Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Catatan dari Desa Rambusaratu, Kabupaten Mamasa

15 Januari 2018   23:11 Diperbarui: 15 Januari 2018   23:42 1524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dingin, kabut menyelimuti bukit. Itulah gambaran Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar). Kabupaten yang melintang di pengunungan quarles Sulawesi ini adalah pemekaran dari Kabupaten Polewali Mamasa, berdasarkan UU No. 11 tahun 2002 tentang pembentukan Kab. Mamasa dan Kota Palopo di Sulawesi Selatan.

Salah satu desa tua di kabupaten ini, adalah Desa Rambusaratu yang dulunya merupakan daerah kehadatan Mamasa. Menurut informasi yang dihimpun penulis, kedaulatan tertinggi adat Mamasa pada era sebelum kemerdekaan ada di Rambusaratu. Sementara Rambusaratu itu sendiri secara harafiah berarti "tempat memasak." itu diasosiasikan sebagai pusat untuk menetapkan mupakat. Menjadi tempat mengambil keputusan penting dalam kebijakan semua hadat yang ada di Mamasa dan hadat yang ada di wilayah Pitu Ulunna Salu (PUS).

banua-layuk-di-desa-rambusartu-5a5cd9d1cf01b428932332c2.jpg
banua-layuk-di-desa-rambusartu-5a5cd9d1cf01b428932332c2.jpg
Menurut Kepala Desa (Kades) Rambusaratu, Alberth, desanya berada di Kecamatan Mamasa dengan jumlah penduduk 3800 jiwa lebih dengan pencaharian  utama warga adalah pertanian dan perkebunan. Tanahnya cukup subur dengan perbukitan yang cocok untuk sayuran serta lembah-lembahnya adalah areal persawahan yang produktif.

"Desa Rambusaratu ini dulunya adalah pusat hadat dan budaya di Mamasa ini. Karena itu dengan adanya dana yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, red.) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, red.) ke depan setelah semua infrastruktur desa terbangun dengan baik, kami akan tingkatkan obyek-obyek wisata budaya serta obyek wisata alam. Itu untuk semakin menampakkan Desa Rambusaratu sebagai pusat budaya di masa lalu di daerah ini." kata Alberth.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Dengan Dana Desa (DDes), menurut Kades Alberth, kini telah membangun gerbang masuk desa dengan ciri khas Rambusaratu. Itu memberi nuansa tersendiri bila berkunjungan ke desa ini.

Dijelaskan pula oleh Kades Alberth bahwa selain obyek wisata Banua Layuk di Rante, sebagai pusat pemerintahan adat di masa lalu, Desa Rambusaratu juga memiliki pula obyek wisata lain, seperti permandian air panas dan air terjun serta gua kelelawar.

Sisi lain yang cukup menguntungkan di Desa Rambusaratu adalah udara pengunungan yang sejuk. Ini memungkinkah Desa Rambusaratu menjadi tempat bersantai dan rehat yang menyenangkan.

Selain keindahan alam dan budaya karena adatnya yang kental, warga Desa Rambusaratu juga dikenal memiliki keramahan terhadap sesama, memiliki estetika dalam bentuk tarian dan ukiran. Ini adalah potensi ekonomi kreatif yang potensil di masa datang.

Mamasa, 15 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun