Ada yang namanya pengamat kota mengatakan : bila 3 in 1 akan dihapus, evaluasi dulu! Siapkan peraturannya, Ya salam kemana aza selama ini si Abang Pengamat? Â 3 in 1 itu sudah 13 tahun di laksasnakan ! Masa ente gak ngeuh, Â 3 in 1 itu cuma, barangkali, cuma memperlancar jalan jalan yang di 3 in 1 kan? Pengguna jalan yang bekerja, tinggal disekiktar are itu juga banyak yang sambat ! Selain itu orang Indonesia dimanapun pinter dan banyak akalnya. Jangankan baru 3 in 1, mencuri duit negara korupsi aza tidak perlu takut. Cuma yang amat paling serakah aza yang ketangkap Polisi, jaksa, dan KPK.
Yang banyak " cincay " nya mah selamat . Lagi pula emamng korupsi, mencuri duit orang cuma dikerjakan orang orang yang punya jabatan ?? Yang senang dinamakan orang kecil juga banyak yang mencuri duit barang orang yang biar kecil kecil tapi dilakukan tiap hari, ditumpuk di jumlahkan gede sekali!Â
( alinea-alinea tentang korupsi ini : numpang lewat seperti iklan di teve ) Jangan tinggalkan tulisan ini .Nih kembali dibawah
Apa lagi yang mau dievaluasi. Tolok ukur keberhasilan 3 in 1 itu kan gampang dilihat, apa kemacetan kemacetan dimana saja kapan saja disaat 3 in 1, bukan 3 in 1, tidak tampak. Lagi pula apa sih tolok ukur kemacetan itu. Apa semua kendaraan yang beroperasi dijalan gak jalan sama sekali.Â
Atau maju pelan pelan biar seperti keong?Â
Katanya sih, ini katanya di Tokyo tolok ukur MACET itu bila kendaraan bermotor dijalan cuma  meluncur sekitar 20 Km per jam! Benar atau tidak gak jelas , penulis posting ini belum pernah nyupir di Tokyo.
Yang penulis posting agak paham dinegara modern jumlah kendaraan dijalan dikota besar buaannyaaak seperti di kota kota Indonesia. Â Cuma ya ini cuma lagi karena para pengemudi pengguna jalan, orang orang bijak pinter ( tapi yang karena sehat gak perlu jamu !) cukup ok ok aza tuh, Walau yang jelas memang jalan jalan "disono" dibuat direncanakan dengan baik. Sementara dinegara kita jalan jalan dibuat kurang jelas. Tiba tiba perempatan yang sudah dilengkapi traffick lite ditutup. Diarahkan mutar sekian ratus meter. Ya bila penutupan ini memang mampu memperlancar lalu lintas ya gpp. Tapi pada kenyataanya lalu linatas tetap macet, cuma memberi kesempatan Pak Ogah berjaya Selain itu karena minim pengawasan dan petugas dilapangan juga tidak berbuat apa apa terhadap para pelanggar yang menerobos.
Negara sudah mengeluarkan duit untuk membuat memasang rambu rambu LL (tetapi cuma untuk tidak dipatuhi ya buat apa? Dulu Alm.Jenderal Polisi Anton Soedjarwo saat menjadi Kapolri, ya bila rambu rambu itu tidak dipatuhi dan Polantas LLAJR meneung bae ya dicabut saja. Dibakar dibuang rongsokannya kelaut buat rumput biar ikan ikan beranak-pinak disana.
Yang jelas tidak perlu jalan jalan dibelak-belokan , diputar-putar , diberlakukan lawan arah bila saja semua peraturan ketentuan LL (Lalu Lintas) dilaksanakan secara mantap patuh. Â Dan ....dan...ini yang penting petugas lapangan Polantas kek LLAJR kek janganterlalu amat sangat baik hati. Tindak tegas tanpa pandang bulu semua pelanggar LL. Tilang aja blehhh...
Para pemotor atau apa saja yang melawan arus tanpa tahu malu sambil melotot garang juga amat perlu "DISIKAT" saja. Bila perlu sepeda motor plus kendaraan yang tidak dilengkapi surat surat yang diperlukan apalagi pengendaranya tidak punya SIM, dikandangikan saja. Bila sekian waktu tidak dilengkapi disarankan dibakar dan dibuang kelaut! Ya buat rumpun tempat tinggal ikan ikan yang tidak memliki tempat tinggal.
3 in 1 dihapus gantikan dengan penegakkan peraturan yang tegas adalah jawabannya.