Birokrasi yang baik akan sangat menentukan kemajuan dan kualitas sebuah bangsa, karen aitu tidak bisa dipungkiri ASN tentunya harus memiliki komptensi diatas rata-rata baik dari aspek Skill, Knowledge maupun Attitude, demi tercapainya dan terlaksananya fungsi utama sebagai Aparatur sipil Negara yakni melaksanakan kebijakan publik, memberikan pelayanan publik serta menjadi perekat dan pemersat bangsa.
Dalam mengembangkan kompetensi ASN peranan pendidikan dan pelatiha menduduki posisi sentral untuk pengembangan karakter dan karir mereka, pola pendidikan bisa dikatakan merupakan dapur utama yang akan mencetak dan melahirkan berbagai kombinasi racikan masakan yang akan dihidangkan kepada masyarakat, karena itu seperti apa rasa ASN dimata masyakarat saat ini sangat ditentukan oleh dapur yakni tempat dimana ASN tersebut dididik dan dilatih serta bahan-bahan apa saja yang diajarkan kepada mereka selama mengikuti pelatihan.
Pada kegiata proses pendidikan dan pelathan ASN maka pendekatan pembelajaran tentunya sangat berbeda dengan pendekatan pembelajaran yang terjadi dalam dunia akademik baik dikampus maupun di sekolah,pada pelatihan ASN pendekatan pembelajaran yang bisa digunakan adalah pendekatan pembelajaran metode Pedagogi, andragogi dan hetagogi, tida pendekatan ini bisa diramu menjadi terobosan baru dalam metode pembeajaran yang penulis sebut sebagai metode Jiba (jiwa dan Badan).
Secara epistimologi pedagogi berasal dari bahasa yunani yakni kata paid yang berrarti anak anak dan agogos yang berarti memimpin jadi bisa dikatakan pedagogi memiliki arti memimpin anak-anak, atau suatu pendekatan ilmu pembelajaran  untuk mengajar anak-anak, sedangkan andragogi berasal dari bahasa yunani yakni kata aner yang berarti orang dewasa dan agogus berarti membimbing atau membina, berikut ini beberapa perbedaan antara metode anragogi dan pedagogi.
Pertama, pada proses pedagogi peserta pelatihan sepenuhnya sangat tergantung kepada widyaiswara atau fasilitator, apa yang disampaikan oleh fasilitator itulah sebuah kebenaran dan peserta harus menerima hal tersebut sedangkan pada metode andragogi peserta tidak bergantung lagi kepada fasilitator akan tetapi peserta mengarahkan sendiri kemampuannya (self directing).
Kedua, orientasi bahan ajar kalau pada pendekatan andragogi peserta sangat tergantung kepada bahan bahan yang disampaikan fasilitator, peserta berperan hanya sebata subjek sedangkan pada pendekatan pedagogi peserta mulai berorientasi pada pemecahan masalah, proses diksusi terjadi dalam pembelajaran ini.
Ketiga, pada pendekatan andragogi peserta memakai pakaian seragam akan tetapi pada pendekatan pedagogi peserta tidak lagi diatur dalam persoalan pakaian, mereka meiliki kebebasan untuk menggunakan seragan apapun sesuai keinginan mereka sehinggah pada proses pembelajaran peserta tidak merasa tertekan.
Pada pendekatan lain saat ini muncul pendekatan baru yakni pendekatan heutagogi yang pertama kali dicetuskan oleh stewart dari southhern cross university dimana pada pendekatan pembelajaran ini peserta pelatihan sendiri yang menentukan konten belajarnya, pada metode ini disinilah proses E-learning kemudian masuk mejadi sistem baru pada pendidikan dan pelatihan ASN.
ASN tentunya bukan lagi sebuah botol kosong seperti kata pepatah akan tetapi mereka ini adalah putra putri terbaik bangsa yang lulus untuk menjadi ASN setelah melewati berbagai ujian, karena itu metode pembelajar pada saat proses pelatiha harus diperbaiki supaya mereka betul betul mejadi ASN yang profesional dan berkarakter metode Jiba bisa menjadi pendeatan pembelajaran yang efektif dalam diklat ASN kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H