Seiring berjalannya waktu serta perkembangan zaman yang di dukung oleh masyarakat pendukungnya kesenian Lénggér Banyumasan juga dipentaskan di beberapa acara ritual dalam bentuk hiburan yang bertujuan untuk menghibur yaitu dalam acara sunatan, nikahan, ruwatan, meminta hujan atau baritan, suran atau sedekah bumi, sedekah laut, kaulan atau nadzar, nindik (member anting-anting untuk bayi yang baru lahir), dan berbagai macam hari besar yang lainnya. Gerak dalam kesenian Lénggéran ini sangat sederhana dan belum ada pakem untuk detail geraknya karena pada dasarnya masyarakat dahulu belum memiliki pendidikan dan ketrampilan yang khusus, seperti halnya yang di sebut Lénggér “gélang-géléng, léngang lénggéng gawé gégér”. Busana yang dikenakan oleh Lénggér yaitu mêkak, kain jarik, dan sampur. Pada bagian kepala menggunakan sanggul jawa atau kondé dengan perhiasan yang masih sederhana yaitu sisir yang terbuat dari belahan tanduk kerbau yang bentuknya menyerupai sirkam, perhiasan tersebut dahulu disebut dengan cundhuk, kemudian ada mênthul dan giwang.
Kesenian Lénggér Banyumasan tumbuh dan berkembang dengan pesat, sehingga kesenian Lénggér Banyumasan menjadi icon di Kabupaten Banyumas. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai grup, komunitas, dan sanggar yang melestarikan kesenian Lénggér di berbagai sebaran wilayah Banyumas
Sumber: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=8038
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H