Mohon tunggu...
Rina Andriana
Rina Andriana Mohon Tunggu... -

Hidup adalah proses pembelajaran agar lebih baik & lebih baik lagi... Nikmati hari ini dengan hal2 yg bermanfaat & menyenangkan hati, karena hari ini tak kan pernah kembali Hari kemarin tinggal kenangan Hari esok adalah harapan jika Tuhan masih berkenan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Orang Kaya Antre...

24 Maret 2010   03:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:14 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi tadi buka detik.com tertarik dengan berita di DetikFoto tentang ratusan orang antre sop buntut di Hotel Borobudur - Lapangan Banteng Jakarta Pusat dalam rangka menyambut ulang tahunnya yang ke-36 menggelar diskon masakan murah salah satunya sop buntut itu dimana biasanya harga 1 porsi Rp. 108.000,- kini didiskon menjadi Rp. 36.000,- saja pada hari Selasa, 23 Maret 2010 kemarin.

5 foto yang terpampang itu menggambarkan ratusan orang antri di Ruang Timur Hotel Borobudur hingga ratusan kendaraan masih mengular di luar Hotel. Mereka mengisi daftar untuk kemudian dipanggil satu persatu ke dalam 1 ruangan untuk menikmati masakan sop buntut itu dihidangkan.

Yang menarik dari berita foto ini adalah mulai hidup atau tumbuh budaya ngantre di kalangan orang-orang berduit itu hanya untuk menikmati 1 mangkuk sop buntut saja menyusul kehebohan antre sendal buaya "Crocs" minggu lalu yang menggoncang Senayan City. 1-2 juta rupiah dihabiskan untuk beberapa pasang sendal yang ketika sampai rumah ternyata banyak juga yang pasangan kanan-kirinya tidak klop nomornya.

Ini fenomena yang menarik, karena selama ini kita terlalu sering dijejali antrian rakyat miskin yang rela berpanas-panas, berdesak-desakan di pasar-pasar, di lapangan-lapangan terkadang hingga pingsan karena kelelahan, mereka manut membuat barisan antri beras miskin, antri BLT, antri minyak goreng murah, sembako murah, pengobatan murah dan yang serba murah lainnya.

Kaya - miskin, tinggi - pendek, hitam - putih, rupawan - buruk rupa , baik - jahat, gelap - terang, dsbnya adalah hal yang galib seperti matahari & bulan serta siang & malam yang akan selalu ada di muka bumi ini karena memang sudah diatur oleh Yang Maha Pencipta.

Tak bisa dikatakan mereka yang miskin karena tidak mau berusaha/berikhtiar & berdoa. Kadang mereka telah berjuang sekuat tenaga memeras keringat membanting tulang tapi hidupnya selalu dililit kekurangan. Picik jika kita mengatakan bahwa mereka malas melihat mereka telah benar2 berusaha dengan keras. Lihat mereka juga dengan hati tak hanya dengan mata. Mereka banyak disekitar kita, di jalan-jalan, di pasar, di terminal bus, stasiun kereta,  gang-gang rumah kita bahkan bisa jadi mereka adalah tetangga kita sendiri.

Bukan mereka tidak berfikir untuk merubah nasib agar bisa mencukupi segala kebutuhan hidupnya syukur-syukur bisa kaya dan berbagi dengan yang lainnya tetapi pemikirannya terkadang menemui pembatasan-pembatasan yang membuntukan langkah-langkah selanjutnya, hanya segelintir orang yang bisa mendobrak keadaan itu.

Semoga orang-orang yang masuk golongan mampu dan berada ini tidak hanya antre saat-saat obral atau diskon barang-barang branded di mal-mal elite atau makan masakan dengan selera top markotop di tempat elite dan bergengsi. Jika dikatakan uang itu adalah uang mereka sendiri, terserah mereka mau dipakai apa, dihabiskan dimana, itu adalah dogma yang tak terbantahkan.

Tapi cobalah untuk hidup lebih empati, lebih simpati, lebih membumi kepada mereka yang masuk golongan pas-pasan bahkan serba kekurangan. Itu lebih berharga, lebih bermakna dan bernilai bagi kedua belah pihak, si pemberi dan penerima, juga meningkatkan kadar kwalitas kehidupan kita secara pribadi, sosial terlebih kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Mereka golongan "the haves" itu juga mau antre berlomba-lomba berbuat kebajikan dan kebaikan memberi sumbangan/sedekah ke panti-panti asuhan, panti jompo, panti sosial, perkampungan kumuh disudut-sudut kota bahkan banyak juga yang terperangkap di tengah hutan beton ini, memberdayakan mereka secara ekonomi dan pemikiran-pemikiran yang bertujuan memajukan mereka, membimbing mereka dan memaksimalkan potensi yang mereka miliki.

Semoga harapan ini menjadi kenyataan di hari-hari kedepan bagi seluruh manusia di muka bumi

Wassalam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun