Mohon tunggu...
Melisa Putri Verdayanti
Melisa Putri Verdayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Universitas Airlangga yang memilih Bahasa dan Sastra Inggris sebagai jurusan dan menulis sebagai kegemaran.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Melawan Kejahatan Fast Fashion dengan Menciptakan Capsule Wardrobe

30 Desember 2024   18:30 Diperbarui: 30 Desember 2024   18:30 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 - Air limbah berwarna magenta tua tumpah ke sungai di Tiongkok. (Sumber: EcoWatch)

Gambar 2 - Pembuangan pakaian bekas di Ghana membentuk gunung pakaian. (Sumber: The Guardian)
Gambar 2 - Pembuangan pakaian bekas di Ghana membentuk gunung pakaian. (Sumber: The Guardian)

Gambar 3 - Pekerja garmen asal Bangladesh memprotes runtuhnya gedung Rana Plaza tahun 2013 yang menewaskan ribuan pekerja. (Sumber: Solidarity Center)
Gambar 3 - Pekerja garmen asal Bangladesh memprotes runtuhnya gedung Rana Plaza tahun 2013 yang menewaskan ribuan pekerja. (Sumber: Solidarity Center)

Gambar 4 - Tumpukan sampah menumpuk di pesisir pantai Indonesia hingga menutupi pasir pantai. (Sumber: Tempo) 
Gambar 4 - Tumpukan sampah menumpuk di pesisir pantai Indonesia hingga menutupi pasir pantai. (Sumber: Tempo) 

Berapa kali biasanya orang membeli pakaian dalam setahun? Merek-merek pakaian fast fashion, seperti UNIQLO, ZARA, dan H&M, meningkatkan perilaku konsumtif karena model-model baru dirilis setiap minggunya, dengan total 52 seasons dalam setahun. Pada kenyataannya, produksi dan konsumsi fashion seharusnya dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun sesuai dengan jumlah musim di sebagian besar negara di dunia, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Bumi, termasuk alam dan populasi manusianya, dirugikan oleh proses yang dilalui oleh merek-merek pakaian fast fashion untuk meluncurkan season baru. Produksi dalam skala besar mengharuskan pabrik-pabrik beroperasi 24 jam sehari, sehingga emisi karbon dan limbah kimia terus menumpuk, mencemari udara dan sungai. Di Bangladesh, Sri Lanka, atau Jawa Barat misalnya, upaya para pekerja tidak sebanding dengan upah mereka yang sangat rendah, yang bisa dikatakan di bawah upah minimum atau bahkan ada yang tidak dibayar sama sekali. Karena kain organik membutuhkan waktu yang lama untuk diproduksi, mau tidak mau mereka menggunakan kain yang diproses secara kimiawi seperti polyester, sehingga sisa kain yang tentu tidak dapat diurai oleh tanah akan dibuang ke tempat pembuangan akhir, seperti di Ghana atau New South Wales; dan juga ke Laut Cina Selatan, yang kemudian terseret ke pantai Indonesia, menjadikan negara kita sebagai penghasil sampah terbesar kelima di tahun 2023 menurut World Bank’s Atlas of Sustainable Development Goals. Oleh karena itu, menerapkan prinsip-prinsip dalam capsule wardrobe adalah cara termudah bagi para mahasiswa untuk memboikot fast fashion.

Pertama, fashion pada hakikatnya berbicara tentang kualitas, bukan kuantitas. Capsule wardrobe adalah berbagai macam pakaian basic dan pakaian yang dapat disesuaikan dan dikombinasikan untuk menciptakan banyak looks. Konsep ini dipopulerkan oleh desainer Susie Faux pada tahun 1970-an. Konsep ini menekankan quality over quantity dan berfokus pada gaya yang tak lekang oleh waktu, kebanyakan orang menyebutnya timeless. Membeli pakaian berkualitas tinggi sama dengan mengurangi jumlah pakaian yang akan dibeli seseorang dalam setahun karena pakaian tersebut akan bertahan setidaknya dalam 30 kali pakai. Hal ini membuat merek pakaian fast fashion yang meluncurkan 52 seasons setiap tahunnya akan mengalami penurunan jumlah konsumen, dengan harapan mereka akan menyadari dan mengubah sistem produksinya menjadi empat kali dalam setahun. At the end of the day, begitulah seharusnya industri fashion bekerja, seperti setengah abad yang lalu: lambat dan tidak instan.

Kemudian, warna-warna dasar adalah pondasi dari capsule wardrobe; yaitu, 60-70% dari pakaian seseorang harus dalam warna-warna ini. Ada pepatah terkenal yang sesuai dengan hal ini: Simple is best. Dalam dunia fashion, simple berarti setiap item yang digunakan seseorang memiliki fungsi utama sebagai pakaian yang melindungi tubuh, bukan hanya sebagai aksesoris. Dengan kata lain, hindari membeli barang-barang yang tidak perlu yang mungkin memanjakan mata tapi tidak nyaman dipakai. Menggunakan pakaian basic akan memudahkan seseorang dalam membuat keputusan berpakaian karena mudah di-mix and match. Dengan catatan, pakaian basic-nya harus sesuai dengan selera dan kepribadian masing-masing individu. Hal ini dapat meredam keinginan untuk membeli lebih banyak pakaian dengan membuat seseorang merasa sudah cukup dengan apa yang dimilikinya, sehingga dirinya tidak lagi tergiur dengan item season terbaru dari merek pakaian fast fashion manapun.

Balancing adalah sentuhan terakhir yang sangat berharga dalam penerapan capsule wardrobe. Meminimalkan jumlah pieces pakaian yang dimiliki dan memaksimalkan jumlah looks yang dapat diciptakan adalah cara terbaik untuk menyeimbangkan fashion. Decluttering dapat menjadi alternatif jika seseorang terlanjur memiliki banyak pakaian di lemari pakaiannya. Ini adalah kegiatan menyingkirkan barang-barang yang tidak dibutuhkan seseorang dari suatu tempat untuk membuatnya lebih menyenangkan dan lebih berguna. Menyingkirkan pakaian dilakukan ketika pakaian tersebut sudah tidak muat di badan, tidak nyaman dipakai, atau tidak cocok dengan selera. Dengan demikian, tidak ada lagi pakaian yang dibuang dan mencemari lingkungan karena semuanya disumbangkan kepada yang membutuhkan atau dijadikan sebagai lap jika sudah tidak layak pakai.

Gambar 5 - Mengenakan pakaian basic sebagai penerapan capsule wardrobe oleh mahasiswa kelompok 4 dari PDB 54, Universitas Airlangga, tahun 2024.
Gambar 5 - Mengenakan pakaian basic sebagai penerapan capsule wardrobe oleh mahasiswa kelompok 4 dari PDB 54, Universitas Airlangga, tahun 2024.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip capsule wardrobe dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai mahasiswa dapat menghentikan kejahatan perusahaan fast fashion. Siklus berulang dari 'terus-menerus membeli pakaian baru karena pakaian yang dipunya cepat rusak' telah terputus karena membeli pakaian berkualitas tinggi berarti pakaian tersebut dapat bertahan selama bertahun-tahun. Pakaian basic yang dipadukan dengan selera pribadi yang stylish dapat membawa penampilan seseorang ke next level. Pada saat yang sama, hal ini juga membuat orang tersebut puas dengan pakaian yang dimilikinya, sehingga tidak ada kemungkinan perilaku konsumtif terhadap pakaian yang baru di-launching. Melakukan decluttering kepada pakaian yang sudah tidak diperlukan dengan cara mendonasikannya juga tidak kalah penting. Mungkin terlihat sia-sia untuk melakukan semua itu sekarang, tapi itu adalah cara termudah untuk menjaga bumi di masa depan, juga untuk menunjukkan sikap kita dalam memanusiakan manusia lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun