Jauh di Quarles Pulaua Sulawesi pada ketinggian 2015 meter di atas permukaan laut, sebuah desa yang permai bernama Lambanan, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar). Pada desa inilah pertama kalinya Islam masuk di Pitu Ulunna Salu dan dikenallah Surau Tua Lambanan, kemudian menjadi Masjid Lambanan.
Desa Lambanan adalah dataran hijau dengan curah hujan yang lebat, cipatakan flora hutan tropis menjadi pernik-pernik alam yang indah. Itu juga membuat Sungai Lambanan yang melilit kampung tak pernah kering dengan batu-batu alam yang melimpah di dalamnya.
Sawah-sawah masyarakat di Lambanan kaya air dan tanahnya subur menjadikan desa ini penghasil beras di Kabupaten Mamasa kata Kepala Desa (Kades) Yunus P. Lemba. Untuk efektifkan air di sawah, pemerintah membangun "Embung" sumber mata air yang ada di tengah persawahan. Dengan air yang cukup di persawahan masyarakat memelihara ikan mas dan nila, selain menanam padi.
Batu Kumila, adalah salah satu obyek wisata ternama di Mamasa berada di  Dusun Pembu, Desa Lambanan. Terjangkau dalam tempo  30 menit  dengan kondaraan  roda dua. Oleh pemerintah Kab Mamasa, di area batu yang berkisah  ini telah dibangun pagar  melingkar  dan gazebo, serta dibangun jalan setapak rabat beton dalam lokasi.
Menurut Kepala Desa Lambanan Yunus P Lemba, yang ditemui, Batu Kumila, memang memiliki cerita yang dikaitkan dengan keunikan gerhana bulan.  Bahwa ratusan tahun silam, saat  gerhana,  sepasang laki-perempuan bercinta dalam satu sarung, lalu menjadi  batu.
"Cerita  itu masih saya dengar tahun-tahun 60-an, kalau terjadi gerhana bulan. Kita adakan ritual dengan membunyikan, lesung atau memukul-mukul benda yang bisa keluarkan bunyian.  Sedangkan  nama Dusun "Pembu"  itu artinya, "persembunyian."  Menurut  orang-orang tua dulu, di sekitar Batu Kumila, tidak ada hewan ternak bisa hidup. Tetapi sekarang sudah tidak lagi, orang-orang kampung bisa memelihara babi di sekitarnya," papar  Kades.
Selain memiliki legendanya  yang eksotis, obyek wisata Batu Kumila memang berlokasi pada posisi yang nyaman untuk refresing. Berada di pinggiran  Sungai  Mamasa serta dikelilingi tebing-tebing yang indah dengan flora yang beraneka  ragam. Udaranya cukup sejuk dengan desiran air sungai  yang membawa ke suasana yang alami.
"Kami telah Bumdes-kan usaha madu lebah alam di Lambanan ini. Karena usaha ini memiliki prospek yang baik. Apalagi masyarakat Lambanan, memiliki keterampilan mengolah madu alam yang betul-betul diambil dari sarang-sarang lebah di pohon pada hutan-hutan yang ada," kata Yunus.
Menurut Yunus, masyarakat Lambanan sangat cakap untuk mengatur dimana lebah-lebah itu harus bersarang. Pengrajin lebah Lambanan, bisa saja memidahkan sarang lebah dengan caranya sendiri. Entah itu secara magis atau dengan cara alami.