Karena itu MNA akan dihidupkan harus back to basic sebagai prioritas. Bayangkan dulu penerbangan perintis yang dimonopoli MNA sekarng jadi "bancaan" sekian perusahaan penerbangan, menguntungkan. Buktinya gak ada perusahaan yang berpartisipasi sebagai penerbangan perintis nyang bangkrut. Kecuali yang tidak memiliki management yang baik dan banyak pencuri didalamnya.
Rame-rame wilayah perbatasan yang langka transportasi, siapkan sejumlah Twin Otter seri terbaru pasti akan tercover. Twin Otter itu enggak memerlukan landasan yang bagus-bagus amat. Di Irja dulu landasannya yang tidak lebih dari 500 meter dibuat dengan cangkul, gak ada dan gak pake traktor (terimaksih kepada MAF Misionary Arm Force yang merintis penerbang perintis ini). Bila diguyur hujan pas seperti sawah yang siap dibajak, landasan yang bila dilihat "mewah" nya jauh dari semaraknya lapangan golf ditanah air, Â yang di Asia aza gak usah kelas yang biasa main di Agusta US Open.
Mengapa bisa gitu. Tanya aza pada PGI Persatuan Golf Indonesia? Gak mampu mengikuti tuntutan jaman. Bayangkan saja ada kelas junior dibawah 17 tahun tapi lucu jenakanya bila main di saat liburan atau hari Sabtu Minggu kudu bayar fee khusus fee liburan yang muuaahal. Orang punya otak pasti sadar bila junior itu punya waktu kesempatan saat libur sekolah. Waktu hari sekolah ya mesti sekolah. Tapi ya apa mau dikata para pengurusnya rata-rata pemilik lapangan golf yang lebih mementingkan cari coan daripada pembinaan generasi muda.
Penerbangan perintis ini selain masih diperlukan diwilayah NKRI yang terbelakang sebetulnya memiliki nilai strategi yang tinggi selain politis. Menyiapkan memberi ruang kerja bagi anak-anak muda yang telah mengikuti dan lulus di sekian puluh sekolah penerbang di negara kita, yang rata-rata setelah dua tiga tahun lulus belum dipekerjakan di perusahaan penerbangan negara kita.Â
Negara kita itu hebat tapi banyak gombalnya juga. Katanya setiap tahun dibutuhkan lebih dari 300 penerbang, tetapi ajaib sekian ratus lulusan sekolah penerbang masih nganggur. Dimana salahnya? Jangan tanya penulis, Menhub aza gak tau jawabannya!?
Ingat aza kita sudah dizaman Ekonomi  Asean terbuka, jangan kuuaaaget nanti bila justru bukan negara kita yang lebih interest cari rezeki di daerah atau di wilayah negara kita yang katanya masih ada yang terbelakang.
Semoga saja, the moment of trufth, kenyataan MNA terbang mengangkasa kembali dengan tenaga management yang profesional, nasionalis, beragama dan percaya Tuhan dan gak nyolongan. Gak diKPKkan Amin.
---
Capt.John Brata
Ketua Umum IAW Indonesia Aviation WatchÂ
Ben Sukma , Capt.Teddy Sukarno Sekjen