[caption id="attachment_317673" align="alignnone" width="383" caption="Berpikir memili, memilih siapa? (dok. Taufik AAS P.)"][/caption]
Kalau tidak ada aral melintang, 9 April mendatang, Pemilihan Umum berlansung untuk memilih legislatif yang akan duduk di kursi DPD, DPRD I dan DPRD II. Pada daerah-daerah pemilihan, ada begitu banyak Calon legislatif yang bakal dipilih baik itu untuk DPR, DPRD tingkat I dan II. Semuanya bagus, semuanya baik, semuanya berjanji, semuanya bisa berbagai ala kadarnya.
Kalimat-kalimat terakhir di atas, " semuanya bagus, semuanya baik, semuanya berjanji, semuanya bisa berbagai," diucapkan oleh seorang pemilih tua yang berada di puncak gunung, di Desa Salu Assing, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Kalau kata 'berbagai ala kadarnya," itu kata-kata penulis. Tertulis begitu saja, tanpa kesan kampanye dan mengkampanyekan, apalagi ingin dipilih.
Karena waktu semakin mendekat, penulis sarankan, pilihlah yang ingin dipilih, asalkan jangan salah pilih. Karena salah memilih, keuntungan yang bagi Caleg. yan dipilih -- meskipun juga bukan kerugian nyata bagi yang memilih. Kemudian, penulis tambahkan juga, bahwa Caleg. yang dipilih sebaiknya yang tidak "jelas" profesi dan pekerjaannya. Karena setelah duduk di legislatif nantinya akan mendapatkan pekerjaan, setidaknya untuk masa lima tahun ke depan. Dengan begitu, suaranya memberikan andil dan bagi seseorang yang memang-memang betul-betul "pengangguran" untuk bekerja dan memperbaiki hidupnya. Itu adalah amal, sepanjang Caleg. pilihan itu tidak "tertangkap" nyolong di masa aktifnya. Kalau "terngkap," berarti suara yang diberikan adalah bagian dari "dosa-dosa" itu sendiri.
Ketika "pulang kampung" menjenguk istri dan anak di Mamuju Utara, masih di Sulawesi Barat, lagi-lagi, " Ingin Memilih, Memilih Siapa? Semuanya bagus, semuanya baik, semuanya berjanji, semuanya bisa berbagai, "ala kadarnya."
Penulis tidak mengatakan, pilihlah yang ingin dipilih. Tetapi balik bertanya, adakah Caleg. yang ingin dipilih. Sebahagian mengatakan "ada" tapi disarankan oleh orang-orang "suruhan" Caleg. untuk mempengaruhinya. Ada juga yang mengatakan karena memiliki hubungan famili, sebahagian pula mengatakan Caleg-nya sendiri yang minta untuk dipilih. Penulis tidak memberi saran apa-apa untuk menentukan, siapa yang bakal dipilih. Juga tidak menyarankan untuk tidak mimilih, jika memang tidak bisa menentukan pilihan hingga hari "H" pencoblosan.
"Ingin memilih, Memilih Siapa? Itu terus bergulir sampai penulis berkunjung ke stasion Radio Lokalan Mamuju Utara, Sparta Fm, milik Bang Adam Kawilarang. Kebetulan Sang Direktur Sparta Fm. tersebut adalah sohib kental dan jurnalis senior, tempat kami bisa mendapat tambahan referensi tentang ke-Mamuju Utara-an. Dan secara kebetulan di studio radionya, hadir pula, Ir. Mahfud, caleg. dengan motto "Pohon Beringin di Tana Lapang, Mohon Didukug Nomor Delapang ("ng", dialek lokal mungkin, pen.)
Penulispun ikut bincang secara live di radio Bang Adam, meskipun sedikit miris, disebut pengamat politik dan penulis muda. Kayaknya, pemberian lebel baru itu, tiba-tiba saja, karena kebetulan berada di studionya bersama salah seorang caleg. Kemudian thema obrolannya bicara tentang profil dan visi dari Bung Mahfud. Ternyata Mahfud berlatar belakang aktivis partai yang di "di tanah lapang tersebut" dan sehari-harinya adalah konsultan. Memiliki keinginan kuat untuk terlibat secara nyata dalam pembangunan Mamuju Utara, dengan keinginan menjadi legislator. Dengan pertimbangan, Mamuju Utara, memang butuh, pembangunan infrastruktur yang lebih optimal yang bisa mendorong perekonomian masyarakat. Menarik memang dan cukup cerdas. Penulis mengapreasiasinya dengan uraian, "Masyarakat Mamuju Utara, sudah pasti memiliki kecerdasannnya sendiri untuk memilih Caleg. yang cerdas." Itu demi sebuah kemajuan pada lima tahun ke depan dan tentunya memang "perubahan" dari yang ada sekarang ini.
Ketika pulang dari Saparta Fm, barengan Ir. Mahfud, Caleg partai "pohon di tanah lapang"Â dengan nomor urut "delapang" tersebut. Sekitar 25 menit sebelum berpisah, kami ngbrol ringan diluar issu trend, 9 April ke depan. Sang Caleg,. tidak minta di dukung, atau ditawarkan untuk mengajak keluarga memilihnya. Artinya, tidak ada kosa kata yang mengandung nada "kampanye" walaupun masih musim kampanye.
Penulispun berkesipulan, "Ingin memilih, Memilih Siapa? ya, tergantung pilihan setelah melihat surat suara di bilik pemilihan. Bukan karena ajakan, bukan karena bujukan, janji atau heboh-heboh nama besar partai. Seperti juga pria tua di puncak Quarles, Mamasa sana, belum menentukan pilihan karena, semuanya bagus, semuanya baik, semuanya berjanji, semuanya bisa berbagai ala kadarnya. Walaupun nantinya tetap memilih dan rejekinya Caleg. yang dipilihnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H