Ada berita pendek berita elektonik cetak  yang menulis bahwa saat musibah Air Asia QZ 8501 , Captain Irianto tidak on seat ! ?
Berita ini menyiratkan seakan akan Captain atau Pilot salah tidak on seat . Memang salah atau ada larangan Pilot , Captain atau Co Pilot meninggalkan seat nya selama penerbangan ? Bila dilarang apa cockpit crew harus nenteng pispot buat BAK atau barangkalai BAB ?
Wah bila ada larangan demikian hampir semua Pilot bias kena prostrate ! Bisa juga larangan tidak boleh meninggalkan seat dikompensasi dengan jatah pampers selama diudara ??? Hahahahahah ahhh !
Cockpit crew tidak dilarang meninggalkan seat selama penerbangan , Cockpit crew juga tidak di borgol di seat nya . Masa sih selama penerbangan cockpit crew tidak boleh BAK bahkan BAB !
Jaman masih aman , sebelum teroris sialan berkeliaran , cockpit crew itu malah dipesan management untuk berinteraksi dengan penumnpang yang sekarang disebut pelanggan . Bahkan boleh melaksanakan cockpit visit terutama untuk anak anak ! Maksudnya selain memperkenalkan perusahaan juga untuk menimbuhkan minat kedirgantaraan dikalangan  orang muda khususnya masyarakat  luas umumnya !
Meninggalkan seat atau cockpit itu juga ada persyaratannya . Pertama tidak diperbolehkan cockpit ditinggalklan kedua Pilot . Waktunya juga tidak boleh sembarangan seenaknya . Ya yang jelas “ goblok “ banget pilot meninggalkan cockpit saat misalnya dalam keadaan cuaca buruk ( bad weather ) . Atau barangkali saat sedang dalam kondisi abnormal atau dalam situasi emergency . Lha orang normal bila menghadapi situasi , sebut saja gawat biasanya urgency kepingin ini itu akan dilupakan seketika .
Karena itu dikaitkan dengan berita yang mengabarkan Captain QZ 8501 tidak on seat saat musibah terjadi , menurut penulis dapat diduga memang saat musibah itu terjadi QZ 8501 dalam keadaan cuaca yang baik , tepatnya relative baik mengingat bahwa saat kejkadian mem,ang sepanjang Khatulistiwa situasi terdapat “ shear line “ atau terdapat ITCZ Inter Tropical Convergence Zone . Dalam istilah umum khatulistiwa dipenuhi gumpalan awan cumulus CU dan cumulus nimbus CB dengan segala isinya yang derajat turbulence mulai yang ringan , light atau sedang moderate bahkan yang paling perlu diwaspadai heavy bahkan extreme turbulence !
Tidaklah mungkin seorang Pilot apalagi Captain akan meninggalkan cockpit bila pesawat yang sedang dikomandoinya dalam cuaca buruk !
Disinilah kemungkinan besar saat Captain Irianto diluar cockpit , QZ 8501 terkena up draft yang melemparkannya meluncur tidak terkendali selama 40 detik, dengan kecepatan naik VSI vertical speed indicator 11600 feet /minute   ( sepuluh ribu enam ratuskaki per menit ) . Katanya QZ 8501 terlempar ke altitude 37.000 feet . ASI air speed indicator drop ekitar 106 kts , pesawat stall kearah kiri masuk berputar ,spiral dive kekiri . Hal ini secara teknis putaran mesin itu biasanya menurut jarum jam,clockwise ,maka bila putaran mesin sop maka akan da daya putar kekiri > Itulah yang terjadi dan pesawat melayang hingga jatuh dilaut .
Diudara bahkan dimana saja segala sesuatu bisa terjadi . Kejadian yang tidak mampu diatasi manusia siapapun juga sejago jagonya dia.
Sangatlah impossible sebuah pesawat penumpang mampu diangkat secara sengaja oleh manusia , pilot ,dengan kecepatan naik VSI 11600Â feet / min .Impossile .!
Artinya jelas  QZ 8501 terkena very very very extreme turbulence !
Dugaan ini akan terbukti bila nanti sesudah penelitian ,analisa BLACK BOX dan CVR cockpit voice recorder selesai sempurna dilaksanakan !
Percaya saja kepada KNKTÂ !
Capt John Brata ATPL 760 ( Aktivis  IAW . )