Imajinasi bujangan mungkin bisa lebih tinggi dari pengantin sungguhan. Aku tersenyum kecil. Entah apa sebab tepatnya, mungkin lantaran ia belum mengerti medan rumah tangga sesungguhnya. Tapi apa salahnya jika ia mencoba untuk menyumbangkan suatu amunisi untuk mempertahankan benteng rumah tangga, untuk orang lain maupun dirinya kelak, dari serangan keji syaithan yang paling cinta dengan cerai berai. Ya, musuh bebuyutan ini mencintai perbuatan yang paling dibenci Allah ta’ala, yaitu perceraian.
Semoga dengan sya’ir “Nasi Goreng Buatanku” ini menjadi pelipur duka bagi yang didera suatu badai dalam biduk rumah tangga. Sesungging senyum untuk yang belum menikah..
Pendahuluan
Apa salahnya suami mencoba memasakkan menu sarapan untuk sang istri, di suatu pagi, saat matahari sehangat waktu duha, pergilah ke dapur. Ambil resep yang sudah kau bincangkan pada teman-temanmu tempo hari, dan mengulang lagi kemampuan memasakmu saat percobaan diam-diam di rumah teman-temanmu.
Bacalah bismillah, mulailah memasak. Lebih romantis lagi kalau aksi masakmu itu tidak diketahui si dia. Entah bagaimana caranya. :)
Selesai memasak, letakkan sepiring nasi goreng itu di atas meja makan. Ambillah secarik kertas, lalu gubahlah beberapa bait puisi sayang:
Aku memasakkannya untukmu,
entah bagaimana rasanya nanti
Semacam nasi goreng spesial untukmu, pakai telor
Mungkin rasanya tidak seenak nasi goreng di seberang jalan dekat lampu merah itu,
Tapi percayalah sayang, karyaku ini lebih mantap