Mohon tunggu...
Ahmad Ahmad
Ahmad Ahmad Mohon Tunggu... pegawai negeri -

--

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Semut Hitam di Rumah Lama

13 April 2011   06:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:51 2277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di rumah kami yang lama -sebenarnya bukan rumah kami,karena kami cuma mengontraknya-, banyak jenis semut yang ikut meninggali rumah. Karena kami cuma mengontrak setahun, semut tersebut bisa jadi lebih lama menghuni rumah itu daripada kami. Sehingga kami tidak mengusirnya dengan semangat. Kami hanya membatasi ruang geraknya jika mereka melakukan hal-hal yang merugikan kami. Seperti: membuat sarang melubangi tembok, terlalu bersemangat menggondol makanan kami di lemari, membuat sarang di saklar listrik, ataupun terlalu banyak mengangkat pasir dari tanah sehingga (menurut kami) lantai terlalu kotor. Berjenis semut ada di rumah kami. Ada semut hitam ukurannya normal, semut merah kecil-kecil, semut abu-abu lebih kecil lagi, semut hitam besar meski munculnya jarang. Dari semua jenis semut itu, semut hitamlah yang paling kami apresiasi. Keberadaannya memperingan kerja kami. Semut hitam termasuk aktif berkeliling mencari makan. Menjelajah lantai meskipun lantai bersih, tidak ada tanda-tanda ada sampah organik berceceran. Kebetulan sekali di rumah kami sering ada hewan yang kurang kami sukai. Membunuhnya adalah hal yang sering kami lakukan. Kami melakukan itu bukannya kami benci kepada hewan, tapi memang kami khawatir karena keberadaanya tidak bisa kami kontrol. Yang paling sering muncul adalah kelabang dan kecoa. Semut hitam biasanya menjelajah berpencar untuk menemukan apa yang bisa mereka angkut. Jika menemukan sesuatu yang berguna, mereka akan mencari temannya. Dan dalam hitungan kurang dari satu menit, satu pasukan siap angkut datang ke tkp. Kalau kita membunuh kelabang, karena kita suka tidak berani untuk menyentuhnya, kami biarkan saja di lantai, hingga semut membersihkan sisanya. Bukan itu saja, setiap ada sampah organik kami sudah mempercayakannya ke semut hitam untuk mengurusnya. Nah, tiba saatnya kami pindah rumah -karena kami bukan kontraktor sukses-, ada pikiran untuk me-migrasi-kan semut hitam, kawan customer service kami. Tapi sayangnya, sewaktu kami ribut-ribut pindahan kemarin, mereka pindah sarang ke pot bunga lidah mertua depan rumah. Mau minta sekalian potnya kepada pemilik rumah belum sempat, jadinya rumah baru kami zonder semut hitam. Itu cerita mengenai semut hitam di rumah lama kami -yang sebenarnya bukan rumah kami-, mungkin semut hitam itulah yang lebih paham mengenai rumah tersebut. Banyak sekali referensi mengenai semut sebagai salah satu hewan yang spesial. Tuhan menyukainya. Anak-anak menyukainya. Banyak ahli ilmu merujuknya. Silakan menanyakannya lebih lanjut ke si mbah. Nuwun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun