksudkan dengan orang yang bekerja itu rata-rata tamat SD saja, malahan di Indonesia 49% pekerja merupakan tamatan SD. Ini kemudian jadi soal besar sebab 49% pekerja ini juga memiliki dan menghasilkan mobilitas ekonomi yang sangat terbatas bagi negara.

Soal kerjalah yang jadi soal pokok bagi seorang Kapolri baru, apalagi orang semisal Komjen BG, mau dimintakan kerja apa nantinya oleh Presiden Jokowi bila dia sudah menjadi Kapolri. Soalnya Jokowi itu type pemimpin tampil apa adanya, bukan hanya sikap, tutur kata, malahan juga pakaiannya. Sedangkan sebagai Kepala Polisi, Komjen BG nantinya lebih suka memikirkan pakaiannya dengan berbagai tanda pangkat dan jabatan, tentunya penuh dengan simbol-simbol yang mesti harus dijelaskan penuh kerumitan tersendiri.

Itulah sebabnya Komjen BG pasti akan lebih tampil elegan dengan tanda-tanda pangkat bintang empatnya, kalau disamping Megawati Soekarnoputeri. Kalau Komjen BG berdiri di hadapan Megawati Soekarnoputeri, ya itu mungkin bisa sebab Megawati itu merupakan mantan wakil presiden, mantan presiden dan merupakan puteri sulung Presiden Soekarno di mana Soekarno selalu tampil all out dengan tongkat Komando pemimpin tertinggi ABRI dan pemimpin tertinggi revolusi di tangannya.

Sesudah Soekarno tidak ada Presiden RI yang selalu memakai tongkat komando tertinggi di tangan. Sedangkan Presiden Jokowi saja, ya sesungguhnya ialah Presiden hasil sokongan PDI P berdasarkan maklumat ketua umum PDI P Megawati Soekarnoputeri karena faktor elektabilitasnya yang mendunia mengalahkan Megawati Soekarnoputeri sendiri ketika saat-saat menentukan dalam pemilihan calon presiden RI dari PDI-P sebelum Pileg 2014 yang lalu.

Ketegasan sikap dan ketepatan waktu menjabat selalu mewarnai RI selama 32 tahun RI di tangan seorang Jenderal Soeharto, kemudian dalam masa reformasi, RI selama 10 tahun berada di tangan cendikiawan-TNI Jenderal SBY. Empat puluh dua tahun dari hampir 70 tahun selama Indonesia merdeka, RI berada dalam genggaman TNI. Hanya 27 tahun RI di bawah kepemimpinan Presiden sipil non militer. Tampilnya Jokowi sebagai salah satu Presiden non militer dalam era kepemimpinan saat ini patut disambut secara gembira dan terasa ikut mempengaruhi perubahan radikal kepemimpinan Indonesia dari militeristik kepada kepemimpinan sipil.

Dalam masa Presiden Jokowi, segala yang berbau militer mulai agak ditinggalkan sementara, termasuk persoalan pergantian pimpinan Kapolri. Dia menekankan pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan masyarakat. Mudah-mudahan Presiden Jokowi masih tetap dicintai rakyat Indonesia hingga akhir masa kepemimpinan lima tahunnya.

____________________

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun