Ikan Sidat merupakan sekelompok ikan yang mempunyai tubuh berbentuk panjang menyerupai ular. Ikan ini termasuk ke dalam ordo Anguilliformes dan terdiri atas 4 subordo, 19 famili, 110 genera dan 400 spesies. Kebanyakan ikan ini hidup di laut tenang namun beberapa diantaranya bisa hidup di air tawar dan menyerupai belut sawah, dengan tekstur licin dan berlendir. Panjang ikan bisa mencapai 50 hingga 125 sentimeter. Di Indonesia, ikan Sidat hidup subur di perairan pantai Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan sungai – sungai besar di kepulauan tersebut.
Saat ini keberadaan ikan Sidat di Indonesia kurang begitu terkenal dibandingkan pada beberapa belahan dunia yang lain. Namun di negara – negara maju seperti Jepang, China, Korea dan Eropa, ikan Sidat sangat terkenal dan dikonsumsi sebagai salah satu makanan yang menyehatkan tubuh karena ikan ini kaya akan kandungan vitamin A yang banyak terdapat di dalam hati ikan yaitu sebesar 15.000 IU/100 gram. Ikan ini juga mempunyai kandungan DHA dan EPA masing -masing sebesar 1.377 mg/100 gram dan 742 mg/100 gram. Juga kandungan omega 3 yang berfungsi untuk perkembangan otak, memperkuat mental dan membantu manusia untuk berkosentrasi pikiran dengan baik, banyak ditemukan dalam fillet ikan Sidat bahkan kandungannya lebih besar dibandingkan dengan fillet ikan Salmon. Protein tinggi dalam kepala dan tulang ikan Sidat sangat membantu orang dalam hal membentuk memori otak menjadi sehat dan mencegah kepikunan.
Fillet atau daging ikan Sidat berasa sangat nikmat dan harum, sehingga dapat diolah menjadi beragam hidangan seafood. Hidangan ini dapat membantu menyembuhkan orang – orang yang menderita gangguan fungsi otak seperti schzophrenia dan manic depressif, mengobati depresi ringan hingga berat, maka dari itu konsumsilah ikan ini secara rutin sehingga tubuh anda akan menjadi lebih sehat dan dapat mengurangi penyakit stres yang melibatkan fungsi kerja otak, kolesterol berkurang, peredaran darah lancar dan lebih tenang karena pengaruh asupan gizi ke otak berjalan normal. Ikan ini mengandung zat mikronutrien dalam jumlah cukup besar yakni vitamin B1 dan B2 yang berfungsi bagus dalam mengatur sistem syaraf sehat.
Untuk mengoptimalkan budidaya ikan Sidat dari Indonesia ke luar negeri khususnya Jepang, New Zealand, Australia dan negara – negara lainnya, maka LPPM universitas Sebelas Maret (UNS) Solo melakukan beberapa riset tentang peluang untuk berbisnis dan budidaya Sidat.
Berdasarkan hasil riset tersebut, civitas akademika UNS mencoba mengembangkan budidaya Sidat di kolam air tawar. Menurut salah satu penelitinya, Agung Budiharjo menjelaskan bahwa benih didapat dari beberapa daerah di Indonesia seperti UNS bekerjasama dengan para nelayan dari Pacitan, Jogja, Purworejo hingga wilayah Sumatra.
Beberapa nelayan pilihan bertugas untuk menangkap benih – benih ikan dan rata – rata mereka berhasil mengumpulkan 6.000 ekor ikan. Benih ikan Sidat ini ditangkap langsung dari habitat aslinya di alam bebas. Setelah kira - kira mencapai panjang sekitar 15 cm, ikan Sidat ditebar ke kolam dan dipelihara oleh petani. Sekitar enam bulan, ikan – ikan tersebut siap untuk dipanen. Menurut Agung, pihak UNS juga bekerja sama dengan beberapa petani plasma di wilayah kabupaten Karanganyar, Klaten, Pacitan, Wonogiri, Ponorogo, Banyumas, Blitar dan Banten untuk melakukan pemasaran ikan ke masyarakat luas. Penjualan ikan Sidat pada umumnya dalam bentuk mentah yaitu dipisahkan antara daging dan tulangnya (fillet), dipanggang, lalu dikemas untuk selanjutnya diekspor ke Jepang (Osaka), Taiwan, Australia dan New Zealand oleh pihak UNS yang bekerja sama dengan beberapa perusahaan asing di negara tersebut, sebagai buyer dan investor. Kerjasama dilakukan dalam hal menjaga dan mengembangkan market yang telah diraih dengan sustainability, cost dan delivery time serta added value produk khususnya terhadap pasokan ikan Sidat impor. Juga pengembangan selanjutnya dilakukan bersama – sama Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) di masing – masing propinsi dengan menekankan bahwa pasokan ikan Sidat impor harus ditingkatkan setiap tahunnya.
Sumber : http://www.sidatonline.com/index.php/tentang-sidat/.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H