Mohon tunggu...
Hanna Aprilia Sukandar
Hanna Aprilia Sukandar Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Kebangsaan Republik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Beragam Persepsi tentang Pemimpin Ideal Zaman Sekarang

4 Januari 2024   12:29 Diperbarui: 4 Januari 2024   12:49 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemilu serentak semakin dekat, semua calon mempersiapkan dirinya, menunjukkan performa terbaiknya. Baik buruknya, ideal dan tidaknya seseorang itu pantas sebagai pemimpin dirasa tergantung pada persepsi setiap individu dan hubungan baik yang mereka miliki. Sepanjang jalan terkhusus di kota Bandung, poster, baligo, dan stiker terpasang dimana-mana. Tak ada ruang yang tersisa dimana promosi itu disebarluaskan. Dalam memandang hal tersebut saja masyarakat memiliki perbedaan dalam penilaian.

Bicara tentang pemimpin ideal adalah mereka yang bisa menjadi panutan, bijaksana dalam mengambil keputusan, kesesuaian, dan pengayoman terhadap masyarakat. Pandangan terhadap pemimpin ideal dapat bervariasi tergantung pada nilai, budaya, pengalaman dan konteks sosial. Beberapa mengutamakan kepemimpinan visioner dan inspiratif, sementara yang lain mungkin menekankan keberhasilan ekonomi atau keadilan sosial. Dengan begitu, faktor-faktor tersebut dapat membentuk pandangan mereka terhadap kepemimpinan dan menentukan apa yang dianggap sebagai kualitas pemimpin yang ideal. Selain itu, tuntutan dan harapan masyarakat juga ikut memengaruhi cara orang melihat pemimpin yang dianggap ideal. 

Namun, belakangan ini pandangan tentang ideal itu memiliki faktor tambahan lainnya. Masalah ini menjadi pro kontra pemilu calon presiden dan wakil presiden periode 2024-2029. Pasalnya, salah satu calon wakil presiden pendamping calon presiden no urut dua lebih menonjol daripada yang lainnya. Pengamat politik dari lembaga Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Pengamat politik dari lembaga Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai, putusan MK kian kental nuansa politis dan cenderung membela satu orang semata untuk konteks 2024. Hal ini karena meski MK menolak soal usia, tetapi putusan tersebut memasukan syarat lain bagi yang di bawah usia 40 tahun, yakni pernah menduduki jabatan yang didapat melalui pemilihan, termasuk Pilkada. 

Ini berarti salah satu calon wapres lolos syarat sebagai cawapres atau capres karena faktor pernah menjabat dalam jabatan negara melalui Pilkada Kota Surakarta. Putusan ini dianggap lebih baik dibanding mengabulkan gugatan terkait batas usia minimal capres. Sebab, jika putusan batas usia dikabulkan maka semua warga negara bisa maju tanpa terkecuali. Namun, dengan hanya dikabulkannya klausul minimal pernah berpengalaman menjadi kepala daerah hanya mengakomodasi pihak yang ada di kekuasaan.

Sebenarnya masyarakat tidak usah terlalu berfokus pada perubahan yang dianggap bertentangan. Sebaiknya, masyarakat hanya perlu kritis dengan menilai performa setiap individu capres dan cawapresnya sesuai pandangan dan hati nuraninya masing-masing. Salah satu wadah untuk mengenal lebih jauh siapa pemimpin ideal itu bisa dilihat melalui debat capres dan cawapres. Debat tersebut penting karena memberikan kesempatan kepada kandidat untuk menyampaikan visi, misi, dan solusi mereka secara terbuka. Ini memungkinkan pemilih untuk membuat keputusan yang lebih informan, memahami pandangan calon, serta mengevaluasi kemampuan dan kepemimpinan mereka. Debat juga dapat menguji kesiapan dan pengetahuan calon dalam menghadapi isu-isu penting yang dihadapi negara.

Kepemimpinan tidak hanya berkaitan dengan apa yang diucapkan secara verbal, melainkan juga terletak pada apa yang dilakukan secara nyata. Seorang pemimpin juga diharapkan sekaligus dituntut untuk mampu menuntaskan permasalahan seluruh bidang kehidupan rakyatnya. Pemimpin tidak hanya jago di satu bidang saja namun seimbang di bidang lainnya. Kecakapan dari pemimpin idealnya merata di semua lini.

Pemimpin yang berintegritas menjadi hal yang paling diinginkan oleh masyarakat. Sosok pemimpin yang jujur dan perkataannya selaras dengan perbuatannya adalah konsep ideal yang diharapkan masyarakat. Munculnya patokan ini didasari dari janji politik yang cepat menguap saat tokoh tersebut telah resmi dilantik sebagai pemimpin. Akumulasi kekecewaan tersebut membentuk pandangan warga yang mengutamakan integritas dalam melihat figur pemimpin. Pemimpin yang mampu bersikap adil turut masuk ke dalam konsep ideal seorang pemimpin. 

Setiap zaman mempunyai tantangannya masing-masing. Seiring berkembangnya zaman tersebut, permasalahan akan semakin kompleks dan memerlukan solusi. Dengan begitu, secara tidak langsung masyarakat membutuhkan pemimpin yang mampu memecahkan masalah. Konsep pemimpin ideal terutama berfokus pada keterampilan dan karakteristik yang dimiliki sosok pemimpin tersebut.

Pemimpin yang berintegritas, adil, dan memiliki rasa tanggung jawab merupakan gambaran ideal seorang pemimpin dalam sudut pandang masyarakat.

 Dalam menjalankan kepemimpinan, pemimpin harus mampu menjaga independensinya dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi disintegrasi suatu bangsa. Pemimpin yang selalu dicintai rakyatnya adalah pemimpin yang mampu mengemban amanah rakyat dan memahami makna sesungguhnya sebuah demokrasi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun