Mohon tunggu...
Habib Azhari
Habib Azhari Mohon Tunggu... -

saya orangnya biasa-biasa, cuman yang buat saya mau gabung di sini adalah supaya saya bisa jadi penulis handal di masa depan...\r\n01 februari 2012.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Olah Vokal dengan Menulis (Habib azhari)

19 Desember 2012   04:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:23 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Olah vokal tidak hanya didapatkan dari berbicara langsung di dalam forum ataupun orasi di hadapan ribuan massa, akan tetapi menulis juga merupakan media untuk dapat berbicara dengan lebih terarah dan lebih sistematis dari biasanya. Persoalan vokal dan tidak vokal dalam dunia diskusi atau forum-forum resmi lainnya adalah dapat di ukur dengan melihat seberapa terarah dan sistematisnya pembicaraan itu, seberapa padatnya isi yang disampaikan oleh pembicara, maka dapatlah dikatakan kalau orang itu sudah vokal dalam berbicara.

Pengalaman penulis terkait dengan pembicaraan yang sistematis bahwa ketika berbicara sering kali menyampaikan sesuatu yang ‘tinggi’ dan cenderung ingin menggunakan kata-kata istilah sebanyak-banyaknya dalam pembicaraan di dalam forum, akan tetapi yang sering kali tidak kita perhatikan adalah bahwa semakin kita berusaha mengeluarkan kata-kata istilah dengan berharap perkataan kita seolah menyamai ‘profesor’ yang cerdas melampaui batas maka selama itupun kita akan terjebak dengan persoalan sistematis atau tidaknya pembicaraan kita. Pembicaraan sistematis akan kita dapatkan jikalau wawasan kita luas terhadap sesuatu yang  disampaikan, sehingga penggunaan kata istilahpun sesuai dengan penempatannya. Sebaliknya pembicaraan kita akan tidak sistematis ketika ‘nafsu’ bicara kita yang selalu ingin ‘tinggi’, sok cerdas dan sebagainya tetapi wawasan terkait apa yang disampaikan tidak ada alias nol kosong. Jadi penulis sudah mengalami hal itu selama bergelut di dunia organisasi dan forum-forum resmi lainnya. Berdiskusi dengan wawasan yang kurang dan hanya cenderung ingin menggunakan kata-kata istilah agar dianggap cerdas oleh orang lain saya rasa bukan hal yang baik untuk melatih vokal kita dalam berdiskusi.

“if you can speak you can write” inilah yang penulis baca dari refrensi tentang menulis, kalimat ini di ucapkan oleh seorang yang menekuni dunia tulis menulis dan kebetulan penulis lupa nama orang itu. Arti dari kalimat di atas adalah “jika kita bisa berbicara maka kita bisa menulis” , jelas bahwa tidak mungkin kita dapat berbicara dengan baik dan tersistematis jika tidak pernah membaca atau dengan pengalaman-pengalaman berharga. jika kita sudah bisa berbicara dengan sistematis  maka menulispun akan sistematis juga. Penulis mengakui konsep di atas akan tetapi penulis mencoba untuk membalik konsep itu dengan melatih vokal dengan cara menulis, kebalikan dari “if you can speak you can write”. Sebelum anda mulai menunjukkan ‘taring’ anda di dalam forum untuk berdiskusi terlebih dulu latih vokal anda melalui menulis. Biasanya kesulitan kita dalam berbicara adalah saat mukaddimah/ pembukaan, meracik kalimat agar lebih menarik isi yang disampaikan, dan terakhir adalah bagaimana menutup pembicaraan dengan kata-kata yang baik dan menyenangkan pendengar. Apa jawaban dari kesulitan ini ?, jawabannya adalah banyak-banyak refrensi dan mulailah tuliskan refrensi itu dalam bentuk kata-kata sendiri yang mudah di ketahui maknanya. Saat ini juga penulis sedang melatih vokal dengna cara menulis artikel ini. Tujuan melatih vokal dengan menulis disini adalah untuk menjawab kesulitan tersebut yaitu agar mampu lebih baik lagi dalam mengawali pembicaraan, mampu meracik kalimat-kalimat yang baik dan menyenangkan pendengar agar inti pembicaraan kita mudah diterima dan terakhir adalah mampu menutup pembicaraan dengan memukau dan lebih santun lagi agar tidak ada kesalah pahaman antara pembicara dan pendengar.

Kelebihan melatih vokal dengan cara menulis ini adalah kita mempunyai durasi waktu berfikir yang lebih lama ketimbang berbicara langsung di dalam forum. Bayangkan ketika mental anda lemah dalam berdiskusi dan ingin mnyampaikan suatu ‘ide mentah’ (kurang refrensi) maka acapkali kita gerogi menyampaikannya dan sering kali salah ucap, bahkan salah tingkah. Hal ini disebabkan karena durasi waktu untuk berfikir itu minim. Tidak menarik pembicaraan ketika di tengah-tengah mandeg lantaran berfikir terlalu lama. Lain halnya dengan menulis, kalau menulis (seolah kita berbicara) bisa mendapatkan waktu berfikir lumayan lama untuk meracik kata-kata (mukaddima, isi, dan penutup) sehingga tersistematislah ide yang kita suguhkan. Menulis ini suatu hal yang mudah bagi yang sering menulis, dan sebaliknya suatu hal yang sangat sulit bagi yang tidak terbiasa menulis. Stigma / anggapan orang ketika baru pertama menulis adalah tidak mempunyai ide untuk di tuliskan, padahal menurut penemuan Prof. Issac  Asimov dalam ‘the brain’ bahwa otak kita dapat menggunakan sekitar 100 miliar bit informasi (setara dengan 500 ensiklopedia). Artinya adalah setiap orang mempunyai ide begitu banyak dalam setiap gerak gerik kehidupannya, hanya saja untuk menghubungkan ide-ide itu yang membutuhkan ‘jembatan’ pemikiran. Tata bahasa yang santun dan terarah itulah yang menjembatani ide-ide kreatif kita itu. Bayangkan, kita sudah membuang miliaran ide kreatif kita setiap saat lantaran tidak membiasakan diri menuliskannya.

Penulis saat ini sedang peraktik melatih vokal dengan cara menuliskan ide-ide itu, walaupun hanya sebatas melatih kesistematisan tulisan dan isi tulisanpun tidak begitu padat yang pasti dapat menulis secara sistematis dulu lah, tahapan berikutnya lagi mungkin penulis lebih memperhatikan ide / isi tulisan. Sekarang ini hanya sebatas berbicara kesistematisan saja.

Hanya ini yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita yang baru belajar dan semoga dapat di implementasikan kedalam kehidupan real didalam berbicara dan berargumen di dalam forum.

Wassalamu’alaikum.wr.wb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun