Mohon tunggu...
veronika Ambarani
veronika Ambarani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

U can do it

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merayakan Hari Raya Galungan Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Tukadmungga

9 November 2021   22:23 Diperbarui: 10 November 2021   05:19 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merayakan Hari Raya Galungan Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Saya Desa Tukadmungga

Hari Raya Galungan tidak asing lagi untuk didengar terutama di kalangan masyarakat Bali, Rahinan yang ditunggu tungg kedatangannya rahinan galungan dilaksankan pada perhitungan kalender bali yang jatuh pada wuku Dungulan dirayakan setiap hari rabu pada 6 bulan sekali atau (210 hari). Dimana tujuan pelaksanannya yaitu memperingati hari dimana sebagai, hari kemenangan Dharma melawan Adharma atau arti lain mempringati kemenangan kebenaran melawan kejaahatan . Oleh karena itu untuk mempringati hari bersejarah ini  umat hindu melaksankan rahinan galungan tersebut. Terdapat begitu banyak runtutan terlaksannya nya rahina Galungan

Salah satunya yaitu di Desa Tukadmungga dimana masyarakatnya ketika mempringati rahinan sangatlah antusias, ditambah dengan perayaan yang begitu meriah.Tetapi dengan adanya pandemi COVID -19 masyarakat mau tidak mau harus mengalami ke pahitan ini dimana Indonesia sedang dilanda pandemi virus COVID-19.

karena pandemi ini pemerintah secara resmi melakukan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat hingaa saat ini pemerintah memutuskan untuk terus melanjutkan pemberlakuan PPKM. Dalam pemberlakuan new normal ini yang berdampak tidak hanya diperekonomian dan sektor pendidikan saja tetapi masyarakat khususnya umat hindu dalam melaksankan kegiatan keagaaman, belum lagi pemerintah menerapakan PPKMB dimana itu berubah nama lagi menjadi PPKMB level 3 dan 4. Dengan pemberlakuan ini masyaraat khususnya umat hindu di Desa tukadmungga desa saya mau tidak mau haruus mematuhi pemberlakuan pemerintah dalam pemutusan rantai penyebaran COVID-19 karena virus ini sangat meresahkan dunia. Dan indonesia sala satu Negara terbanyak yang masyarakatnya terkena virus COVID-19 maka dari itu pemerintah sangat mewanti-wanti untuk masyarakat selalu mematuhi protocol kesehatan dan tidak menyepelekan virus tersebut karena ini memang benar adanya. 

Tidak itu saja pada saat COVID-19 baru saja muncul di Indonesia pemerintah melarang adanya kegiatan keagaaman karena itu menyebabkan kerumunan dan akan menyebarkan virus COVID-19 tetapi, karena masyarakat menolak akan hal itu, Sebagian masyarakat menganggap bahwa kebijakan yang dikeluarkan merupakan wujud rendahnya keyakinan dan juga bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena upacara yang dilaksanakan merupakan wujud bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Oleh karena itu di setiap desa pakraman khususnya desa tukadmungga memberikan solusi dalam melaksanakan upacara keagaamaan.

Desa tukadmungga sendiri memiliki runtutan acara yang begitu meriah dan masyarakat yang selalu antusias setiap hari raya galungan datang,dimana sebelum dilaksanakan rahinan dilakukan penyekeban  pisang atau tape diusahakan untuk disekeb terlebih dahulu untuk nantinya digunakan pada rahinan galungan,setelah itu melakukan penyajaan dimana penyajaan atau membuat jaja dimana pembuatan jaja itu bertujuan bersungguh-sungguh menghilangkan sifat dungul setelah itu satu hari sebelum puncak rahinan galungan terdapat rahinan penampahan dimana nantinya umat hindu khusunya desa tukadmungga desa tempat tinggal saya, akan melasanakan nampah babi diaman nampah babi memiliki filosofi dimana babi memiliki sifat malas oleh karena itu untuk menghindari kemalasan di simbolkan lah nampah babi di rainan penampahan ini juga umat hindu membuat penjor untuk menyimboliskan datangnya rahinan galungan dan mempringati rajinan gingan. Tidak itu saja pembuatan penjor juga memiliki makna atas anugrah dharma yang diturunkan dalam catur weda dimana setiap bagiaan hiasan penjor tersebut memiliki makna-maknanya. Dimana penjor ditancapkan sore hari dengan dibuatkan banten apejati yang nantinya di haturkan pada saat hari pembuatan penjor atau boleh dilakukan pada saat puncak rahina galungan ketika maturan keliling . 

img-20210413-101905-428-618ae8b02a960908e3309474.jpg
img-20210413-101905-428-618ae8b02a960908e3309474.jpg
 Setelah itudesa tukadmungga memiliki tradisi yang membuat menarik dari desa yang lainnya ketika penampahan pada sore harinya pukul 04.00 wita Desa Tukadmungga memiliki tradisi ngelawang dimana tradisi ini diawali barong yang berada di pura desa kahyangan tiga akan mengelilingi desa dan kemudian masyarakat desa tukadmungga memberikan persembahan berupa canang sari,tirta dan dana punia, nantinya pemangku yang akan menghaturkan canang  ini adalah tradisi yang sudah ada sejak lama tetapi karena pandemi COVID-19 sudah hampir 2 tahun tradisi ngelawang tidak di laksanakan, karena PPKMB di Bali mengalami penurunan Menjadi Level 3  dan itu yang menyebakan kali ini tradisi ngelawang diadakan tetapi dengan aturan yang ketat karena pemberlakuan pembatasan agar penyebaran COVID-19 tidak menyebar lagi, itu tidak menjadikan masyarakat desa tukadmungga bersedih karena tahun ini tradisi ngelawang diadakan walaupun berbedaa dari tahun-tahun sebelumnya,memang benar ketika terlaksananya prosesi ngelawang desa tukadmungga Tadi sore sedang hujan dan itu menyebabkan beberapa orang melewatkan momen ini karena tidak mengetahui perjalanan prosesi barong sampai dimana dan itu yang menyebabkan banyaknya masyarakat tidak melakukan prosesinya 

Keesokannya dilaksanakan lah rahinan galungan dimana nantinya dilakukan maturan keliling didesa dimulai dari pura tegal penangsara, setelah itu lanjut di pura jero alus lalu di perempatan agung,biasanya ketika rahinan galuna dan juga kuningan masyarakat desa tukadmungga membawakan penek,soda atau yang lainnya kepada anggota keluarga yang sudah tiada atau yang sudah ditinggalkan yang dilaksanakan di pura dalem dimana nantinya persembahyangannya dilakukan dengan menghaturkan sendiri sendiri ini bertujuan untuk menghormati mereka yang sudah tiada dan memberikan persembahan kepadanya agar mereka mendapatkan tempat yang nyaman, tentram dan juga damai di alam barunya setelah itu persembhyangan di pura masing-masing tujuannya mengucapkan rasa terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa setelah selesainya persembahyangan di pura, biasanya dilakukan prosesi natab untung nunas asungkerta wara nugraha atau meiminta  berkat agar selalu di berikan keselamatan dan juga dihindari oleh beliau tetapi terkadang proses natab ini di  dilakukan pada saat some pemacekan agung agar nantinya sekalian membuatkan banten-bantennya 

img-20211109-wa0053-618ae8f92a96092dae0804a4.jpg
img-20211109-wa0053-618ae8f92a96092dae0804a4.jpg
tetapi karena adanya pandemi ini umat hindu dihimbau oleh desa adat masing-masing untuk melaksanakan hari raya galungan dengan sangat ketat,juga diusahakan untuk melakukan persembahyangan di rumah saja  dan diberikan lah himbauan yakni:

*persembhyangan boleh dilakukan tetapi harus selalu mematuhi protokol kesehatan  

* di setiap pura/merajan disediakan tempat untuk mencuci tangan atau yang lainnya 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun