Mohon tunggu...
Marzela Felisitas Elsan
Marzela Felisitas Elsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Indonesia Darurat Figur Ayah: Apa Penyebab dan Dampaknya?

4 Januari 2025   18:17 Diperbarui: 4 Januari 2025   18:17 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Broken Home. Sumber ilustrasi: Pinterest/Bianca Dantas

Ketiadaan figur ayah kepada anak di Indonesia menjadi hal yang konsern untuk dibicarakan lebih mendalam. Ketiadaan figur ayah yang dimaksudkan di sini adalah hilangnya peran seorang ayah baik secara fisik atau psikologis dalam tumbuh kembang anaknya. Berdasarkan data UNICEF pada tahun 2021 sekitar 20,9% anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah, yang berarti ada sekitar 2.999.577 dari 30,83 juta anak usia dini di  Indonesia kehilangan figur ayah. Dalam suatu keluarga peran ayah tidak jauh berbeda dengan peran ibu. Sebenarnya di dalam tahap perkembangan anak, kedua orang tua baik ayah atau ibu mempunyai peran yang sama dan keduanya harus bekerja sama demi tercapainya pertumbuhan anak yang optimal.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran figur seorang ayah dalam pengasuhan seorang anak memengaruhi perkembangan seorang anak baik secara kognitif, sosial, emosional, maupun akademiknya. Beberapa peran krusial ayah dalam pertumbuhan seorang anak berdasarkan pemaparan Khadra Ulfah, M. Psi, Psikolog yang merupakan seorang psikolog klinis anak dan remaja melalui kanal Youtube halodoc, diantaranya yaitu sebagai role model anak melalui perilaku keseharian, sebagai pelindung dan penyedia kebutuhan anak baik dari segi fisik, sosial ataupun pertemananannya, selain itu ayah juga berperan sebagai pelengkap stimulasi pada tahap perkembangan anak.

Ketiadaan figur ayah di dalam suatu keluarga jika ditelisik lebih dalam mempunyai beragam penyebab. Beberapa penyebab hilangnya figur ayah di Indonesia diantaranya adalah budaya patriarki yang masih kental pada masyarakat. Budaya patriarki yang melekat di Masyarakat Indonesia menganggap bahwa di dalam suatu keluarga kedua orangtua membagi perannya masing-masing. Ayah hanya bertugas untuk mencari nafkah di luar rumah, sedangkan untuk keperluan mengurus anak dan rumah merupakan tugas dan tanggung jawab ibu. Budaya tersebut menjadikan seseorang laki-laki atau ayah ketika mengurus anak dan rumah dianggap sebagai hal yang aneh tidak benar. Hal itu kemudian yang mengakibatkan hilangnya tanggung jawab seorang laki-laki karena takut ego nya tersentil oleh sentimen masyarakat.

Selain itu perceraian kedua orang tua juga dapat menjadi penyebab ketiadaan figur ayah dalam pertumbuhan seorang anak. Ketika terjadi perceraian, ayah dan ibu akan berpisah rumah dan anak lah yang akan menjadi korbannya. Anak diberi pilihan untuk mengikuti ayah atau ibunya, akan tetapi di dalam kebanyakan kasus perceraian hak asuh anak lebih sering jatuh kepada ibunya. Ketika anak hanya tinggal bersama ibunya, tidak jarang pula ibu menyembunyikan keberadaan sosok ayah dan ibu berusaha untuk menggantikan peran ayah secara penuh. Padahal pada kenyataanya ibu tentu tidak dapat menggantikan peran atau figur seorang ayah secara utuh sehingga tetap menimbulkan perasaan kosong atau ketiadaan figur ayah untuk anak tersebut. Perasaan kosong tersebut juga bisa terjadi karena kematian seorang ayah, sehingga anak tidak mendapatkan pengasuhan yang utuh dan timbullah perasaan kosong tersebut.

 Ketidakharmonisan dalam rumah tangga juga menjadi penyebab lain ketiadaan figur ayah dalam pertumbuhan anak. Ketika kondisi rumah tangga atau keluarga tidak harmonis dapat berpengaruh ke dalam pola pengasuhan anak yang tidak optimal. Pola pengasuhan yang tidak optimal ini bisa dipengaruhi oleh komunikasi yang tidak berjalan lancar. Kualitas komunikasi yang tidak berjalan lancar tersebut yang kemudian menyebabkan kebingungan dari seorang anak, dimana ketika masih adanya kehadiran orang tua akan tetapi anak tersebut tidak mendapat peran atau figur ibu juga ayahnya.

Ketiadaan figur ayah tentunya memiliki dampak yang sangat signifikan dalam pertumbuhan seorang anak. Hal tersebut tidak hanya berdampak pada satu aspek saja, beberapa diantaranya yaitu dari aspek sosial emosionalnya. Ketika seorang anak tidak memiliki figur ayah dalam pertumbuhannya maka anak tersebut tidak memiliki role model atau contoh bagaimana ia akan berperilaku di kehidupan luar. Hal tersebut akan menimbulkan perasaan tidak percaya diri saat berada di ruang publik, perasaan rendah diri (low self-esteem), juga tidak jarang anak sulit mengontrol emosinya.

Selain itu hilangnya figur ayah juga berdampak pada aspek psikologis anak. Jika dilihat lebih lanjut aspek sosial emosional dan aspek psikologis merupakan dua hal yang saling berhubungan. Ketika seorang anak mempunyai latar belakang aspek sosial emosianal yang buruk maka dapat berpengaruh kepada aspek psikologisnya, begitu pula sebaliknya. Contohnya adalah ketika seorang anak kesulitan mengontrol emosinya maka dapat mempengaruhi munculnya berbagai macam kesehatan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan dan lain sebagainya.

Selain itu ketiadaan figur ayah juga berdampak pada aspek kognitif atau akademik anak. Anak yang kehilangan figur ayah akan cenderung mempunyai tingkat motivasi belajar yang rendah hingga hilangnya motivasi belajar tersebut dan berakibat kepada kualitas hasil akademik yang buruk. Ayah yang terlibat aktif dalam pendidikan anak dapat menanamkan pola pikir yang positif dan mendukung seorang anak untuk memiliki keyakinan pada diri sendiri dan menyadari pentingnya belajar. Anak yang tumbuh tanpa figur ayah cenderung memiliki keterbatasan dalam menentukan pilihan karir, karena kurangnya panutan dan dukungan dalam mengeksplorasi minat dan bakat.

Ketiadaan figur ayah dalam pertumbuhan anak usia dini juga bisa berdampak pada keterlambatan bicara. Hal itu dikarenakan kurangnya stimulus yang diberikan oleh orangtua, khususnya ayah. Stimulus tersebut biasanya diberikan melalui kegiatan pembacaan buku cerita saat sebelum tidur. Ketika hilangnya figur ayah karena kurangnya waktu bersama dan peranan dalam mengasuh maka stimulus yang diberikan tidak optimal.

Jika ditelisik lebih dalam dampak yang diberikan karena ketiadaan figur ayah dalam pertumbuhan anak, bisa dibagi berdasarkan gender anak. Anak laki-laki cenderung memperlakukan perempuan yang ia temui di hidupnya seperti bagaimana ayahnya memperlakukan ibunya. Sedangkan anak perempuan menjadikan ayahnya sebagai pembelajaran untuk ia mengidentifikasi pasangan yang berbeda dari ayahnya. Ketika seorang anak laki-laki mengalami hilangnya figur ayah dalam pertumbuhannya, maka tak jarang anak tersebut memiliki perilaku restriksif akibat adanya gangguan emosi. Perilaku tersebut yang kemudian membuat anak mendekati hal-hal seperti narkoba, rokok, dan kenakalan remaja lainnya. Anak perempuan yang mengalami hilangnya figur ayah dalam pertumbuhannya cenderung mencari sosok lain dalam hubungan yang dapat ia jadikan sebagai pengganti ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun