Ketika membesuk keluarga yang dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Mamuju Utara, betul-betul mengerihkan dan memperihatinkan. Â Mungkin inilah RSU daerah yang pernah penulis lihat dengan fasilitas yang luar biasa minim, ditambah pelayanan yang juga minim. In terjadi pada minggu ke-3 April 2014.
Bisa dibayangkan situasi rumah sakit di fasilitas  Verry Inporten Person (VIP) saja, tidak ada air bersih di kamar mandi, ruangan sempit, tidak ada fasilitas pendukung untuk kencing dan buang air besar bagi pasien. Sementara kontrol dari dokter rentan waktunya berselang 10 sampai 12 jam baru ada.
Uniknya jika pasien ingin kencing haru memotong botol air minum mineral dijadikan pispot darurat. Ini tentunya sangat beresiko luka bagi alat kencing karena potongannya tajam. Betul ironi yang terjadi di RSU Mamuju Utara.
Melihat kenyataan di RSU Mamuju Utara ini, penulis terpancing untuk mengetahuinya lebih jauh. Oh ternyata, Mamuju Utara adalah daerah yang cukup kaya, karena memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang pantastik, 16  persen pada tahun 2013 lalu. Itu dikatakan oleh Bupati Mamuju Utara  dalam LPKJ depan di depan DPRD. Itu luar biasa di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional hanya 5, 78 persen. Betul-betul sangat kontrakdiktif dengan  layanan kebutuhan dasar dibidang kesehatann, khususnya di RSU Mamuju Utara.
Penulusuran lanjut penulis mencari reterensi tentang RSU Mamuju Utara, ternyata rumah sakit tanpa tife yang jelas ini untuk tahun 2013 silam telah mendapat kucuran dana dari APBN senilai Rp. 10.223.939.000,00 Â untuk pengadaan Alat Kesehatan, sesuai data dari LPSE Provinsi Sulawesi Barat. Lebih gilanya lagi, LSPE Sulawesi Barat juga mengumunkan bahwa rumah sakit ini juga telah menganggarkan Rp. 914.100.000,00 Â untuk Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPAL) dengan dana yang bersumber dari APBD Mamuju Utara.
Melihat situasi pengelolaan manajemen rumah sakit yang belum begitu optimal, sangat-sangat tidak singnifikan untuk mendapatkan dana pembelian alat kesehatan yang begitu besar. Bahkan alat kesehatan yang dimaksudkan tersebut belum nampak hingga April 2014 ini. Juga dengan anggaran besar membuat IPAL, sangat tidak sesuai tingkat hunia rumah sakit yang masih relatif kecil pula.
Jika merasakan dan melihat kondisi layanan di RSU Mamuju Utara, masyarakat setempat sudah sepantasnya bertanya, kemana larinya anggaran dana dari APBN senilai Rp. 10.223.939.000,00 dan APBD Rp. 914.100.000,00 Â tersebut.
Melihat kucuran dana puluhan milyar rupiah pada tahun 2013 silam dan melihat kondisi RSU Mamuju Utara sekarang, April 2014, pispot saja tidak punya. Bagaimana pemerintah daerah bisa nyaman tidurnya, apakah Badan Inspektorat Daerah, tidak melakukan kajian atas pengelolaan dana-dana ini. Â Bagaimana pula Badan Perencanaan Pembangunan Daerah bisa memberikan ruang dana yang besar pada manajemen rumah sakit yang sudah begitu kacau.
Kalau melihat besaran dana yang terkucur pada RSU Mamuju Utara pada tahun 2013 dan melihat kondisinya pada April 2014 Â dari ketersedian sarana dan prasarana serta pelayanan. Mungkin hanya dengan pertanggujawaban paling mutakhir di dunia, bila manajemen rumah sakit tersebut bisa lolos temuan dari pihak pemeriksa resmi, seperti BPK, BPKP dan Inspektorat Daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H