Bus Kota baru saja akan melaju, sang supir mulai menekan-nekan pedal gas, suara deru bus berbarengan dengan keluarnya asap setengah hitam dari knalpot belakang.Dua pengamen bergegas menaikin bis yang sudah mulai bergerak. Topi lusuh, rambut gondrong sebahu, keduanya membawa gitar di tangan mereka. Mereka memulai dengan kata-kata khas pembukaan pengamen jalanan. Pidato yang kuhapal karena seringnya ku menjumpai pengamen di kendaraan umum. Suara gitar mengalun, seorang menjadi lead guitar, rithem, seorang lagi memainkan melodi. Suaranya bagus juga,
Hai pujaan hati, apa kabarmu
Kuharap kau baik-baik saja
Pujaan hati, andai kau tahu
Ku sangat mencintai dirimu
Hai pujaan hati, setiap malam
Aku berdoa kepada sang Tuhan
Berharap cintaku jadi kenyataan
Agar ku tenang meniti kehidupan
Lagu Pujaan Hati-nya Kangen Band, melow, sendu, dan easy listening. Serasa sang penyanyinya sendiri, Andika, sedang bernyanyi disini!
Teringat perbincanganku dengan sahabatku beberapa waktu lalu.
“Kalau memang cinta sama dia, ya bilang saja, daripada mendem rasa ginih, tidak jelas!” omelnya saat memasuki kamar ku, “yang penting dia tahu perasaanmu! Masalah dia mau terima atau tidak, itu mah urusan belakangan! Yang penting kau serius, ajakin dia nikah,” selorohnya.
Gampang saja dia ngomong begitu, apa dia ngga tahu kendala-kendala yang harus kulalui.
“Nikah itu 99% kenekadan kok,” tambah sahabatku yang baru saja menikah tiga tahun lalu, “kalau emang jodoh, akan dipermudah deh, dan akan ada aja jalan-jalannya, selama niat kamu bener.”
“Ahh..,” pikiranku melamun jauh, menatap lepas ke luar jendela bus kota, masih bersama iringan lagu itu.
Ku ingin engkau menjadi miliku
Lengkapi jalan cerita hidupku…
(Pujaan Hati, Kangen Band)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H