Mohon tunggu...
john brata
john brata Mohon Tunggu... Captain Pilot / Purnawirawan Perwira Penerbang POLRI - .

Lahir di Bogor tanggal 08 Februari 1941

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Merpati (NA ) Dimasukkan Sangkar !

4 Mei 2014   22:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:52 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Letaknya bisa dimana saja , asal areanya sedikit datar . Diantara dua bukit  bisa juga ditepi sungai seperti Mindiptanah , Tanah Merah, Bakde atau Muting atau Wasior atau Bintuni   . Bisa juga di lereng gunung seperti Oksibil . Atau nyelip diantara perbukitan seperti Mulia .  Rata rata pada ketinggian 4000 kali . Bisa juga diudataran rata tapi dipegunungan yang lumayan tinggi 4500 kaki seperti Enarotali , Moanamani, Wagete  , Kebar.,Merdei , atau Bokondini . Bisa juga diatas dataran tinggi sekitar 7700 kaki seperti Illaga .Persis seperti meja mendarat dari lembah dan setelah mendarat pesawat tidak uysah di rem karena    dengan slope sekitar 3o - 40 derajat pesawat akan berhenti sewdiri bahkan pilot perlu tambah power untuk tiba diujung landasan . Dan tanpa memperhitungkan headwind atau tailwind Pilot harus mampu tinggal landas dan jangan kaget , nanti diujung landasan pesawat akan menuruni lembah sebelum belok kekiri kearah utara melewati gap antara gunung 13.ooo dan 17.000 kaki , Visual flight . Artinya bila ingin pulang tidak didalam kantong plastik . Itupun bila beruntung ditemukan.

Ada juga sebuah landasan diutara Wamena arah baratdaya yang bila tidak keliru bernama Ilo m landasan " tingkat berundakan tiga " yang ujung landasannya tinggi 7200 kaki sementara ujung yang lain 6500 kati dan ditengah 6700 kaki . Asyik bisa tinggal landas peswat akan " ajut ajutran " dua kali sebelum dipaksa naikl diujung landasan . Dan harus buru buru belok kiri bila tifak mau " nyangsang _ dilereng bukit yang tingginya diatas 10.000 kaki .

Dan semua tugaas penerbangan itu mampu dilaksanakan karena saat itu Pemerintah terdiri dari orang orang yang waras. MNA di lengkapi dengan peswat yang bernama De Havilland buatan Canada yang disebut DHC Twin Otter . Pesawat hebat bermesin dua , turbo prop buatan Pratt & Whitney PT 6  . Ukurannya tidak terlalu besar , panjang sekitar 17 meter , panjang sayap 2q0 meter , tinggi 6meter. Berat kosong sekitar 34oo Kg , Berat maximum TO  ^00 Kg dan bisa angkut 200 Kg . Termasuk 2 Pilot kapasitas 20 penumpang . Pesawat tangguh yang rodanya FIX ini pas babnget dioperasikan didaerah yang seperti IRJA dulu . Dengan mengkalkulasi bahan bakar secukupnya ( tergantung cuaca ) DHC Twin Otter merupakan pesawat yang tangguh . Jenis pesawat STOL Short Take Off Landing . Series nya 100 , 200 , 300 . Beberapa tahun yang lalu pabriknya tutup tetapi sejak 2 tahun lalu telah dibuat di Canada barat DHC 6 serie 400 . Mohon maaf pesawat assemblingan IPTN Cassa serie 100/200 gak ada apa apanya dibanding DHC 6 Twin Otter . Mengapa IPTN dulu tidak assembling DHC 6, ya katanya sih kita tidak dipercaya mampu .

Selain di IRJA  DHC 6 Twein Otter diterbangkan juga hampir diseluruh wilayah NKRI . Di Sumatera " jajahan " DHC 6 Twin Otter mulai dari Sabang . Banda Aceh , melaboh Lhok Seumawe, Gunung Sitoli , Padang , Krinci , Rengat Dumai .Tanjung Pinang .Pangkal Pinang , Belitung  Tanjung Karang . Semua bandara Di Kalimantan .Pontianak , Sintang ,Ketapang , Pangan Embun , Sampit , PalangkaRaya , Banjarmasin , Muaratewe , Baikpapan , Samarinda , Bontang , Tanjung redeb , Tarakan Long Bawang  . Sulawesi . Makasaar , Kendari, Luwuk , Gorontalo, Naha , Ternate . Di Indonesia Barat Timur, Den Pasaar, Sumbawa , Bima, Ruteng ,Bajawa ,Larantuka , Maumere, Rote, Kupang , Atambua , Dili , Ende , Labuan bajo . Di Jawa , Jakarta Cirebon. Purwokerto .

Mengapa penulis perlu menyebut semua penerbangan penerbangan diatas itu ya sebab sesungguhnya adalah SUMBER utama MNA . Mengapa kok malah ditinggalkan . Para pejabat MNA angkatan Kementerian BUMN itu mungkin tidak pernah tahu , tidak pernah menyadari bahwa penerbangan perintis , penerbangan antar daerah terpencil itu memiliki nilai yang luar biasa.

Amati saja bagaimana berkembangnya penerbangan di Papua Barat saat ini .Goblok banget manajemen MNA bilas tidak melihat potensi ini. Belum lagi bila dikembangkan penerbangan sekitaar daerah perbatasan kita  Kalimantan - Malaysia .

Mengapa MNA sebagai penerbangan tertua sisamping GIA harus ikuit ikutan mengikuti gaya perusahaan penerbangan  swasta yang gombal. Masa percaya rencana omong kosong perusahaan yang akanb membeli  250 pesawat . Kemana pesawat itu akan diterbangkan ? Dimana pesawat itu aklan diparkir ? Darimana memiliki kemampuan menyiapkan sekian ribu penerbang serta crew lainnya . sementara produksi penerbang tidak akan lebih dari 200 orang tiap tahun . Juga penyiapan awak kabin, tenaga perawat pesawat !?

Tidak heran MNA bangkrut lantaran lupa akan sumbernya . Dulu ada seorang senior mengingatkan : jangan lupa sumber . Amati sumber mata air dipegunungan kecil tetapi air yang mengalir menuju dataran rendah menjadi besar dimuara !

MNA bila mau terbang lagi ya kembali kesumber saja .Back to basic !

Seperti dulu ! Pesawat gede ya secukupnya seperti dulu . Ingat ada Vickers Viscoun .Ada Vanguard !

Ya ganti donk dengan yang up to date biar tidak ketinggalan jaman !

Capt. John Brata ATPL 760  . Membawa suara Indonesia Aviation Watch ( IAW) .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun