Mohon tunggu...
197_NUR HIDAYAH
197_NUR HIDAYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hobi saya healingdan foto-foto, saya juga suka konten yang lucu-lucu

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kesulitan Belajar pada Gangguan Disgrafia

21 Januari 2024   15:10 Diperbarui: 21 Januari 2024   15:15 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ketidakmampuan belajar pada anak biasanya bergantung pada masing-masing anak dan penyebabnya bisa bermacam-macam. Gangguan ini bisa diawali dengan kesulitan atau kelambatan dalam menulis, kesulitan dalam berhitung, kesulitan dalam mengingat pelajaran yang diajarkan dan lain sebagainya. Ketika anak mengalami kesulitan belajar seperti ini, peran orang tua dan guru tidak langsung menuduh anak malas. Sebab segala sesuatu yang dirasakan dan ditunjukkan anak pasti ada penyebabnya. Hanya saja guru dan orang tua perlu lebih peka terhadap segala hal yang tidak sengaja diungkapkan oleh anak. Memang tidak semua anak mengalami kesulitan belajar dan penting bagi guru dan orang tua untuk memahami pengertian, ciri-ciri, penyebab dan cara mengatasinya. 

      Sebagai seorang pendidik, Anda harus memahami hal ini terlebih dahulu. Mari kita kaji kesulitan belajar ini lebih dalam. Lantas, apa saja gangguan atau kesulitan belajar pada anak? Seorang anak yang mengalami gangguan atau kesulitan belajar bukan berarti ia langsung dianggap tidak cerdas, bukan berarti ia tidak mempunyai kemampuan dan potensi. Ia mampu menerima pelajaran, namun diperlukan cara khusus agar ia dapat menerima pembelajaran dengan baik. Ketidakmampuan belajar biasanya merupakan masalah yang mengganggu otak sehingga tidak mungkin atau sulit menerima, mengolah, menganalisis, atau menyimpan informasi, sehingga dampaknya dapat memperlambat perkembangan akademik anak.

    Tidak mengherankan jika hasil belajarnya jauh lebih rendah dibandingkan teman-temannya. Namun sayang, ketika prestasi anak menurun, orang tua selalu menyebutnya tidak cerdas. Sehingga, rasa percaya diri anak pun menurun. Padahal, seharusnya peran orang tualah yang mendorong dan meningkatkan semangat anak. Dan memang bisa jadi anak yang mengalami ketidakmampuan belajar sebenarnya adalah anak yang cerdas, hanya saja mereka memerlukan penanganan yang tepat untuk mengatasi kesulitannya. Ketidakmampuan belajar pada anak biasanya disebabkan oleh belum matangnya perkembangan otak, baik sejak lahir maupun saat anak beranjak dewasa. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya gangguan otak pada anak, seperti komplikasi pada ibu saat hamil, gangguan saat melahirkan, penyakit serius pada anak yang menyebabkan menurunnya kinerja otak, trauma fisik, atau trauma psikis.

       Ada beberapa gangguan belajar pada anak. Misalnya saja disgrafia atau gangguan menulis. Tanda atau ciri-ciri yang umum terjadi pada anak penderita disgrafia adalah anak cenderung tidak menyukai kegiatan menggambar atau menulis dan sulit menulis apa pun dengan cepat. Biasanya untuk mengatasi masalah ini, orang tua bisa berkonsultasi dengan ahli seperti psikolog atau dokter untuk mendapatkan terapi. Mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter atau psikolog serta melatih dan mengubah kebiasaan anak. 

      Disgrafia adalah ketidakmampuan belajar yang ditandai dengan kesulitan mengungkapkan pikiran dalam komposisi tertulis. Secara umum, istilah disgrafia digunakan untuk menggambarkan tulisan tangan yang sangat buruk. Anak-anak yang menderita disgrafia mungkin menulis dengan sangat lambat, tulisan mereka mungkin sangat tidak terbaca, dan mereka mungkin membuat banyak kesalahan ejaan karena ketidakmampuan mereka menggabungkan bunyi dan huruf. Disgrafia biasanya terjadi saat anak pertama kali berinteraksi dengan huruf, yakni saat anak berusia sekitar 6 tahun atau bisa dikatakan saat anak duduk di bangku sekolah dasar. Oleh karena itu, sekolah dasar sudah seharusnya mempunyai peran dan tanggung jawab dalam membantu anak disgrafia yang tidak sama dengan anak berkebutuhan khusus. 

       Menurut Alim Tegar Wicaksono, kesulitan belajar terkait disgrafia jika dibiarkan akan berdampak pada proses pendidikan. "Padahal pendidikan itu sangat penting karena merupakan landasan yang akan melatih dan mengembangkan setiap individu," ujarnya. Terutama aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, moral, keyakinan dan kebiasaan yang akan mempengaruhi perkembangan individu di masa depan. Anak penderita disgrafia memerlukan metode khusus seperti Remediasi yaitu proses melibatkan atau memperbaiki diri, Bimbingan Belajar yaitu proses pengajaran pada bidang yang terhambat, Kompensasi yaitu memberikan bantuan jika terjadi kesulitan, Keterampilan dasar menulis seperti bagaimana mengepalkan tangan, menggerakkan pergelangan tangan, siku, dll serta beberapa strategi yang perlu dirumuskan untuk memenuhi kebutuhan anak penderita disgrafia. Ikhwan Inzaghi Siswanto menambahkan, dalam Edugraph siswa diminta menonton video senam sepeda motor, kemudian menonton tabel tulis dan animasi, serta mendengarkan pengucapan huruf, angka dan simbol, kemudian siswa diminta menulis angka dan simbol menggunakan kanvas. , alat tulis dan kamera. Setelah selesai, siswa dapat melihat peringkatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun