Mohon tunggu...
37 Muhammad Ahsan
37 Muhammad Ahsan Mohon Tunggu... Lainnya - sma

main bola dan lari

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tari Lengger Banyumas

18 September 2024   17:49 Diperbarui: 18 September 2024   18:06 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TARI LENGGER BANYUMAS

Kesenian Lénggér Banyumasan merupakan kesenian yang lahir, tumbuh, dan berkembang di wilayah sebaran budaya Banyumas yang merupakan daerah agraris dengan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan bercocok tanam. Hal tersebut yang menginspirasi lahirnya kesenian Lénggér Banyumasan pada tahun 1755. Kesenian Lénggér Banyumasan itu sendiri sampai saat ini belum di ketahui pasti siapa penciptanya karena kesenian ini merupakan kesenian yang berasal dari rakyat, diciptakan oleh rakyat, dan di tujukan untuk rakyat. Wujud dari kesenian Lénggér Banyumasan ini yaitu seni tari tradisional yang dalam pertunjukannya sang Lénggér tidak hanya menari tetapi juga membawakan lagu tradisional Banyumasan dengan iringan musik gamelan atau lebih spesifik lagi seperangkat alat musik calung.

 

Dalam pertunjukannya kesenian Lénggér terbagi menjadi empat babak atau adegan. Babak pertama yaitu babak Gamyongan, babak kedua babak Lénggéran, babak ketiga babak Badhutan atau Bodhoran, dan yang terakhir adalah babak Baladewaan. pada babak Lénggéran sering terjadi adanya adegan banceran atau para penonton khususnya laki-laki ikut menari bersamaLénggérdengan memberi uang (sawér).

 

Lénggér merupakan istilah Jarwo Dhosok atau gabungan kata yang mempunyai arti. Lénggér “Darani Léng Jêbulé Jénggér” yang dapat di artikan bahwa dikira wanita ternyata laki-laki. Maksud tersebut adalah berkaitan dengan sejarah masa pra kemerdekaan dimana penari Lénggér adalah laki-laki yang berdandan layaknya seorang wanita yang di gunakan untuk mengelabuhi para lelaki hidung belang khususnya para antek-antek atau kompeni. Tindakan tersebut sebagai bentuk tipu muslihat yang di lakukan oleh para pejuang atau pemuka agama yang tidak suka melihat perilaku tidak sronoh yang di lakukan oleh para penjajah beserta antek-anteknya, seperti halnya melakukan sawéran atau member uang dengan cara memasukan uang tersebut ke dalam mêkak mêkak atau kemben. Tindakan tersebut yang di anggap tabu. Pada saat ini kesenian Lénggér Banyumasan umumnya ditampilkan oleh kaum wanita akan tetapi disebagian daerah masih memiliki Lénggér lanang dengan penari laki-laki yang berdandan layaknya wanita. Ada pula pendapat Lénggér berasal dari kata “gélang-géléng gawé gégér”yang artinya pada saat itu, tarian Lénggér ini hanya ditarikan dengan gerakan kepala yang sangat sederhana yaitu gerakan gélang-géléng dengan gerakan badan yang hanya sebatas anggang énggén atau léngang lénggéng. Walaupun gerakan tarian Lénggér hanya sebatas gerakan gélang-géléng , anggang énggén dan léngang lénggéng, Tetapi pertunjukan ini bisa membuat masyarakat Banyumas gégér atau ramai. Gégér dalam arti masyarakat sangat antusias akan hadirnya kesenian Lénggér Banyumasan ini.

 

Kesenian Lénggér Banyumasan ini merupakan sebuah kesenian yang memliki nilai kesuburan dan religi. Masyarakat Banyumas mempercayai dalam kesenian Lénggér Banyumasan ini mengandung nilai kesuburan. Masyarakat menganggap Lénggér adalah “Ana Céléng Gawé Gégér” yang artinya pada zaman dahulu ketika musim panen tiba, Babi hutan atau Céléng dari hutan turun ke lahan pertanian mayarakat Banyumas untuk merusak lahan pertanian yang sedang panen tersebut sehingga masyarakat gagal panen. Masyarakat Banyumas berinisiatif untuk mengusir binatang tersebut supaya tidak merusak ladangnya dengan berbagai macam tetabuhan dan bunyi-bunyian yang dibunyikan secara bersamaan oleh kaum pria sedangkan kaum wanita melakukan gerakan secara spontan dengan melambai-lambaikna tangan ke kanan dan ke kiri untuk mengusir Céléng dengan mengikuti alunan musik. Kegiatan ini dilakukan secara terusmenerus hingga menjadi sebuah tradisi yang menginspirasi lahirnya kesenian Lénggér Banyumasan di masyarakat agraris sebagai mitos kesuburan. Selain dipercaya sebagai mitos kesuburan, kesenian Lénggér Banyumasan ini juga dipercaya sebagai mitos religi. hal ini terbukti dengan adanya kegiatan tersebut yang bertujuan sebagai bentuk permohonan doa kepada Sang Maha Pencipta sebagai rasa syukur terhadap hasil panen yang telah di berikan dan senantiasa diberi kelancaran untuk panen yang akan datang. Dari kebiasaankebiasaan

 

yang dilakukan oleh masyarakat Banyumas, maka sampai sekarang ini kegiatan tersebut menjadi salah satu budaya masyarakat Banyumas untuk menyambut datangnya musim panen. Dari beberapa perbedaan persepsi tersebut tidak sekedar menunjukan adanya perbedaan lingkungan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan, tetapi sekaligus menunjukan perbedaan nilai dalam perkembangan kesenian Lénggér Banyumasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun