Bio Narasi:
Fauzan Dwi Agusrianto,manusia yang kesehariannya sebagai Mahasiswa Tetap di Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Pancasakti Tegal ini juga menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Islam(UKMI) dari November 2023 sampai Sekarang. Impian menjadi seseorang yang mendirikan kos-kosan untuk mahasiswa/mahasiswa disekitar kampus maupun kos-kosan untuk karyawan yang berlokasi disekitar pabrik-pabrik industri . Komunikasi lebih lanjut bisa melalui FB: Yaozan atau IG: @yaaozan.
Minimnya Sopan Santun Di Generasi Sekarang
Indonesia terkenal dengan nilai kesopanan masyarakatnya hingga ke mancanegara. Namun di zaman sekarang banyak remaja maupun anak-anak yang mulai terlihat kurang menjaga tata kramanya baik terhadap orang tua, orang lain yang lebih tua bahkan yang lebih muda. Beberapa alasan yang menyebabkan factor ini terjadi mungkin karena beberapa faktor berikut:
1.Faktor Keluarga
Salah satu pemicu peristiwa ini mungkin adalah perubahan dalam dinamika keluarga. Terjadi kecenderungan bagi anggota keluarga yang lebih muda untuk memanggil anggota keluarga yang lebih tua hanya dengan menggunakan nama mereka, tanpa memakai panggilan seperti "mas, aa, bang, kak, mbak, bi, bu, atau pak". Selain itu, penurunan penggunaan kata-kata sopan seperti "tolong, maaf, dan terima kasih" juga turut berperan.
Saat seorang anggota keluarga meminta bantuan kepada yang lebih muda, kecenderungan saat ini adalah memberikan perintah langsung, tanpa menyertakan kata "tolong". Hal ini mencerminkan hilangnya sikap menghargai terhadap orang lain, yang pada akhirnya dapat merusak norma kesopanan. Terlebih lagi, dalam kondisi emosional, seringkali kata-kata yang diucapkan menjadi kurang santun dan terkesan sombong.
2.Faktor Lingkungan Sosial.
Pengaruh dari teman atau lingkungan sosial juga dapat memengaruhi norma kesopanan. Seperti ungkapan yang menyatakan bahwa bergaul dengan penjual minyak wangi akan membuat kita tercium harum, sementara bergaul dengan ahli besi bisa membuat kita terkena percikan api atau minimal merasakan bau asap yang tidak menyenangkan. Saat bersama teman-teman, seringkali kita dihadapkan pada penggunaan kata-kata kasar yang dapat menempel pada diri kita.
Meskipun kata-kata tersebut awalnya mungkin diucapkan sebagai lelucon atau candaan antar teman, seringkali hal ini menjadi kebiasaan yang terinternalisasi dan akhirnya menjadi gaya hidup bagi remaja. Selain dari aspek verbal, cara berpakaian remaja saat ini juga berkontribusi terhadap norma kesopanan. Adopsi gaya berpakaian yang lebih terbuka dan menampilkan bagian tubuh pribadi tampaknya menjadi tren di kalangan remaja, yang kemudian diikuti oleh banyak remaja lainnya.
3. Faktor Media Massa.
juga dapat salah satu faktor memudarnya nilai kesopanan pada remaja. Saat ini banyak sekali tayangan sinetron yang kurang mendidik, mulai dari adegan berkelahi, balap-balapan, pacaran, cara berpakaian, dan juga cara bicara masing-masing tokoh. Belum lagi dengan adanya media sosial dunia maya yang memberikan pandangan baru kepada remaja mengenai gaya hidup remaja secara global yang pada akhirnya kerap dicontoh oleh remaja di Indonesia.
Seperti bermewah-mewahan, tawuran,normalisasi LGBT ,pengucapan kata-kata kurang sopan dan hal lainnya yang secara tidak sadar dicontoh dan diikuti oleh remaja di Indonesia. Hal ini membuat beberapa kalangan masyarakat kurang menyetujui dengan kondisi remaja saat ini. Namun bila ada yang menasihati atau memberi saran kepada remaja, mereka cenderung menghiraukannya karena menganggap apa yang dilakukannya adalah hak dan kebebasan masing-masing individu. Hal ini secara tidak langsung mulai memudarkan kepedulian sosial antar satu sama lain di lingkungan Masyarakat.
Melihat kondisi demikian, lebih baik jika orang tua ikut berperan dalam pembentukan etika pada anak. Dan orang tua dituntut untuk mengajarkan nila-nilai tersebut. Membelajarkan anak tidak dapat dilakukan dalam satu hari, namun proses demi proses sehingga menghasilkan penerus bangsa yang paham akan budaya, tatakrama, dan sopan santun.
Pendidikan karakter di sekolah dapat dijadikan sebagai pendidikan sopan santun terhadap anak. Karena pendidikan karakter banyak dikaitkan dengan pendidikan budi pekerti, ahlak mulia, moral, bahkan dapat membantu norma kesopanan pada anak. Melalui Pendidikan karakter diharapkan anak dapat bersikap sopan dan santun terhadap orang yang lebih tua maupun teman sebaya.
Pendidikan Bahasa Jawa untuk remaja atau siswa daerah Jawa dapat diterapkan sebagai sarana membelajarkan anak untuk lebih mengerti sopan santun karena dalam pembelajaran Bahasa Jawa juga diajarkan bagaimana dalam bertutur yang sopan.Seharusnya dalam pelajaran Bahasa Jawa pengajaran tentang kebudayaan jawa yang berkaitan dengan budi pekerti dan kepribadianOrangtua dapat membantu remaja memelihara nilai kesopanan dengan memberikan contoh langsung melalui perilaku.