[caption id="attachment_339403" align="aligncenter" width="504" caption="Kantor Bupati Mamuju Utara di Pasangkayu (dok. Ardi Djafar)"][/caption]
Pasca pelantikan anggota DPRD Mamuju Utara priode 2014 -2019 menjadi cerminan "pertarungan kekuasaan" pada Pilkada 2015 mendatang. Sebagai kabupaten baru, daerah penghasil sawit ini masih menempatkan demokrasi sebagai alat untuk menuju "kekuasaan." Hingga trik dan praktek demokrasi yang sesungguhnya kadang memiliki bias yang jauh. Tapi itulah demokrasinya daerah yang masih baru.
Jika melihat komposisi perolehan kursi di parlemen Mamuju Utara, tiga parta besar mendapat kursi berimbang, Partai Demokrat, Partai Golkar dan Parta Demokrasi Perjuangan. Ketiganya memiliki potensi kuat untuk mengusung Cabup/Cawabup tahun 2015 mendatang. Itu kalau "fair play" berdemokrasi mau dilihat secara sesungguhnya. Â Namun itu tidak mungkin terjadi di Mamuju Utara, mengingat tifelogi kekuasaan di daerah ini. Sebab ada bebarapa faktor internal, seperti kekerabatan, mempertahankan dinasty, sosioekonomi, hukum dan gengsi yang saling memintas di dalamnya.
Pada sisi dukungan masyarakat pada partai politik, PDIP mendapat perolehan suara terbanyak. Itu sangat wajar, mengingat "individual power" yang dimiliki H. Agus Ambo Djiwa sebagai bupati dan Ketua PDIP Sulbar. Juga untuk partai Golkar yang dapat perolehan suara terbanyak runner up, itu juga lumrah. Ketua Partai Golkar Matra, H. Yaumil RM adalah sosok yang paling identik dengan Mamuju Utara. Selain sebagai Ketua DPRD priode 2009 - 2014, kakak kandung H. Agus Ambo Djiwa ini juga adalah deklarator terbentuknya Kabupaten Mamuju Utara. Sedangkan Partai Demokrat yang peroleh kursinya juga 5, itu juga lazim, karena partai besutan SBY ini pada Pileg. 2014 Â meloncat drastis menguasai arena di Sulawesi Barat. Pantastik memang, maka sangat berasalasan kuat ketika partai berlambang bintang tiga ini siap-siap "mandiri" berlaga dalam Pilkada 2015.
Memang wacana yang berkembang dari ketiga partai dengan perolehan kursi 5 di parlemen Matra, PDIP dan Demokrat sudah siapkan kadernya untuk masuk arena Pilkada. Sementara PAN yang peroleh kursinya tidak signifikan untuk ajukan calon secara mandiri, harus merendah dengan bersolek untuk dilamar.  Walaupun partai matahari putih ini memiliki sosok Uksin Djamaluddin, politisi  yang cukup  mapan dan ternama.
Lalu dengan partai beringin yang memiliki kursi 5, memang gamang untuk mengajukan calon. Kelihatannya, partai ini hanya akan mendukung Incumbent, H. Agus Ambo Djiwa. Ya, secara logika, kader terbaiknya di Matra adalah H. Yaumil RM, tentu berpikir panjang untuk bertarung dengan incumbet yang juga adiknya. Karena selain bisa mengalahkan incumbent, bisa juga dua-duanya kalah oleh pasangan "kuda hitam" yang bakal muncul dari Demokrat atau dari Hanura dan koalisinya, dimana H. Muhammad Saal adalah Wakil Bupati Matra 2010 -2015, diperkirakan sudah menyiapkan juga "kuda-kuda." Meskipun peroleh kursi Hanura tidak signifikan untuk calon bupati, sosok H. Muhammad Saal, potensinya tidak bisa dipandang remeh. Beliau tenang, bijak, komunikatif, basis massanya ada.
Dari Partai Demokrat, memang memiliki kader paling banyak untuk maju menjadi calon bupati, karena selain Ketua Demokrat Matra, Yusri M. Nur, nama-nama seperti Muzawir Az. Hisam, Aksan Yambu sangat berpotensi kuat. Jika ditimbang-timbang dari ketiganya dan wacana yang berkembang di masyarakat, Muzwir Az Hisam memiliki kans yang baik untuk diajukan oleh Partai Demokrat sebagai calon bupati.
Kalau melihat situasi yang ada dalam komposisi kekuatan partai DPRD Mamuju Utara serta orientasinya jelang Pilkada 2015 yang datang. Memang incumbet, H. Agus Ambo Djiwa adalah tembok kuat untuk dirobohkan. Tapi namanya politik, segala sesuatunya bisa terjadi, tergantung strategi dalam mencapai menang. Walaupun "tembok" kuat bisa "roboh" juga seperti tembok Berlin di Jerman.
Sedangkan wacana "came back"nya H. Abdullah Rasyid, mantan Bupati Matra. Kelihatannya beliau agak kesulitan mencari pintu masuk. Apalagi kalau incumbent merangkul semua partai-partai kecil. Tapi masih ada juga cela mulus lewat independen, kalau niatnya suci untuk rakyat Mamuju Utara.
Pada muaranya lingkaran yang saling memintas untuk calon bupati, H. Agus Ambo Djiwa, H. Muhammad Saal, Muzawir Az Hisam. Sedangkat untuk calon wakil bupati Uksin Djamaluddin  yang nyata, lainnya samar-samar. Itu kalau H. Yaumil RM tidak berminat pada posisi bupati. Kalau beliau juga "melabrak," konstelasinya bisa berubah drastis dan menjadi seruh.
Namun begitu, pasangan yang paling siap untuk maju Pilkada Matra 2015, adalah H. Agus Ambo Djiwa dan H. Muhammad Saal. Keduanya bisa mengukuhkan kembali  "Handal jilid II."  Tapi mungkinkan di tengan situasi politik dan kepentingan yang saling memintas.