Â
Pernahkah kalian bertanya-tanya bagaimana rasanya bekerja sebagai dokter gigi di klinik? Sebagai mahasiswa kedokteran gigi Universitas Airlangga, saya mendapatkan kesempatan untuk mengamati langsung di lapangan, melalui tugas dari mata kuliah komunikasi kesehatan. Pengalaman ini membuka pandangan saya terhadap apa saja hal yang dilakukan oleh dokter gigi ketika sedang bekerja, saya mengamati berbagai hal, mulai dari prosedur perawatan hingga proses menangani pasien dengan berbagai macam karakteristik yang berbeda-beda. Menjadi dokter gigi ternyata lebih rumit dari yang terilihat.
Begitu tiba di klinik, saya dapat merasakan suasana klinik yang tenang, dingin, dan bersih. Saya di sambut dengan hangat oleh staf yang bertugas secara tidak langsung membuat suasana di sekitar klinik tampak lebih nyaman. Saya menyadari kesan pertama seperti itu sangat penting agar pasien merasa nyaman dan tidak takut untuk pergi ke dokter gigi. Selain itu, Interaksi antara dokter dan pasien juga penting untuk membangun komunikasi yang baik antara dokter dan pasien. Sebelum pengobatan dimulai, dokter mendengarkan baik-baik keluhan pasien, baik itu sakit gigi, masalah pada gusi, atau hanya sekedar pemeriksaan kesehatan rutin. Dari sini saya belajar bahwa membangun kepercayaan melalui komunikasi terapeutik itu penting karena masih banyak orang yang merasa gugup saat menemui dokter gigi.
Selama observasi saya, dokter melakukan scaling atau pembersihan karang gigi pada pasien. Dari pengamatan saya, prosedur ini tampak mudah dan sederhana. Namun, ternyata membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi agar tidak melukai gusi pasien. Kemudian disini saya juga mengetahui bahwa dokter gigi tidak hanya memberikan perawatan klinis, tetapi dokter gigi juga memberikan arahan kepada pasien tentang cara menjaga kesehatan mulut, seperti pentingnya flossing dan membatasi makanan manis.
Disana saya juga menyaksikan proses penambalan gigi. Pada saat saya menyaksikan proses perawatan tersebut saya semakin menyadari bahwa dokter gigi perlu memiliki keterampilan motorik yang baik. Karena setiap gerakan kecil dapat mempengaruhi hasil akhir perawatan. Keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh melalui latihan dan pengalaman secara berkelanjutan. Salah satu hal menarik yang saya amati adalah cara dokter merawat pasien cabut gigi. Beberapa pasien, terutama anak-anak, tampak ketakutan saat duduk di kursi pemeriksaan. Namun dengan sikap beliau yang tenang dan perkataan yang lembut, dapat membuat pasien semakin nyaman.
Melalui kunjungan ini saya belajar bahwa komunikasi yang baik antara dokter gigi dan pasien adalah salah satu hal yang penting. Seorang dokter gigi tidak hanya bertugas menjelaskan mengenai prosedur perawatan tetapi juga memastikan bahwa pasien merasa didengarkan dan dipahami. Karena hal ini dapat membantu pasien merasa lebih nyaman dan kooperatif selama perawatan. Dari pengamatan tersebut, saya semakin memahami bahwa menjadi seorang dokter gigi tidak hanya membutuhkan kemampuan medis tetapi juga empati dan komunikasi. Dokter gigi harus sabar, teliti dan terus belajar mengikuti perkembangan teknologi dan metode terbaru untuk memberikan pelayanan terbaik.
Pengalaman ini semakin memotivasi saya untuk mengembangkan diri dan mempersiapkan masa depan saya sebagai dokter gigi. Ini tidak hanya perihal memberikan kesembuhan tetapi juga membantu orang merasa lebih percaya diri. Setiap senyuman yang dipulihkan merupakan bukti nyata akan pentingnya peran dokter gigi dalam kehidupan setiap orang. Pengalaman ini membuat saya semakin yakin dengan jalan yang saya pilih. Saya berharap suatu hari nanti dapat memberikan dampak positif yang serupa pada orang lain, membuat setiap pasien tersenyum dan memberi mereka kepercayaan diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H