Mohon tunggu...
Hesti Kunia 1008
Hesti Kunia 1008 Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Desa Wisata Berbasis Kerakyatan di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli Bali

6 Mei 2021   21:00 Diperbarui: 6 Mei 2021   20:58 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan pariwisata di Bali sangat mendorong PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di Bali. Kesuksesan pariwisata di Bali sendiri telah melegenda di industri pariwisata internasional. Dilihat dari keberadaan pariwisata di Bali, secara keseluruhan industri pariwisata di Bali mempunyai struktur yang sangat ideal (Yoety A, H. Oka. 1996), karena didukung oleh berbagai faktor seperti lingkungan, budaya, sumber daya manusia, sosial. hidup, dll. Komunitas lokal.

Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu obyek wisata alam yang sangat memperhatikan lingkungan atau ekowisata masyarakat. Desa adat ini terletak di Kabupaten Bangli dengan luas sekitar 112 hektar yang berbatasan dengan negara: Desa Adat Kubu di sebelah timur, Desa Adat Gunaksa di sebelah selatan, Desa Adat Gunaksa di sebelah barat, dan Desa Adat Kayang di sebelah barat, dan Desa Adat Kayang di sebelah barat. utara. Desa adat Penglipuran terletak 700 meter di atas permukaan laut pada jalur wisata Kintamani, 5 kilometer dari pusat kota Bangli dan 45 kilometer dari pusat kota Denpasar. 

Desa Penglipuran juga merupakan desa kuno di Bali, dengan ciri pranata sosial seperti masyarakat Bali Aga yang tidak mengetahui keberadaan kasta. Sekilas Desa Penglipuran tidak berbeda dengan desa lain di sekitarnya, namun secara historis masyarakat ini berasal dari Desa Buyung Gede Kintamani. Karena keunikan budayanya, Pemerintah Bupati Bangladesh menetapkan Desa Penglipuram sebagai desa wisata sejak 1993. Sejak saat itu, karena keindahan pedesaannya, desa ini tercatat sebagai salah satu desa wisata di Bali. 

Desa Penglipuran yang berpenduduk 76 orang / pekarangan dan telah dipertahankan jumlah tertentu, melalui sistem Ulu Apad, Desa Penglipuran berbeda dengan desa lain di Bali. Padahal, setiap rencana pembangunan dan keberlanjutannya sangat bergantung pada keberpihakan kepada masyarakat, artinya partisipasi aktif masyarakat mutlak diperlukan, sehingga model ini menjadi modal dari pariwisata masyarakat (community tourism).

Kata Penglipuran berasal dari kata pengeling yang artinya mengingat atau mengingat, dan kata pura adalah tempat tinggal atau tanah leluhur. Bila digabungkan dengan pengeling pura menjadi Penglipuran yang artinya mengingat tanah nenek moyang yaitu Bayung Gede. 

Dengan demikian letak, struktur, bentuk, dan letak candi di Bagongotian hampir sama dengan yang ada di Desa Phonglipuram. Kemudian sebagian orang mengatakan bahwa kata penglipuran berasal dari kata penglipur lara yang artinya tempat hiburan atau hiburan. Dikatakan bahwa di kerajaan kuno, jika raja dalam kesulitan atau kesedihan, dia akan datang ke desa ini untuk menghibur dirinya sendiri.

Susunan tata ruang Desa Adat Penglipuran berkonsepkan pada Tri Mandala, yaitu :

  • Nista Mandala, yaitu disebelah paling selatan Desa Adat ada kuburan desa, di timurnya ada Pura Dalem Pelapuhan, di barat lautnya ada Pura Dalem Pingit/ Praja Pati.
  • Madya Mandala, yaitu letak pemukiman Desa Adat yang terdiri dari dua jejer yaitu jejer timur dan jejer barat dan di tengah-tengah terletak jalan utama.
  • Utama Mandala, yaitu bagian paling atas di sebelah desa terletak Pura Penataran atau Pura Bale Agung atau Pura Puseh.

Potensi Desa Penglipuran adalah sebagai berikut:

  • Adat istiadat unik dan upacara keagamaan tradisionalnya sering terjadi.
  • Penampakan kampung adat juga sangat unik dan indah.Jalan utama desa berupa jalan sempit, lurus dan berundak. Di ujung utara jalan terdapat Pura Penataran yang megah dan indah, dan di ujung selatan Di jalan terdapat makam dan tugu pahlawan (wisata sejarah). Atap bambu, dinding halaman, dan angkul-angkul yang masih bergaya lama ditata di sepanjang jalan lurus dari utara ke selatan, menunjukkan persatuan dan ketertiban masyarakat Penglipulan. Angkul Angkul adalah merek dagang Desa Penglipuran.
  • C. Potensi lainnya adalah adanya hutan bambu yang cukup luas, 15 jenis bambu bisa dijadikan jalan setapak di semak-semak seluas sekitar 75 hektar, disekitar pemukiman penduduk.

Keterkaitan studi kasus dengan teori yang sudah saya pelajari yaitu : Studi kasus yang saya ambil terkait desa wisata berbasis kerakyatan tersebut merupakan salah satu bentuk penerapan dari Kampung Improvment Programe.

 Salah satu program untuk desa ataupun kampung untuk menunjang potensi yang ada disuatu desa tersebut dengan lebih berfokus memperbaiki lingkungan desa serta melibatkan masyarakat sebagai pelaku pendukung utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun