Mohon tunggu...
Novrinaldi Syafni
Novrinaldi Syafni Mohon Tunggu... Dosen -

H. Novrinaldi. S. Lc || Alumni Pesantren Darel Hikmah Pekanbaru || Alumni Universitas Al Azhar Cairo || Twitt: @NovrinaldiSapni || FB: Novrinaldi Syafni

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inikah Pemimpin Kita?

1 September 2014   03:11 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:58 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang ini saya dikagetkan dengan berita dari salah seorang teman FB saya. Berita yang dilansir oleh media Merdeka.com itu mengabarkan bahwa "kasus asusila, gubernur Riau Annas usia 74 tahun dipolisikan". Setelah aku baca isinya cukup mengecewakan, bagaimana tidak, seorang pemimpin, bisa dikatakan panutan untuk seluruh masyarakat Riau melakukan hal tak senonoh kepada masyarakatnya sendiri.

Jika benar adanya, maka tentu ini menjadi pelajaran bagi kita semua, dan tentunya kasus tersebut diusut hingga tuntas, jangan pandang bulu, jangan tebang pilih semua harus diperlakukan sama dihadapan hukum itulah salah satu isi dari ajaran konstitusi kita. Tidak mentang-mentang gubernur lantas kasus ini ditutup. Ini tentu harapan seluruh masyarakat dan rakyat yang hidup di bumi pertiwi ini. Mungkin ini satu dari sekian kasus pemimpin-pemimpin bermoral rusak di Indonesia.

Sebab itulah saya terusik sedikit untuk menuliskan isi kepala saya mengenai krisis kepemimpinan di negeri tercinta ini. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak no 4 di dunia, ditambah lagi yang menjadi nilai plus nya adalah Indonesia negara muslim terbanyak di dunia. Dengan sekian banyak jumlah penduduk yang mayoritas islam, tidak kah ada pemimpin yang kapabel, mampu memimpin indonesia secara lahir batin, ? artinya ia benar-benr tulus dan  sungguh -sungguh dalam mengemban amanah. Benar-benar memahami bahwa keseluruhan yang ada padanya menjadi sorotan dan contoh banyak orang, sehingga ini menjadi pengontrol segala tindakan dan perbuatannya.

Saya meyakini bahwa masih ada pemimpin negeri ini yang kapabel di bidangnya, elok budi pekertinya, hanya saja yang terlalu banyak terekspos adalah pemimpin-pemimpin yang tidak mampu, yang terkesan mengorbankan rakyat bukan memperhatikannya. Sehingga ini menjadi gambaran mayoritas pemimpin-pemimpin di negeri kita. Perilaku mereka yang semacam itu menimbulkan pertanyaan bagi bangsa, Inikah pemimpin kita?

Pelajaran penting yang dapat diambil adalah, bahwa menjadi pemimpin itu sebenarnya tugas yang amat berat. Mengayomi, menjadi contoh yang baik (panutan), berbuat adil dan lain-lain. Itu diantara tugas yang semestinya ia lakukan. Namun sayangnya tidak semua orang bisa melakukan itu (termasuk saya).Tulisan ini ingin mengembalikan kesdaran kita sebagai seorang manusia yang memiliki segala kekurangan dan keterbatasan. Apalagi jika kita (sebagai manusia yang memiliki kekurangan ini) diberikan tanggung jawab dan tugas yang berat sebagai pemimpin. Apa yang dapat kita lakukan? kekurangan ditambah dengan beban yang amat berat apa jadinya?

Nah dalam poisi seperti itu sebenarnya kita harus memiliki pegangan dan kekuatan yang lebih besar. Pegangan seperti apa dan kekuatan yang bersumber dari siapa? Tentunya dari yang maha Kuasa (Allah swt). Dialah sebaik-baiknya pegangan, dan pemberi kekuatan. Saya masih ingat pesan ust. Joko Sumaryono kepada kami ketika itu. Beliau mengutip firman Allah, surah Al muzammil. Beliau mengatakan bhwa semakin kuat dan berat tugas, mestinya semakin kencang ibadah dan usaha kita, salah satunya dengan menjaga shalat malam, memperbanyak bacaan (mentadaburi) Quran. Semakin dekat seseorang dengan Tuhannya semakin kuat ia bertahan, semakin dekat seseorang dengan Qurannya (kitabnya) semakin terarah ia berjalan.

Akhirnya kita menyadari betul, bahwa ini masih menjadi masalah bagi negeri kita, kekurangan pemimpin yang takut dengan Tuhan dan sayang dengan rakyatnya. Semoga kedepannya Indonesia dapat melahirkan pemimpin yang baik, baik untuk rakyatnya, baik untuk agamanya.

Cairo, Kota 8
31 Agustus 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun