Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tugu Pendaratan Pasukan Andi Mattalatta, Terabaikan Sayang?

28 November 2017   23:23 Diperbarui: 29 November 2017   00:01 2410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi-pagi,  menikmati kopi hitam bergula,  kawan lama bercerita tentang kebiasaan barunya berenang pagi di laut. Katanya untuk menyembuhkan kaku-kaku tubuhnya akibat stoke ringan yang baru menyerangnya setahun lalu.

Lanjut ceritanya dengan suara yang mirip-mirip Bang Karni Ilyas, sohib tersebut tidak cerita panjang soal air laut dan stroke. Ia malah cerita di lokasi tempatnya berenang, di depan Port Rotterdam, yang lazim disebut Popsa, karena memang di situ dulu awalnya POPSA (Persatuan Olah Raga Perahu Motor dan Ski Air)  Pada tahun 1954 didirikan oleh Andi Mattalatta, bapak ski air Indonesia.

Ih, bukan pula Popsa yang dibahas tetapi sebuah tugu perjuangan tidak terawat, tentu saja sangat terkait dengan sosok Andi Mattallatta, mantan Panglima Kodam  XIV/Hasanuddin yang pertama. Juga tentang Mayjen (Purn) H. Andi Mattalatta, salah seorang tokoh pejuang kemerdekaan asal Bugis Barru, Sulawesi Selatan, kelahiran 1 September 1920.

Dalam blognya : multimediamerahputih.blogspot.co.id tersebut  menuliskan  latar sejarah bahwa tugu itu adalah simbol pendaratan pasukan Batalyon D yang berkedudukan di Jawa Tengan dengan Komandan Mayor  Andi Mattalatta.

Pendaratan pasukan pimpinan Andi Mattalatta ini sebagai  jawaban atas suasana Indonesia Bagian Timur  pada Pengakuan Kedaulatan NKRI. Walau Soekarno - Hatta di Jakarta sudah cetuskan  proklamasi Indonesia merdeka yang terjadi akibat kevakuman pemerintahan setelah penguasa militer Jepang meletakkan senjata. 

Namun  pihak Belanda mempengaruhi kalangan prajurit KNIL di Makassar, Manado dan Ambon. Akibat kampanye anti-TNI hingga timbul berbagai pergolakan daerah di Indonesia. Misalnya kerusuhan dan aksi militer pimpinan Kapten Andi Azis dan menyerang markas TNI di Makassar.

"Andi Azis sebelumnya adalah ajudan Wali Negara NIT, Sukowati dan bersama satu kompi KNIL resmi memasuki TNI pada 30 Maret. Namun sehari sebelumnya dia ditemui Dr.Chris Soumokil yang datang dari Manado dan bersama Kolonel Schotborg mempengaruhinya untuk menentang pendaratan Batalyon Worang di Makassar pada 5 April. Azis dipengaruhi bila APRIS terbentuk, tidak perlu kehadiran TNI." Tulis Gajah Mada Harding dalam blog multimediamerahputih.blogspot.co.id.

Tugu Pendaratan Pasukan Andi Mattalatta, Terabaikan Sayang?
Tugu Pendaratan Pasukan Andi Mattalatta, Terabaikan Sayang?
Sohib, Gajah Mada Harding yang juga adalah Pembina pada organisasi Komando Pejuang Merah Putih, ungkapkan keperihatinannya melihat tugu perjuangan itu tidak terawat, padahal memiliki nilai histori yang penjang, terkait keberadaan TNI di daerah ini. Juga memiliki keterikatan kuat dalam perjuangan kemerdekaan NKRI.

"Tugu Pendaratan Andi Mattalatta Terabaikan Sayang?" katanya sedih.

Pinggiran Kota Daeng, 28 November 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun